BIREUEN – LintasGAYO.co : Belasan nelayan dari Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen kembali mendatangi kantor perwakilan PT Batel Indonesia dan perusahaan Repsol Talisman di Gampong Mesjid, Kecamatan Tringgadeng, Pidie Jaya pada Senin 18 Desember 2017.
Kedatangan belasan nelayan asal Peudada menuntut hak pembayaran kompensasi rumpon laut (Unyam), yang menjadi aliran eksplorasi minyak dan gas oleh perusahaan Repsol di pesisir pantai Bireuen dan Pidie Jaya.
Sebelumnya PT Bartel dan Perusahan Repsol berjanji selama 3 bulan akan melunasi pembayaran kompensasi unyam nelayan tetapi hingha waktu sudah berjalan 5 bulan PT Batel dan Perusahaan Repsol Talisman belum melakukan pembayaran, akhirnya nelayan melakukan protes.
Kedatangan nelayan asal Peudada ini disambut oleh Tajuddin dari PT Batel Indonesia dan Agus Hardiono dari Perusahaan Repsol.
Tajuddin dalam pertemuan tersebut mengatakan pihaknya sudah melakukan tranfer pembayaran kepada sebagian nelaya, total 250 unyam, hanya 27 yang terkendala saat pembayaran karena proses tranfer di Bank.
“Proses pembayaran tranfer dilakukan City Bank ke Bank Lokal sedikit terkendala karena masalah di nama dan nomor rekening, makanya sedikit lambat,” jelas Tajuddin.
Sementara itu, dalam pertemuan tersebut para nelayan tetap mempertanyakan keterlambatan pembayaran kompensasi unyam dan mempertanyakan beberapa unyam pelampung tak dimasukan dalam data pembayaran kompensasi yang sudah melebihi waktu dari yang ditentukan selama 3 bulan.
Hal itu seperti diungkapkan Saifuddin, ia mempertanyankan 8 unyam yang belum dibayar kompensasi, 2 unyam tak dimasukan dalam list pembayaran sedangkan pelampung ada, dirinya menuntut agar persoalan seperti agar segera diselesaikan.
Hal yang senada juga disampaikan beberapa nelayan lainnya disampaikan oleh Marzukie, dirinya mempertanyakan beberapa unyam yang tidak dibayar kompensasi sementara pelampung di laut dipangkas.
“Pelampung kami ada, seharusnya kalau sudah dipotong pelampung, Unyam harus dibayar kompensasi,” kata Marzukie mempertanyakan
Menyikapi persoalan tersebut dari PT Batel Indonesia Tajuddin menjelaskan beberapa pelampung para nelayan yang tidak diklaim pembayarannya, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak kapal Elnusa karena pemotongan pelampung dihitung oleh pihak kapal. Yang jelas kata Tajuddin apabila semua bukti ada semua unyam nelayan akan dibayar.
“Luas wilayahnya juga menjadi sedikit kendala bagi kami. Sehingga melebihi dari waktu yang ditentunkan,” jelas Tajuddin lagi didampingi Agus dari Repsol.
Tanggapan yang sama juga disampaikan oleh Agus dari perusahaan Repsol ia mengatakan pihaknya tidak gegabah dalam melakukan pembayaran uang kompensasi rumpon. Pembayaran ini benar-benar akurat berdasarkan data dan berjanji akan segera melunasi pembayarannya kepada nelayan.
Sementara itu Tajuddin dan Agus saat dikonfirmasi ulang selesai pertemuan dengan masyarakat dirinya enggan memberikan tanggapan. Beberapa pertanyaan yang diajukan media ini dirinya berkilah tak mau berkomentar.
“Pokoknya kalian tulis saja apa yang kalian tau dalam rapat tadi. Masalah pembayaran itu internal perusahaan,” demikian jawab Tajuddin mengelak.
Dalam pertemuan tersebut PT Batel mengundang para Nelayan Peudada untuk hadir lagi pada hari Jumat dan Sabtu akan datang untuk perhitungan kembali unyam yang disimpan digudang I dan II.
Amatan media ini pertemuan yang dilangsungkan antara PT Batel dan Perusahaan Repsol dengan Nelayan dari Peudada berjalan aman, suasana dengan dialog ini berjalan lancar meski tanpa dihadiri pawang laot kabupaten Bireuen.[Fajri Bugak/ZR]