JAKARTA-LintasGAYO.co : Aceh Green Community (AGC) mendukung hasil perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antara Uni Eropa dan Indonesia yang menolak produk pertanian yang merusak lingkungan.
Perjanjian ini merupakan hasil workshop yang diadakan oleh Development Solutions Uni Eropa tentang promosi produk pertanian yang ramah lingkungan di Hotel Shangri-La Jakarta Kamis (10/8/2018).
Kegiatan ini menghadirkan 50 pemangku kepentingan yang mewakili organisasi non-pemerintah, klaster bisnis, organisasi buruh, aktor masyarakat sipil lainnya, dan organisasi internasional.
“Kami mendukung hasil perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antara Uni Eropa dan Indonesia yang menolak produk pertanian yang merusak lingkungan di pasar Eropa,” Kata Presidium AGC, Suhaimi Hamid .
AGC juga mengharapkan Pemerintah Indonesia dan Aceh khususnya, untuk membuat kebijakan yang berlandaskan International Public Goods (IPGs) agar semua produk-produk masyarakat Aceh dapat dipasarkan di tingkat internasional.
“Setuju tidak setuju, FTA tetap dijalankan karena bagian dari komitmen perdagangan global. Nah, dari sekarang kita harus mempersiapkan produk-produk masyarakat kita agar dapat bersaing dengan produk global,” tegas Suhaimi .
Suhaimi berpendapat kita tertinggal jauh sekali dengan negara-negara lain, apalagi di Uni Eropa. Maka sudah saatnya pemerintah secara bersama-sama harus mengejar ketertinggalan tersebut.
Dalam hal ini, Uni Eropa dan Indonesia juga berkomitmen penuh terhadap isu-isu lingkungan dalam FTA, seperti budidaya sawit yang tidak ramah lingkungan. Untuk itu, organisasi masyarakat juga diharapkan harus melaporkan perusahaan-perusahaan sawit yang merusak lingkungan. Kemudian, produk-produk sawit tersebut akan ditolak di pasar Eropa.
“Sawit tidak diterima lagi di Uni Eropa apabila dalam proses budidaya terjadi perambahan hutan baik hutan lindung maupun hutan konservasi. Ini sudah disepakati dalam perjanjian perdagangan bebas,” tegas Suhaimi .
Hasil dari Penilaian Dampak Berkelanjutan atau Sustainability Impact Assessments (SIAs) ini juga berpotensi memengaruhi dimensi ekonomi, sosial, hak asasi manusia dan lingkungan di masing-masing mitra dagang dan di negara-negara yang terkena dampak lainnya.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Development Solutions telah mengundang AGC dalam workshop penting ini. Hal ini sinergi dengan misi AGC dalam mempromosikan produk pertanian yang ramah lingkungan. Produk ini diharapkan akan mudah diekspor ke pasar Eropa,” pungkas Suhaimi [Fajri Bugak]