Mengais Bonus Bulan Ramadhan

oleh
jamhuri

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA

Al-Qur’an surat al-baqarah ayat 183 menjadi dasar wajibnya puasa, di dalam ayat tersebut Allah berfirman yang artinya “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa.”

Dari ayat ini dipahami bawasanya puasa merupakan sarana yang ditetapkan oleh Allah untuk mencapai derajat keberagamaan manusia yang paling tinggi yaitu bertaqwa, yang berarti kepatuhan terhadap semua yang diperintahkan oleh Allah dan kepatuhan dalam meninggalkan semua larangan-Nya.

Kepatuhan terhadap Allah yang tersirat di dalam ibadah puasa berupa kepatuhan yang bersifat keimanan, yaitu kepatuhan berdasarkan keyakinan yang dilandasi bahwa ibadah puasa sebagai perintah Allah yang termaktub di dalam al-Qur’an dan diperjelas dengan hadis-hadis Nabi
Diantara bonus yang diberikan oleh Allah dalam rangka mencapai ketaqwaan kepada Allah adalah puasa yang dilakukan haruslah dilandasi dengan keimanan dan dengan penuh perhitungan, seperti disebutkan oleh Nabi :
Man shama imanan wa ihtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih

Orang yang berpuasa dengan berlandaskan keimanan dan dengan penuh perhitungan Allah akan mengampuni segala dosa yang pernah mereka kerjakan pada masa-masa lalu dan juga dosa yang akan datang. Ini merupakan pemberian yang maha beras diberikan oleh kepada hamba-Nya, ini tidak berlaku untuk ibadah-ibadah lain selain dari puasa.

Jadi bagi mereka yang betul-betul melaksanakan ibadah puasa maka kehidupannya akan selalu berada dalam keadaan yang suci dari segala dosa. Bila dengan puasa itu sendiri tidak sanggup menghapus dosa yang pernah dilakukan, maka dalam bulan puasa Allah masih juga menyiapkan pelipat gandaan nilai ibadah dan perbuatan baik lain dengan pelipat gandaan yang melebih umur manusia, yaitu adanya malam lailatul qadar.

Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang siapa yang mendapatkan malam lailatul qadar diantara orang-orang muslim, dalam tulisan ini penulis yakini semua orang muslim mendapatkan malam lailatul qadar. Hanya saja dibedakan dari kualitas amal yang dilakukan pada saat datangnya malam tersebut. Orang yang terbiasa beramal baik tentu saja mereka dapat menemukan berkah malam lailatul qadar lebih banyak, dan bagi mereka yang tidak biasa mengamalkan kebaikan tentu mereka sedikit mendapatkan keberkahan dari malam lailatul qadar tersebut. Allah menyebutkan keberkahan yang didapat dengan kadar lebih dari keberkahan beramal seribu bulan.

Bulan ramadhan merupakan sarana untuk berlomba dalam berbuat baik, seluruh amal yang dilakukan kaum muslim ditingkatkan nilainya. Kalau perbuatan itu dilakukan pada bulan selain dari bulan ramadhan maka perbuatan tersebut mempunyai nilai standar seperti wajib dan sunat sedangkan apabila perbuatan itu dilakukan pada bulan ramadhan maka nilainya ditingkatkan, yang mempunyai nilai wajib dilipat gandakan dan yang mempunyai nilai sunat ditambah menjadi wajib.

Mungkin untuk sebagian orang sangat sulit memahami makna nilai dari sebuah perbuatan, apakah itu wajib, sunat atau yang lainnya. Sebagai ilustrasi bisa kita gambarkan, seorang murid, siswa atau juga mahasiswa diajarkan oleh guru/dosen tentang suatu ilmu kemudian ilmu itu harus dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan, selanjutnya ilmu tersebut diujiankan untuk mengetahui standar penguasaan terhadap ilmu tersebut.

Murid/siswa/mahasiswa yang mampun menguasa lebih baik mendapat nilai yang lebih baik dari mereka yang tidak mampu atau kurang mampu menguasai apa yang telah diajarkan. Demikian juga dengan mereka yang tidak mau mempelajari apa yang telah diajarkan maka murid/siswa/ dan mahasiswa seperti ini tidak akan diberikan nilai.

Nilai menjadi kebutuhan semua orang karena nilai dijadikan sebagai standar kualitas dari pengetahuan dan amal seseorang, pengetahuan dan amal akan menjadi sia-sia apabila tidak diberi nilai oleh Allah. Dalam bulan puasa amal seseorang yang berpuasa akan diberikan nilai lebih tinggi dari bulan-bulan yang lain, seperti telah disebutkan nilai ibadah yang sunat dijadikan wajib pada bulan ramadhan dan nilai perbuatan wajib akan dilipat gandakan. Seseorang tentu akan lebih rajin beramal dengan amal yang baik pada bulan ramadhan karena nilainya ditinggaikan dan kerajinan beramalah yang diharapkan oleh Allah dari manusia.

Bonus nilai seperti telah disebutkan di atas bisa kita ketahui dari al-Qur’an yang menjadi firman Allah dan hadis Nabi sebagai ucapan Rasul sebagai utusan Allah, namun ada juga bonus yang kita dapatkan walaupun tidak disebutkan. Diantaranya yang bisa kita rasakan adalah kemudahan hidup selama bulan ramadhan, kemudahan yang dimaksudkan bermacam-macam. Diantaranya adalah kemudahan ekonomi, dibulan ramadhan ekonomi masyarakat sangat dimudahkan oleh Allah, kemudahan ini sangat dirasakan oleh mereka yang mempunyai ekonomi rendah, yang biasanya mereka sangat sulit mendapatkan makanan dan pakaian tetapi pada bulan ramadhan mereka mampu membeli apa yang menjadi kebutuhan bahkan apa yang mereka inginkan sampai kepada hampir menjelang lebaran idul fitri mereka mampu membayar yang namanya zakat fitrah. Dan zakat fitrah merupakan standard kekayaan seseorang dan menerima zakat merupakan standar kemiskinan seseorang.

Kalaulah semua yang telah disebutkan bisa dipahami dan dirasakan niscaya kita akan mengakui kebenaran apa yang dikatakan oleh Rasulullah : kalaulah kamu mengetahui hikmah dari bulan ramadhan niscaya kamu akan meminta sepanjang tahun akan dijadikan sebagai bulan ramadhan. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.