Dialog Tengku Nasuh dengan Malaikat Jibril

oleh

Oleh : Fauzan Azima

Sekitar tahun 1970-an, selepas shalat ashar Teungku Nasuh bersama dua orang muridnya; Teungku Sadek dan Ibrahim sedang berbincang-bincang di teras sebuah mesjid di Kampung Isaq, Aceh Tengah, tiba-tiba datang seseorang berpakaian seperti orang Arab dengan ghutra dan gamis serba putih.

“Assalamu’alaikum” sapa orang misterius itu sambil meletakkan barang bawaannya, buntalan besar yang dipikul dengan kayu.
“Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawab Teungku Nasuh dan kedua muridnya serentak.

Setelah bersalaman dengan Teungku Nasuh dan kedua muridnya, orang itu mohon izin untuk berwudhu’. Kemudian kembali ke mesjid dan mengajak Teungku Nasuh dan kedua muridnya untuk shalat berjama’ah.

“Mari Teungku shalat Ashar berjama’ah” ajak orang itu.
“Kami baru saja shalat Ashar Teungku,” jawab Teungku Nasuh.
“Shalat jama’ah banyak pahalanya,” kata orang itu lagi.
“Silahkan Teungku, kami sudah shalat Ashar,” lagi jawab Teungku Nasuh.

Sampai tiga kali orang itu mengajak Teungku Nasuh dan kedua muridnya untuk shalat berjama’ah. Akhirnya orang itu shalat Ashar sendiri. Setelah salam, orang itu berdo’a dilanjutkan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian bangkit bersalaman kembali dengan Teungku Nasuh dan kedua muridnya.

“Saya khusus datang ingin menemui Teungku” kata orang itu.
“Ada apa gerangan Teungku ingin menemui hamba” jawab Teungku Nasuh penuh hormat.
“Barang bawaan saya sangat berat. Isinya adalah malu yang sudah saya cabut dari setengah dunia. Sekarang saya mau mencabut berkat dari setengah dunia lagi” jelas orang itu.
“Lalu bagaimana supaya datang kembali malu dan berkat, Teungku?” pinta Tengku Nasuh dengan penuh harap.

Lalu orang itu mengajarkan amalan dari Al-Qur’an Surat Bani Israil ayat 81: “Waqulja alhaqqu wazahaqal bathil, innal bathila kana zahuqa” (Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap).

Amalkan setelah shalat maghrib dan setelah shalat subuh paling kurang dibaca ulang tiga kali, supaya datang kembali malu dan keberkatan.

“Tolong Teungku ajarkan amalan tersebut kepada seluruh masyarakat,” pinta orang itu.

Tanpa ditanya, kemudian orang itu memperkenalkan diri, “Saya adalah malaikat Jibril!”

Seketika Teungku Nasuh dan kedua muridnya pingsan. Menjelang waktu shalat maghrib mereka baru sadar setelah dibangunkan oleh jama’ah yang akan shalat maghrib.

Teungku Nasuh bertindak sebagai Imam shalat maghrib. Setelah salam lalu berzikir, dilanjutkan dengan do’a serta bershalawat, kemudian Teungku Nasuh mengajarkan amalan tadi sesuai dengan perintah “Malaikat Jibril” kepada jama’ah shalat maghrib dan pinta Teungku Nasuh agar jama’ah yang hadir mengajarkan kepada jama’ah lainnya.

(Kebayakan, 18 Juli 2018)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.