Momentum HPN 2018, Radio Rimba Raya Suarakan Indonesia Masih Ada

oleh

Catatan : Junaidi A Delung*

Indonesia merdeka karena Radio Rimba Raya (RRR). Kepiawaian gelombang udara dari radio ini, mengumumkan kepada dunia, bahwa Indonesia masih ada. Kala itu, Belanda mengumumkan telah menaklukan seluruh wilayah Indonesia, termasuk ibukota negara ketika itu berada di Yogyakarta.

Gelombang Radio Rimba Raya yang mengudara, membuat penjajah Belanda kesal hingga mengalihkan pasukan dan mencari keberadaan sumber informasi radio ini.

Dari hal ini, seluruh wartawan Bener Meriah tidak ingin melewatkan kesempatan emas tersebut. Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN), pada Jum’at 9 Februari 2018, monumen Tugu RRR inilah dijadikan sebagai salah satu tempat bersejarah bagi dunia Pers atau kewartawanan.

Sama seperti pada tahun sebelumnya, setiap dilaksanakan HPN, selalu dilaksanakN di tugu ini. Hal ini, karena posisi RRR sangat penting dalam memperjuangkan nasib kemerdekaan sepenuhnya khususnya dunia pemberitaan. Kaitannya dikarenakan telah menyiarkan informasi yang sesungguhnya kepada dunia, bahwa Indonesia masih ada keberadaannya, yaitu pada wilayah Barat Sumatra.

Dari hal inilah, sehingga menjadi keunikan tersendiri bagi wartawan Bener Meriah seluruhnya. Tidak bisa dilupakan dari perjuangan radio tersebut, hingga monumen ini dijadikan sebagai tempat HPN yang tepat dilaksanakan.

Junaidi

Seperti yang penulis ketahui, selain berperan penting dalam menyebarkan sejarah kemerdekaan, saat kondisi kritis, tepatnya pada 20 Desember 1948 malam, Radio Rimba Raya mengudara menembus angkasa yang memberitakan bahwa Republik Indonesia masih ada.

Pemeintah Indonesia tentunya mampu mengabadikan keberadaan radio rimbaya ini, sebagai tanda jasanya di dalam sejarah yang sebenarnya, dan menyiarkan kemerdekaan Indonesia kepada dunia.

Pada hakikatnya saat dilanda kekritisan pada 19 Desember 1948, ibu kota negara Indonesia, Yogyakarta (masa itu) tengah dilanda musibah, dijajahnya oleh Belanda.

Radio Republik Indonesia (RRI) kala itu tidak lagi mengudara mengumandangkan kemerdekaan Indonesia, karena Radio Belanda Hilversum kala itu, secara lantang menyiarkan bahwa Republik Indonesia sudah hancur dan tiada lagi.

Hal ini diengar tidak seluruh Republik Indonesia yang mendengar, namun sebagian belahan dunia mempercayainya bahwa hal tersebut benar adanya, namun tidak bagi Radio Rimba Raya. Saat ditengah gentingnya suasana pada tanggal 20 Desember 1948 malam. Radio Rimba Raya menerobos dan mengudara menembus langit angkasa bahwa Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan revolusi 1945 masih ada dan tetap eksis menyala.

Tanggal 19 Desember 1948 Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo dalam sidang Pertahanan Dewan Daerah memutuskan bahwa tanggal 20 Desember 1948, pemancar Radio yang kemudian dinamakan Radio Rimba Raya harus telah mengudara.

Tanah Aceh yang merupakan Tanah Modal Republik Indonesia dalam menghadapi segala peristiwa yang terjadi mempersiapkan diri mendatangkan sebuah pemancar yang kuat dari luar Negeri.

Akhirnya, dari Kampung Ronga-ronga inilah dimulai kemerdekaan, setelah mengalami proses perjalanan panjang bersama Radio Rimba Raya. Saat itu pula lah bermukim dan ditetapkan pada tanggal 20 Desember 1948 secara berkala terus mengudara hingga sampai sekarang ini.

Dari sejarah inilah mengapa HPN dikaitkan dengan momentum Tugu Radio Rimba Raya (RRR), karena jasa radio ini telah mengupayakan dan menyadarkan, bahwa dengan benda ini Indonesia mengatakan dirinya masih ada.

Sehingga wartawan Bener Meriah menandakan monumen ini sebagai tempat yang pas memperingati Hari Pers Nasional. Semoga selalu jaya dan menambah varian dan juga keamanan dalam menyampaikan berita-berita yang berati. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.