Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA*
Belum lama mengelola Skala Caffee & Tea di Jalan Prof. Ali Hasyimi Pango, Banda Aceh, banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat. Pengetahuan yang didapat diantaranya adalah bagaimana memanag usaha sehingga bisa berjalan dengan baik, kendati perjalanan usaha yang dilalui belum sampai pada hitungan akhir untung dan rugi. Pengetahuan lain yang didapat adalah bagaimana meracik minuman, mulai dari minuman kopi, teh sampai kepada minuman lain yang sesuai dengan selera konsumen yang sengaja datang untuk minum atau hanya dating sekedar mencoba kenikmatan rasa dari minuman dan makanan yang disediakan. Semua pengalaman itu menjadi pengetahuan yang terus berjalan menuju kesempurnaan pengalaman menjadi pengetahuan, kendati didasari dengan keyakinan bahwa kesempurnaan itu tidak akan pernah dicapai.
Semua pekerjaan yang ada di caffe tidak sanggup dikerjakan sendiri, baik karena banyaknya pekerjaan atau karena beragamnya jenis minuman dan makanan yang harus disiapkan. Skala caffee memerlukan 5 sampai 6 orang pekerja bahkan lebih. Sebagian pekerja bertugas menyiapkan minuman segala jenis minuman, sebagiannya lagi menyiapkan makanan ditambah dengan yang mencuci piring, gelas dan lain-lainnya. Para pekerja direkrut dengan berbagai pertimbangan, baik karena ketersediaan jenis pekerjaan atau juga berdasarkan pertimbangan pendapatan caffee untuk selanjutnya disesuaikan pembayaran gaji kerja.
Sebagai pengelola caffee harus berusaha berpikir sendiri untuk memajukan usahanya bahkan memikirkannya semenjak awal berdiri, pemikiran awal berusaha mendapatkan modal untuk mendirikan usaha, mengetahui letak strategis berdirinya usaha. Sesudah itu berupaya mendatangkan pembeli sekalugus berupaya menjadikannya sebagai pelanggan. Ini semua penting dilakukan demi bertahan dan berlangsungnya sebuah usaha.
Dalam upaya rekrutmen pegawai mempunya dua pola piker yang harus dilalui, yakni antara idealis dan realistis. Kedua inilah yang mempengaruhi beban pengelola usaha, sebagaimana yang telah disebutkan kalau semuanya harus dipikirkan oleh pengelola memberi arti bahwa komponen lain tidak banyak memberi peran, tetapi kalau komponen lain banyak memberi peran, memunculkan makna sebaliknya bahwa pengelola akan berkurang beban pikiran dalam memajukan usaha dan perusahaan akan menjadi tempat kerja suatu yang tidak memunculkan ketidak seimbangan. Mungkin orang lebih sepaham kalau kekuatan seimbang dalam usaha akan terbangun apabila usaha dibangun dengan system musyarakah, yakni perkongsian dalam modal sehingga melahirkan dominasi yang seimbang.
Namun dalam tulisan ini dipahami berbeda, kalau antara pengelola dan pekerja juga harus memiliki tanggung jawab yang sama sesuai dengan kaedah profesi dan proforsi yang dimiliki oleh masing-masing. Inilah yang sebenarnya diharapkan karena tujuan dari sebuah usaha didirikan untuk memberi kesejahteraan kepada semua orang yang menjadi unsur di dalam perusahaan tersebut.
Karena itu ada beberapa bacaan yang harus diketahui ketika berbicara tentang usaha, diantaranya adalah mengetahui paradigma atau pola pikir orang terhadap makanan atau minuman dalam kaitannya dengan masa sekarang (zaman now). Generasi sekarang mempunyai paradigma yang tidak sistematis dalam melakukan semua pekerjaan termasuk tentang makanan. Mereka hampir tidak pernah membicarakan jenis makanan apa yang mereka makan, mereka juga tidak pernah mempermasalahkan apakah makanan yang ada atau yang disajikan bergizi atau tidak, yang penting bagi mereka adalah makanan yang disajikan itu enak. Fenomena bacaan seperti ini memberi pemahaman kepada kita sehingga kita bisa melihat banyaknya bermunculan tempat makanan dan minuman dengan hasil bacaan dari selera konsumen kaum muda zaman now.
*Dosen Fak Syariah UIN Ar-Raniry