Oleh : Riega*
Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk tanaman berkeping dua (dikotil) dari keluarga Solanaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan mempunyai kemampuan berkembang biak secara vegetatif melalui umbi. Budidaya kentang akan tumbuh subur pada daerah beriklim dingin, suhu udara yang tinggi menyebabkan tanaman tidak dapat membentuk umbi. Ketinggian yang baik untuk budidaya kentang berada pada kisaran 1000-2000 meter dari permukaan laut dengan suhu 14-22 derajat celcius. Curah hujan yang baik selama periode pertumbuhan tanaman kentang adalah 1000-1500 mm. Apabila curah hujan terlalu tinggi bisa menyebabkan kebusukan pada umbi.
Budidaya kentang di Indonesia, pertamakali dilakukan pada abad ke-18 di Cibodas, Lembang, Pangalengan dan Tengger. Kemudian menyebar ke wilayah Sumatera tepatnya di Dataran Tinggi Kerinci. Saat ini banyak tempat di Indonesia menjadi sentra budidaya kentang.
Komoditas tanaman yang sudah sejak lama dibudidayakan ini mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi di kalangan pasar modern maupun pasar tradisional. Kentang merupakan buah yang dapat di manfaat sebagai sayur dan juga aneka cemilan ini mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi..
Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak diusahakan oleh petani di dataran tinggi. Permintaan kentang baik sebagai kentang sayur maupun olahan dari tahun ke tahun terus meningkat, yang mendorong petani melakukan intensifikasi dalam usaha taninya. Di Provinsi Aceh tercatat 3 kabupaten sebagai sentra tanaman kentang antara lain Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabuaten Gayo Lues
Adalah Athaullah, SP Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, pria kelahiran Rantau, Aceh Tamiang, 25 Juli 1967 ini adalah seorang komunikator ulung dan sosok yang sangat berpengalaman dalam bidang holtikultura khususnya kentang. “Pak Atha” begitulah para petani selalu menyebut beliau, bukanlah sosok yang asing bagi para petani di Dataran Tinggi Gayo.
Penyuluh ini mengawali karirnya sebagai karyawan Integrated Holticultural Projeck (IHP). sebuah poyek kerjama sama antara Pemerintah Provinsi Aceh dengan Pemerintah Provinsi Antwerpen, Belgia yaitu pengembangan holtikultura terpadu proyek yang dikelola oleh BAPPEDA Aceh itu juga sering disebut masyarakat setempat sebagai Proyek “Belgia” berlokasi di Blang Bebangka Kecamatan Pegasing.
Sesuai dengan namanya, maka proyek itu kemudian mengembangkan berbagai komoditi hortikultura salah satunya adalah Kentang, dengan pelbagai varietas Athaullah budidayakan bersama karyawan lainya. Di areal seluas kurang lebih lima hectare itu selama lebih kurang dalam kurun waktu 14 tahun, namun Untuk Tak dapat diraih, Malang tak dapat di tolak. Begitulah kira-kira pepatah yang cocok karena akhirnya proyek ”Belgia” tersebut “Bubar” yang secara otomatis berakhir juga status karyawan bagi Athaullah dan karyawan lainnya.
Berbekal pengalaman yang telah teruji dan mumpuni di bidang pertanian serta didukung secara administrasi karena memiliki SK dari Kepala Bappeda Aceh. Akhirnya Attaullah diterima sebagai tenaga honor di BPP Kecamatan Pegasing pada Dinas Pertanian Aceh Tengah, dari sinilah karirnya sebagai penyuluh mulai berkembang, Ayah dari dua orang anak ini tergolong orang yang tak kenal lelah. Bagaimana tidak, dalam kesehariannya, penyuluh ini selalu blusukan untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan sharing pengalaman yang beliau miliki kepada seluruh petani khususnya di wilayah binaan beliau.
Komoditi kentang saat itu walaupun belum diminati oleh para petani, karena petani disini lebih fokus pada tanaman kopi yang telah turun-temurun mereka budidayakan, sebagai penyuluh yang juga seorang komunikator yang ulung, komoditi kentang mulai berkembang secara perlahan-lahan dan akhirnya menjadi salah satu sentralnya produksi kentang di Negeri Antarani yaitu daerah Kala Weh Ilang dan Atu Lintang.
