Membaca dan Analisis Puisi dalam Seni Pertunjukan

oleh

Oleh : Rasyidin, M. Sn*

Ahli pertunjukan yang sudah sering mempertunjukan puisi dalam bentuk dramatisasi puisi, musikalisasi puisi, performance art puisi, serta instalasi pameran dengan menggunakan puisi. Isi puisi sebagai bahan konsep instalasi banyak lagi telaah naskah puisi yang sudah berpindah tafsir menjadi produk-produk seni pertunjukan. Namun luput ternyata para penyair puisi lupa kalau mandat pekerjaan mengarangnya sudah selesai dan selanjutnya harus menyerahkan mandat keilmuannya kepada para ahli seni pertunjukan.

Pemahaman di atas maksudnya adalah dalam kajian analisa puisi pertunjukan, maka bentuk metodologi keilmuannya dapat ditinjau kedalam dua pisau bedah. Dua pisau bedah yang perlu diperhatikan, pertama; analisis dengan dramatik sastra, kedua dengan metodelogi analisis dramatik teater. Dalam pemahaman kasus setiap lomba baca puisi yang sering saya ikuti, semuanya masih berkaca pada pisau bedah metodoligi tafsir sastra.

Tafsir teks banyak yang lari dari tafsir peristiwa tragedi kandungan teks. Kalau diperhatikan dari skema teknis analisis, isi puisi bersumber dari hasil rekaman peristiwa sosial. Sedangkan peristiwa sosial adalah rekaman peran sebenarnya yang ditangkap oleh penyair lalu dituangkan kedalam tulisan.

Tentu sudah melalui proses metodologi hukum-hukum kepenulisan dengan menggunakan rumus metodologi ilmu sastra. Maka itulah yang saya sebut dengan nama analisis metodologi “dramatik sastra”, dalam metodolgi analisis sastra tentu ada struktur konflik seperti awal, konflik, klimaks, dan resolusi (penyelesaian). Akan tetapi dalam metodologi dramatik sastra ada kekurangannya. Kekurangannya adalah dalam pengungkapan tafsir kejadian yang diwujudkan dalam penilaian bernama “pengahyatan”, “mimik”, “ekspresi”, “artikulasi”, “intonasi”.

Penjabaran nilai tertera di atas belum sampai pada pemahaman analisis tafsir teknis, yaitu pemahaman dalam bentuk ‘peran’. Pencapaian berikutnya, kekurangan dalam metodologi analisis dramatik sastra dikupas dan dibenahi kembali menggunakan pisau bedah bernama metodologi analisis dramatik teater. Rumus metodologi dramatik teater akan membantu membuka visual maksud tafsir “penghayatan”, “mimik”, “ekspresi”, “artikulasi”, “intonasi”, dan berbagai metodologi sastra lainnya dengan alat bantu ilmu budaya, misalkan untuk tafsir peristiwa maka akan dianalisis dengan ilmu-ilmu antropologi, sosiologi, fisikologi.

Hal penggunaan ilmu budaya adalah untuk membuka gejala setting budaya atau bahasa sastra disebut setting peristiwa. Setelah pembaca paham dengan diksi kata yang dituangkan dalam teks terbaca, barulah dipakai ilmu dramatik teater untuk membedah “ilmu pemeranannya”, tujuan dari ilmu pemeranan adalah untuk menafsirkan laku gerak peristiwa dari isi teks puisi. Dari hasil tafsir isi maka barulah si pembaca dengan mudah membawakan atau membacakan puisi tersebut dengan nyaman. Setelah tafsir setting peristiwa terungkap maka dengan mudah untuk laku “penghayatan”, “mimik”, “ekapresi”, tercipta dalam pola teknis pembacaan puisi.[]

*Rasyidin, M. Sn. adalah Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Aceh (DKA)

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.