Taksonomi Kehidupan dari Novel Sepatu Dahlan

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya” (Dahlan Iskan)

Banyak orang yang mengatakan bahwa orang yang sukses itu banyak yang berasal dari keluarga miskin, kata-kata ini dibuktikan oleh Dahlan seorang anak kampung yang berasal dari keluarga miskin menjadi orang sukses. Dengan kemiskinannya itu ia tak putus asa dalam menjalani kehidupan bahkan ia mempunyai cita-cita untuk menjadi orang hebat. Kisah inspiratif ini terdapat dalam novel Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Khrisna Pabhicara, novel ini membuat siapa saja yang membacanya akan tersentuh dengan kehidupan keluarga Dahlan yang dibelenggu dengan kemiskinan

Semangat hidup keluarga Dahlan sungguh luar biasa, mereka menjalani kehidupan itu penuh dengan kesabaran. Bapak Dahlan yang begitu piawai dalam memberikan nasihat kepada Dahlan, setiap kata-kata yang keluar dari bibir bapak Dahlan seakan memberikan kehidupan kembali dan memotivasi untuk hidup terus walaupun dibelunggu dengan kemiskinan. Salah satu nasihat yang disampaikan bapak Dahlan ialah “kemiskinan yang dijalani dengan cara yang tepat, akan mematangkan jiwa.” Dan bagaimana bapak Dahlan mengajari kepada Dahlan untuk menjalani hidup ditengah kemiskinan, layaknya orang-orang miskin dahulu bertahan hidup dan melalui kepedihan itu dengan tabah tawakal.

Dahlan tinggal dikampung kecil bernama kampung Kebon Dalem, warga Kebon Dalem mayoritasnya adalah warga miskin tapi anak-anak dan seusia remaja Dahlan semuanya sekolah. Bagi penduduk Kebon Dalem kemiskinan bukan halangan untuk menuntut ilmu. Dahlan pergi ke sekolah tanpa menggunakan sepatu dan sebelum pergi kesekolah harus membabat rumput terlebih dahulu untuk makanan sapi baru kemudian pergi kesekolah dengan berjalan kaki, saat rasa lapar menghantui Dahlan dan adiknya bernama Zain mereka gunakan sarung untuk dililit diperut guna menahan rasa lapar dan bagaimana perjuangan Dahlan ketika melihat adiknya tidak tahan dengan rasa lapar ia harus mencuri tebu milik joragan kebun tebu dikampungnya walaupun akhirnya kedapatan dan Dahlan merasa bersalah atas perbuatan tersebut. Rasa lapar telah terbiasa dengan kehidupan Dahlan bersama adiknya Zain dan keluarganya.

Dahlan memimpikan membeli sepatu pada saat yang tepat karena dia merupakan tim utama dalam bola volly dari sekolahnya, maka terbesitlah didalam hatinya jika harga diri seorang pemain utama yang jadi patokan, maka bapak akan menggeleng secepat mata berkedip. Bagi beliau harga diri itu sederhana, berpangkal pada falsafah sangkang paraning dumadi (darimana kita berasal dan kemana kita akan berakhir). Kita berasal dari yang tidak ada, maka tak layak kita memaksa-maksakan diri membuat sesuatu yang tak sanggup kita lakoni. Kita juga akan berakhir pada yang akan tiada dan akan segala harta benda yang kita miliki tak satupun yang bakal menemani kita menuju ketiadaan. Begitulah kata beliau, aku tidak akan mati hanya karena tak punya sepatu.

Kemiskinan membuat Dahlan semangat menjalani kehidupan, ibu dan bapaknya serta adiknya Zain tak pernah mengeluh dengan keadaan mereka bahkan dengan kemiskinan itu membuat mereka menjadi orang yang ramah tamah, tidak sombong serta semakin dekat kepada Sang Khalik. Daripada hidup bergelimang harta tapi tidak beriman, memang lebih baik hidup miskin tapi beriman, begitulah kehidupan Dahlan bersama keluarganya yang hidup penuh dengan kemiskinan tapi rasa iman tak pergi dari kehidupan mereka.

Sebuah novel menggugah jiwa, penuh inspirasi dan begitu banyak mengandung nilai-nilai kehidupan bahkan Andy F. Noya (host Kick Andy) mengatakan “membangkitkan semangat setiap orang yang membacanya, oleh karena itu para pembaca budiman bagi yang belum membaca novel ini layak untuk dibaca karena begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari novel “Sepatu Dahlan” ini. Semoga bermanfaat.

Di atas terdapat beberapa kata-kata mutiara yang bisa menjadi renungan bagi kita, selain diatas masih banyak kata Mutiara yang terdapat dalam Novel Sepatu Dahlan ini. Adapun kata-kata muiara yang ada dalam novel ini seperti yang ada dibawah ini:

  • Setiap orang berhak atas keberhasilan dalam hidupnya, tidak peduli dia lahir dari keluarga miskin
  • Jangan berharap jadi orang kaya dan jangan takut hidup melarat
  • Kemiskinan bukan halangan untuk mereguk ilmu sebanyak mungkin
  • Disiplin itu lahir dari kemauan dan kesungguhan dari diri sendiri, bukan dari peraturan atau ketegasan orang dalam menegakkannya.
  • Aku memang mengaguminya, tapi bukan berarti ingin memilikinya (ketika hidup jauh berbeda maka yang ada bagaikan bumi dan langit).
  • Penasaran dengan kata-kata mutiara lainnya, pastikan para pembaca budiman membaca novel inspiratif ini.

Tulisan singkat lain tentang novel bisa baca di media ini dengan judul:

  • Butiran Hikmah Cerpen Perempuan Berjangkat Utem
  • Pelajaran Klasik dari “Sang Keazaiban Zaman” Novel Api Tauhid
  • Novel Ayat-Ayat Cinta 2 (Binar-Binar Cinta dan Keilmuan)

*Penulis: Resiator Buku dan Novel

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.