Berkat penyuluhan yang di sampaikan oleh penyuluh yang satu ini. Berdasarkan pengalaman yang penyuluh ini dapatkan ketika bergabung dengan proyek “Belgia” beberapa tahun yang lalu dari paha ahli holtulkura Eropa. Sistem budidaya kentang beliau demontrasikan di lahan petani dan akhirnya produksi kentang mereka sangat memuaskan serta berefek positif terhadap pendapatan mereka.
Berdasarkan evaluasi kinerja dan kapabelitas Athaullah yang boleh dibilang “memuaskan”, akhirnya jabatan sebagai Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Bebesen di amanatkan kepadanya pada tahun 2014 yang lalu. Semenjak menjadi Kepala BPP “Abah” begitulah sebutan oleh rekan-rekannya sesama penyuluh kepadanya, dengan beban tanggung jawabnya yang bertambah tetapi kebiasaan blusukan yang selama ini di lakoni tidak berkurang bahkan semakin di pupuk sehingga silaturahmi dengan petani sebagai mitranya menjadi semakin intens dan akrab.
Puncak Al-kahfi sebutan lain untuk Pantan Terong, yang berada di ketinggian 1.700 dari permukaan laut adalah salah satu wilayah kerja binaan BPP Bebesen ini, beberapa tahun yang lalu sudah ditetapkan sebagai kawasan Agrowisata, oleh pemerintah kabupaten setempat.

Semenjak kehadiran Athaullah, beliau bersama para penyuluh yang berada di bawah kepemimpinannya bekerja ekstra melakukan penyuluhan kepada para petani dari beberapa Desa yang bercocok tanam di daerah tersebut membudidayakan komoditi kentang yang telah menjadi “spesialisasi”nya itu. Partisipasi petani serta kerjasama yang baik akhirnya areal yang selama ini belum tergarap semuanya menjelma menjadi hamparan kebun kentang seluas mata memandang serta menjadi sentral produksi kentang yang ternama di Dataran Tinggi Gayo ini.
“Tiada yang yang kekal di dunia ini kecuali perubahan” pepatah telah “tepahat” di lubuk hati penyuluh ini, begitu juga halnya dengan dunia pertanian, seiring dengan berjalannya waktu, maka perkembangan teknologi pertanian secara otomatis selalu berkembang secara dinamis dan menuntut seorang penyuluh pertanian untuk terus mencari referensi-referensi terbaru baik secara “Library Reseacch” dan “Field Reseach”.
Puncuk di cinta wulampun tiba, Athaullah akhirnya bekesempatan untuk menambah pengalaman empirisnya ke Pengalengan Jawa Barat bersama rekan-rekan penyuluh lainnya untuk belajar sambil berwisata yang di fasiitasi oleh instansi tempatnya bekerja yaitu Dinas Pertanian Aceh Tengah beberapa bulanm yang lalu.
Selama di Pengalengan penyuluh ini sangat tekun belajar dan menggali ilmu dari pemateri pemari yang memang sangat ahli di bidang budidaya kentang, siang dan malam selalu memanfaat waktu dan kesempatan untuk menambah wawasannya bahkan rela “merogoh kocek” pribadinya untuk mendapatkan informasi ekstra dari guru kentang yang ada di daerah pengelangan tersebut.
Sebagai “oleh-oleh” selain pengalaman yang dia dapatkan selama berada di Pengalengan, Athaullah bersama Saprin Zailani Kepala BPP Kecamatan Linge, Sudarmi Kepala BPP Kecamatan Celala, Anugerah Fitriadi Kepala BPP Ketapang dan Ayuseara Putri Kepala Kebayakan secara swadana membeli bibit kentang varietas baru untuk di budidayakan di Pantan Terong di wilayah kerja binaannya.
Sosok Attaullah Kepala BPP Bebesen ini adalah penyuluh yang easy going, dia dengan ikhlas dan lapang dada untuk berbagi ilmu dan pengalaman khususnya tentang kentang kepada para petani kentang baik secara langsung dan terjun ke areal lahan petani itu sendiri maupun via media sosial yang lainnya, hanya demi membagikan ilmu yang bermanfaat dan agar petani behasil dan sejahtera adalah Kepuasan Bathin bagi penyuluh yang satu ini.
*Riega adalah seorang petani di Dataran Tinggi Tanoh Gayo Kabupaten Aceh Tengah