Oleh : Aman Ahza*
Sosok M. Romahurmuziy atau lebih dikenal dengan panggilan Romi sosok yang tak asing di dunia perpolitikan Indonesia, kini ia sukses menahkodai sebuah partai politik besar yang ada di negara ini, yaitu sebagai ketua Umum Partai Pembangunan Persatuan (PPP), partai berlambang Ka’bah yang pernah berjaya di Bumi Aceh.
Romi menamatkan pendidikan S1 pada jurusan Teknik Fisika ITB dan Magister di Teknik Kebijakan Industri ITB, terkesan ia adalah pakar Bidang teknik dan juga politik karena ia juga aktivis, akan tetapi sosok itu juga seorang cendekia muslim yang cerdas, lihai dan menguasai kitab Turast, bahkan ia menguasai dan hafal kaidah-kaidah usul dan kaidah Fiqh, sehingga tak heran sebagian orang memanggilnya Gus Romy atau pak Kiyai, karena keilmuannya.
Hal ini terlihat saat ia menjadi narasumber pada kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Islam Non PNS dan silaturrahmi dengan jajaran Kemenag Aceh dua tahun lalu, mendengar langsung pemaparannya tentang peran penyuluh agama dalam menangkal gerakan radikalisme membuat pendengar terkagum. Tak hanya gagasan tapi ia juga melengkapi dalil yang argumentatif serta kaidah-kaidah Fiqh.
Saat ia memaparkan materinya, para peserta tampak serius dan fokus mendengar setiap ulasan yang disampaikan oleh gus Romi, sekali-kali ia bercanda yang mengundang tawa dan tepuk tangan dari peserta.
Pemaparan semakin menarik ketika ia menjelaskan kilas balik tentang perjuangan tokoh dan perkembangan lembaga Islam di Indonesia sejak awal kemerdekaan, selain itu ia berkali-kali menyampaikan tentang toleransi sesama umat beragama dalam menjalani ritual ibadah sehari-hari.
“Perbedaan persoalan Furu’ dalam Fiqih itu merupakan hal biasa dalam dinamika bermazhab,” begitu pesan politikus cerdas itu saat pembinaan Penyuluh Agama.
Tak terasa dua jam materi begitu singkat, disela-sela itu, ada peserta mengangkat tangan untuk mengomentari apa yang telah disampaikan oleh Romi.
“Ini penjelasan yang luar biasa, saya baru tau ternyata gus Romi sangat cerdas, mampu mengupas tuntas dan jelas lengkap dengan dalil-dalil, bahkan menghafal kaidah fiqh dan ushul fiqh, tidak ada yang salah baris,” ujar Penyuluh tersebut.
Komentar lain juga datang dari salah seorang pejabat dilingkungan Kemenag Aceh.
“Keilmuan Romi itu luas, dia orang teknik juga ilmu agamanya luar biasa,” ujar pejabat tersebut.
Banyak orang mungkin akan bertanya, dimana Romi mempelajari agama, sedangkan ia merupakan lulusan teknik.
Ternyata, ia memang dibesarkan dalam tradisi politik santri, bahkan Ayahnya adalah anak dari K.H. Prof. Dr. M. Tolchah Mansoer, S.H. yang merupakan pendiri Ikatan Pelajar NU sekaligus anggota DPR–GR mewakili Partai NU DIY zaman Orde Lama.
Romy tak hanya cerdas sebagai politikus, ia juga berkali-kali meraih kemenangan dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di tingkat provinsi Yogyakarta.
Kini, selain sebagai Ketua Umum Partai berlambang Ka’bah, Romy juga menjabat sebagai anggota DPRI RI periode 2014 – 2019 di Komisi III yang membidangi masalah hukum, HAM, dan keamanan.
Tentu, gagasan dan terobosannya sangat dinantikan rakyat Indonesia.
*Penulis adalah pemerhati politik dan pendidikan di Aceh