Oleh : Radensyah, S.Pd*
Kita adalah generasi robot bila kita terima saja istilah “Generasi Millennial” secara mentah. Sungguh sebutan yang begitu instan untuk kehidupan manusia yang begitu bermarwah dan berperadaban. Akhir-akhir ini mulai marak kodifikasi bernuansa kemajuan teknologi terhadap manusia. Salah satunya yang tenar saat ini adalah “Generasi Millennial” atau Millennial Generation dalam bahasa inggrisnya. Secara epistemologi, istilah Generasi millennial cenderung didasarkan kepada perkembangan teknologi. Manusia dipandang terikat dengan alat-alat teknologi untuk tetap dan agar menjalankan kehidupan yang sesuai perkembangan jaman serta agar tidak tertinggal dalam peradaban.
Pembicaraan dengan topik generasi millennial akhir-akhir ini mulai masif. Masyarakat sudah mulai ramah dengan istilah ini, hal ini mungkin diketahui dengan menyaksikan informasi dari televisi, media sosial dan surat kabar. Istilah generasi millennial mungkin adalah pengistilahan yang paling tepat dalam menyoal hubungan manusia dengan teknologi, sebagaimana yang kita pahami bahwa sebutan generasi millennial adalah generasi yang lahir pada tahun tertentu. Secara umum merujuk pada artikel dari situs Kanal Pengetahuan yakni mulai tahun 1976 sampai dengan 2004. Dimulai dari tahun tersebut manusia yang lahir dipandang sebagai manusia yang mulai memberdayakan kemajuan dan kecanggihan teknologi, baik itu teknologi digital dan lain-lain.
Namun ada hal yang belum “clear” bila kita menyoal hubungan manusia dengan teknologi ini. Merujuk pada perilaku manusia dalam menggunakan teknologi khususnya kepada kemajuan teknologi itu sendiri maka ada istilah lain yang juga patut diungkap secara ilmiah yakni perilaku konsumtif. Dalam istilah ini kecenderungannya adalah bahwa manusia itu menggunakan teknologi bukan semata-mata untuk mempermudah melaksanakan aktivitas akan tetapi untuk mengejar nilai estetika semata dan pemuasan keinginan saja. Mencoba menggiringnya kedalam formula yang kontektsual, kita saksikan saat ini penggunaan teknologi seperti media sosial misalnya, hanya cenderung pada hal yang bernuansa keindahan semata, belum banyak yang menyentuh sisi nilai edukasi, etika dan nilai manfaat dari teknologi tersebut.
Sampai disini kita sampai pada sebuah rumusan masalah, difungsikan sebagai apa alat-alat teknologi tersebut oleh manusia?. hingga kini belum ada arah edukasi dan manfaat yang jelas terkait pengistilahan Generasi Millennal ini. Tentu subjek dan objeknya dalam hal ini adalah manusianya sebagai perwakilan dari generasi atau millennialnya sebagai perwakilan dari teknologi. Mengkaji istilah-istilah baru adalah tugas kita bersama lebih-lebih kepada para tokoh pendidikan. Sebuah istilah yang menyangkut perilaku manusia tentu harus berdasar pada hal fundamental manusia itu sendiri. Kita perlu menyinggung peristilahan agak lebih esensial. Maksudnya agar kita terhindar dari ikut-ikutan mengimplementasikan sebuah istilah keruang publik. Seperti adanya pengistilahan generasi Y atau generasi W, Budaya literasi, dan ada juga istilah industri 4.0 dan lain-lain. Bukan mengkerdilkan istilah yang ada akan tetapi mencoba mengintegrasikan kembali hal-hal baru agar selalu mengikut kepada ekstistensi kita selaku manusia.
Mari kita memaknai istilah generasi millennial ini melalui pendekatan perilaku konsumtif. Terlibat dalam istilah generasi millennial ini artinya kita sedang terlibat dalam perilaku memfungsikan alat-alat teknologi. Studi hubungan manusia dengan teknologi pada peristilahan Generasi Millennial agak sedikit kurang tepat, hal ini ditandai dengan remang atau kurang jelasnya yang mana subjek dan yang mana objek. Terdapat kesan seolah manusia dan teknologi berdiri sejajar, disamping itu manusia seperti terperangkap harus mengikuti teknologi. Padahal urgensi hubungan manusia dengan teknologi adalah bagaimana manusia menggunakan dan memanfaatkan teknologi, bukan sekedar bagaimana supaya memiliki hubungan dengan teknologi.
Dalam penggalan kalimat “menggunakan alat-alat teknologi” inilah kita perlu menggaris bawahi bahwa ada potensi penyalahgunaan. Sebenarnya Persoalan kita dengan teknologi yang perlu diangkat adalah penyalahgunaan alat teknologi. Kita bukan tidak pintar menggunakan akan tetapi tidak cerdas dalam menggunakannya untuk hal yang positif. Disinilah potensi ketidakbaikan terjadi, ada yang menggiring alat teknologi untuk mencari popularitas, untuk euforia, life style dan nilai keindahan semata.
Para pengguna teknologi saat ini selaku Users masih belum dapat lari dari perilaku konsumtif. Yakni hanya memakai dan belum mampu untuk menghasilkan kebermanfaatan secara produktif. Agar terhindar dari perilaku konsumtif didunia teknologi, manusia perlu mengkaji lebih dalam hubungan mereka dengan teknologi, bukan hanya sekedar hubungan dengan istilah “Generasi Millennial” saja. Ada hubungan yang lebih berdinamika sehingga kita tidak menjadi robot diakhir-akhir jaman ini.
Munculnya peristilahan baru memang tidak dapat ditolak, itulah mengapa diatas diberi judul menyoal istilah Generasi Millennial, bukan mempermasalahkan istilah Generasi Millennial. Ini karena memang istilah tersebut tak terbendung dan itu timbul dari masifnya perilaku manusia terkait tinjauan tersebut dari bukti fisik perkembangan teknologi dan perkembangan jaman. Kedepannya, Yang dapat kita lakukan adalah mengisi nilai-nilai edukasi, manfaat dalam peristilahan tersebut, dan mari kita bawa perkembangan kemajuan teknologi secara terarah seperti yang ada dalam ajaran agama dan nilai-nilai budaya.
*Alumni STAIN GP Takengon, Kabid Ri’ayah Pesantren Modern Maqamam Mahmuda