Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum

oleh

Oleh : Isa Mahayati*

Berbicara di depan umum adalah proses penyampaian informasi yang dimiliki individu kepada orang lain dalam jumlah yang banyak, berbicara di depan umum juga merupakan kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan-gagasan sedemikian rupa, sehingga orang lain mau mendengarkan dan memahami.

Namun untuk memiliki kemampuan berbicara di depan umum tidak mudah seperti yang dibayangkan oleh orang lain. Terkadang individu mengalami hambatan dalam berkomunikasi yaitu merasakan kecemasan ketika berbicara di depan umum. Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum akan menjadi gemetar, takut, banyak mengeluarkan keringat dan kehilangan kata-kata (Rakhmat, 2007). Pada bangku perkuliahan, sebagai mahasiswa tentu banyak kegiatan yang melibatkan komunikasi. Hal tersebut dapat berupa hubungan antara dosen dengan mahasiswa, dan penyampaian instruksi termasuk di dalamnya bertanya, memuji dan umpan balik (Elliot, Kratochwill, dan Cook, 2000).

Beberapa bentuk komunikasi lainnya yang sering dilakukan mahasiswa adalah berbicara di depan umum seperti mengemukakan pendapat, bertanya pada dosen, mempresentasikan makalah, memberikan pengarahan dan melakukan diskusi kelompok. Bahkan pada saat-saat tertentu, mahasiswa dihadapkan pada keadaan dimana harus memberikan pidato dalam sebuah seminar, memimpin rapat dalam keorganisasian. Sebagai kelompok terpelajar yang umumnya mempunyai modal pengetahuan lebih banyak mahasiswa diharapkan dapat terlibat lebih aktif, lebih membuka wawasan dan tentunya lebih percaya diri berbicara di depan umum dalam forum seperti diskusi, seminar, kuliah atau dalam situasi informal lainnya.

Kemampuan komunikasi yang efektif seperti inilah yang sangat dibutuhkan pada diri mahasiswa calon pemimpin bangsa dan intelektual muda (Apollo, 2007). Pada dasarnya, berbicara di depan umum suka atau tidak merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa karena setiap harinya manusia berbicara dihadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat.

Selain itu sebagai seorang mahasiswa yang berkompeten harus memiliki soft skill yang nantinya akan digunakan untuk dapat bersaing dengan kemajuan globalisasi. Kemampuan berbicara di depan umum yang dimiliki oleh setiap orang pun memang dalam bentuk yang berbeda-beda. Apalagi bagi mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan, sering ditemukan permasalahan kurangnya rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum. Bagi individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum, kondisi tersebut dapat menyebabkan stres (Ririn, Asmadir dan Marjohan, 2013). Seperti ketika mahasiswa akan melakukan presentasi diperlukan adanya rasa kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan suatu atribut yang paling berharga, karena dengan adanya kepercayaan diri seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada dirinya. Individu yang kurang memiliki kepercayaan diri menilai bahwa dirinya kurang mampu untuk melakukan suatu kegiatan. Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan individu tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Padahal mungkin sebenarnya individu tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Selain itu kecenderungan untuk menghindari komunikasi dengan individu lain akan dialami ketika kurangnya percaya diri.

Apabila individu berada dalam situasi terpaksa untuk berbicara, maka individu tersebut akan berusaha sedikit mungkin untuk mengeluarkan pendapatnya (Rakhmat, 2009). Hal ini dilakukan karena adanya perasaan-perasaan tertekan dan cemas yang dialami individu seperti rasa takut menerima tanggapan dari orang lain ketika berbicara di depan umum.

Menurut Osborne (dalam Dewi dan Andrianto, 2006) perasaan cemas ini muncul karena takut secara fisik terhadap pendengar, yaitu takut ditertawakan orang, takut bahwa dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang akan dikemukakan mungkin tidak pantas untuk dikemukakan, dan rasa takut bahwa mungkin dirinya akan membosankan. Individu yang pemalu dan cemas secara sosial cenderung untuk menarik diri dan tidak efektif dalam interaksi sosial, tidak lancar berbicara dan kesulitan konsentrasi ini dimungkinkan karena individu tersebut memuculkan persepsi akan adanya reaksi negative dari orang lain yang melihatnya ketika berbicara didepan umum. Kecemasan berbicara di depan umum merupakan salah satu ketakutan terbesar dan sangat mengganggu pekerjaan seorang individu.

Pada kenyataannya, perlu disadari bahwa memang terdapat juga mahasiswa yang berani untuk mengungkapkan pendapat di muka umum, namun masih banyak juga mahasiswa yang memiliki kecemasan berbicara didepan umum dan masih memperlihatkan reaksi fisik seperti gemetar, terbata-bata ketika berbicara di depan umum. Pada peristiwa lain, seperti yang terjadi pada saat perkuliahan sedang berlangsung sebagian besar mahasiswa sering hanya bersikap diam ketika diminta untuk berkomentar atau bertanya mengenai materi yang baru saja disampaikan. Begitu juga dalam situasi diskusi dalam kelompok, hanya orang-orang tertentu saja yang terlibat secara aktif mengemukakan pendapatnya, sementara yang lain hanya menjadi pendengar saja.

Menurut Rakhmat (2009), apabila seorang individu merasa rendah diri, ia akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada orang lain, dan menghindar untuk berbicara di depan umum, karena takut orang lain menyalahkannya. Kecemasan dalam interaksi sosial lebih sering dikarenakan adanya pikiran-pikiran negatif dalam diri individu. Individu merasa orang lain tidak dapat menerima dirinya karena perbedaan-perbedaan yang dimilikinya, seperti perbedaan status sosial, status ekonomi dan tingkat pendidikan.

Kepercayaan diri mahasiswa diasumsikan dapat mempengaruhi tingkat kecamasan mereka dalam berbicara di depan umum. Rasa takut dan cemas seperti itu sebaiknya dianggap sebagai sesuatu yang positif saja, karena hal ini menandakan bahwa dalam diri kita ada kesadaran bahwa tidak semua hal terjadi secara mulus atau tidak ada gangguan sama sekali. Selain itu memberi tanda pada kita bahwa kita tidak menilai diri sendiri lebih dari yang sebenarnya, kita bersikap realistis. Di lain pihak, rasa takut dan cemas justru menandakan bahwa orang memiliki kesadaran akan keberhasilan. Rasa takut dan cemas bukan menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan tidak bisa atau tidak sanggup. Rasa takut dan cemas berbicara di depan umum tidak bisa dilenyapkan sama sekali, sama halnya dengan cinta murni yang tak bisa lepas dari perasaan curiga dan was-was. Namun seseorang yang pandai berbicara di depan umum dan dapat mengatasi rasa takut dan cemas dalam dirinya, sehingga tidak lagi menjadi beban yang dapat melumpuhkan baginya, namun sebagai aba-aba supaya orang dapat mencapai hasil yang lebih baik lagi. Jadi sebagai mahasiswa kita harus memiliki rasa kepercayaan diri tinggi walaupun apa yang kita sampaikan belum tentu benar dimata orang lain.

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiahkuala, Prodi PsikologiĀ 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.