Sensasi Arung Jeram, Penakluk Jiwa “Petereh”

oleh

Catatan: Diana Seprika*

Air sungai pesangan itu mengalir lembut, selembut derai angin menembus celah pepohonan dan tamas mude, mengantar aura malas beranjak di bibir Lukup Badak.

Tapi, segerombolan anak muda dengan seragam lengkap telah bersiap menaklukan sungai yang konon dahulunya tempat pemandian hewan langka bercula satu itu.

Uji adrenalin menaklukan Lukup Badak, sontak menjadi olahraga air populis dikalangan masyarakat Gayo. Bahkan para pemanja medsospun ingin mencoba darah mudanya untuk datang ke Gayo, khusus Aceh Tengah untuk berselancar di perahu karet ini.

Ya arung jeram kini jadi wahana sekaligus destinasi favorit di bumi Gayo saat ini.

Saat pertama sekali menerima tantangan menyusuri sungai sempat terbesit keraguan di hati. Bagaimana tidak, untuk ikut serta mengarungi sungai yang katanya sering membuat petani gagal panen diakhir tahun itu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi setiap insan yang masih awam dalam menaklukan derasnya sebagian badan sungai.

Banyak hal yang menjadi pertimbangan ku untuk ikut terjun mengarungi sungai ini, dari alasan tidak mahir berenang, trauma air sampai alasan klise lain telah dikalahkan. Ketika sudah sekali terjun, maka hal lain yang muncul adalah kapan bisa terjun kembali.

Wahana ini memang sungguh luar biasa. Bisa menghilangkan rasa penasaran yang ada. Awalnya rasa tidak percaya diri itu hadir, namun setelah berada ditengah-tengah perahu yang sangat menarik hati itu, ikan-ikan sungaipun ikut bahagia melihat gelak tawa bahagia sang penakluk sungai Pesangan itu.

Kaki yang terasa gemetar berubah kekar setalah sedikit mengarunginya. Pun ketika akan sampai pada hilir, seakan ingin kembali pada garis start yang telah mengajarkan tegar.

Disepanjang lintasan arung jeram, beberapa kali ikut membuat orang disekitar menjadi bahagia. Dengan sedikit sapaan halus para warga sekitar yang sedang menaruh mata pancing disungai yang penuh talenta itu.

Berharap mereka juga merasakan hal yang sama dengan yang dirasa saat ini. Bisa berteriak untuk langkah bersatu padu agar perahu tak sampai terbalik nantinya, kadang sampai kesal pada diri sendiri, mengapa tidak sejak dulu saja mencoba hal yang sama.

Bertahun lamanya hanya lewat sepintas jalur berkendara saja. Tidak tahu sampai begini indahnya.

Bagimu wahai generasi yang belum mencoba, inilah saat arung itu menyapa tanda sungai ikut berbicara bahwa jeram ini juga sebagai kunci untuk menaklukkan dunia.

Teruslah banggakan masyarakat dengan segala aspirasi saat berarung jeram. Terus kayuh hingga kilometer perjalanan menganggap pantas untuk dikalahkan.

Salah satu peserta Arum jeram dari kalangan pejabat Rumah sakit Datu Beru, Asnah Gayo, Minggu, 26 November 2017 mengatakan sangat bersyukur bisa mencoba wahana arung jeram ini.

“Awalnya saya sendiri tidak percaya diri untuk ikut arung jeram ini, saya pikir olahraga ini sangat menyeramkan tapi setelah saya mencoba sepertinya saya ingin mendeklarasikan kepada seluruh teman-teman yang ada di Rumah sakit Datu Beru agar bisa mencoba berarung jeram ini,” ucap Asnah.

Dari ekspresi Asnah, terlihat rasa menyesal pada dirinya, mengapa saat ini hanya mereka berempat saja yang ikut di arena olahraga ini.

“Selanjutnya, saya akan ajak teman-teman saya, biar mereka juga merasakan sensasi berarung jeram,” pungkasnya.

Salah satu atlit Arung Jeram Aceh Tengah, Waddah Safitri mengatakan olahraga Arung Jeram bisa dicoba untuk semua kalangan.

“Olahraga Arung Jeram ini bisa dicoba bagi semua kalangan, greadnya masih berada ditingkat 1 sampai 3, aman bagi seluruh kalangan”, ucap Waddah.

“Hanya butuh 3 hal saja saat berarung jeram, yakni keberanian, semangat serta mau bekerjasama dalam team, InsyaAllah Arung Jeram akan mudah dilewati,” tambah atlit Prapora Peraih Juara umum Cabang Arung Jeram Aceh Tengah ini.

Jangan hanyut dalam diam. Segera ayunkan langkah dan berbuatlah untuk menciptakan segala bentuk ekspresi wajah saat berkumpul diatas perahu itu.

Sampaikan salam pada seluruh rumput yang memenuhi pinggir sungai. Terus kayuh sampai jumlah perahu itu akan bertambah.

*Penulis adalah aktifis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh Tengah, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Takengon juga wartawan LintasGAYO.co.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.