Say No To Valentine Day, Muliakan Rasa Cinta Agar Berbuah Surga

oleh

Oleh : Melia Anisa Sa’diah

Ada apa di tanggal 14 Februari? Ya, inilah kesempatan para remaja untuk mengekspresikan rasa cinta dan sayang kepada si doi. Mengakui tak mampu hidup tanpa si doi. Seolah dialah lukisan penerang kegundahan hati. Yang jika nongol maka tenanglah hati.

Remaja tak luput dari ekspresi. Memang begitulah Allah ciptakan naluri dalam diri remaja. Penuh rasa ingin tahu, termotivasi pada setiap tantangan dan haus akan ilmu pengetahuan. Maka benar, jika kejayaan Islam pun dibangun atas kegigihan remaja dahulu.

Sebut saja Umar bin Khathab yang masuk Islam diusia muda. Beliau mampu mengembangkan wilayah negeri Islam hingga ke Mesir, Palestina, Suriah dan banyak lagi. Lihat Imam Syafi’i, hafal ribuan hadist yang kemudian dibukukan dan sampai saat ini masih dijadikan sebagai referensi ilmu.

Islam juga memiliki Bilal bin Rabbah. Remaja yang membela Islam tanpa gentar walau penuh siksa. Juga Muhammad Al Fatih, diusia 23 tahun mampu meruntuhkan benteng pertahanan Konstantinopel. Peradaban Kristen terkuat saat itu. Mengubah satu peradaban kelam menjadi mulia. Mereka semua adalah remaja yang aktivitasnya berbuah Jannah-Nya. Upss, tapi itu cerita silam ketika Islam cemerlang.

Tenang. Tak perlu kecil hati, toh negeri ini juga dihuni jutaan remaja Islam. Hanya perlu sedikit ukiran maka jadilah remaja berguna bagi bangsa. Tak perlu dibandingkan dengan yang lalu karena jaman banyak berubah. Negeri ini punya Islam yang khas. Tak perlu kegemilangan Islam dulu jadi pacuan. Ucap remaja sekuler.

Begitulah nasib penerus negeri ketika Islam tak lagi jadi acuan. Syariah tak dijadikan standar halal haram perbuatan. Melupakan nikmat dan rahmat dari Sang pembuat aturan. Jadinya terseok-seok tak karuan.

Lihatlah remaja negeri ini. Valentine’s Day jadi budaya sakral. Tukar menukar coklat juga tak boleh terlupakan. Hubungan haram seakan lezat untuk dinikmati. Sibuk mengurusi syahwat berujung aborsi. Melupakan pendidikan tuk capai prestasi. Seperti inikah potret generasi negeri?

Duhai remaja, inilah tanda kemunduran dan kedangkalan berpikir. Sekulerisme telah mengakar di akal. Model penjajahan baru yang tak terlihat mata. Transparan yang misinya berefek jangka panjang. Jika mampu menangkal, maka selamat. Jika gagal maka kehancuran di depan mata.

Duhai remaja, kembalilah kepada aturan Ilahi. Kembalilah kepada aturan Sang Pencipta Manusia. Penuntun Surga, menutup neraka. Tak usah pedulikan bisikan setan yang mengajak kepada kesesatan. Berjalanlah lurus, tapaki jalan terang bersama sang pejuang kemuliaan.

*Ibu Rumah Tangga, tinggal di Kampubg Godang, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.