Berhenti Berbuat Baik, Sekarang!!!

oleh

Oleh : Ida Nusraini*

Sebagai muslim yang meyakini Allah SWT sebagai Tuhan yang tiada tuhan selain-Nya, meyakini nabi Muhammad SAW suri tauladan dalam setiap tindak tanduknya, sejatinya tingkah polah perilaku kita akan senantiasa terjaga. Kita dianjurkan untuk selalu cenderung pada kebaikan, melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri dan lingkungan, menghindari dosa dan berlindung dari godaan syaithan.

Namun pernahkah merasa kita melakukan kebaikan tapi ditinggal sendiri? Jangankan dibantu malah dicaci maki. Pernahkah berbuat baik tapi tak siapapun yang memuji?. Sudah memperbaiki diri tapi cibiran tak kunjung henti?. Berbuat maksimal tapi tak dihargai?. Menyampaikan kebenaran tapi semua orang mendadak tuli?. Membantu orang lain dengan segala tenaga, waktu dan pikiran tapi malah dibuang tanpa arti? Setia tapi dikhianati? Menghargai tapi disakiti?. Memberi tapi tidak dihormati?.

Jika jawabannya adalah : ” Ya, saya pernah mengalaminya.”, dan kita kecewa dan terluka, maka berhentilah berbuat baik sekarang juga!!. Ya, berhenti disini, sekarang juga, karena seumur hidup dan sampai mati kita akan kecewa. Karena percuma melakukan sesuatu yang membuat lelah letih tak berguna. Bikin capek saja. Ujung-ujungnya menyesal membuang waktu dan umur untuk sesuatu yang sia-sia.

Tapi mari rehatkan sejenak batin lelah, jiwa letih kita. Tarik sejenak ingatan pada niat semula : untuk apa, untuk siapa, mengapa berbuat baik. Jika ingin ada yang peduli, ingin dipuji, dihargai, dihormati, dianggap masih ada didunia ini, maka maaf, kita sedang bunuh diri. Ya. Bunuh diri. Karena kita sedang membubuhkan “racun” dalam perbuatan baik kita. Efeknya memang bukan spontan seperti sianida dicangkir kopi Mirna, tapi perlahan namun pasti menggerogoti kesehatan amal ibadah kita. Eh koq bisa? Bisa, karena niat dipandang penting didalam ajaran agama kita. Penting karena niat adalah awal yang mempengaruhi hasil akhir dari semua perbuatan. Penting karena Allah akan mengganjar segala perbuatan tergantung niatnya.

Maka jika hari ini dan selanjutnya ingin berbuat baik, niatkan untuk dua hal saja. Pertama, Lillahi Ta’ala, mengharap ridha Allah semata-mata. Mengharap perbuatan baik sebagai modal dan bekal ketika kembali padaNya. Jika Allah ridha, peduli apa dengan manusia sedunia?. Kecintaan atau kebencian, pujian atau hinaan, senyum atau sinis, penerimaan atau penolakan, dihormati atau dicibir. Dihargai atau disingkirkan. Manusiawi memang, jika kita sudah baik inginnya orang juga sama. Tapi cobalah “naik” sedikit. Penilaian Allah terhadap kita tidak tergantung pada penilaian manusia, mbaksis, masbro. Intinya JFoA, Just Focus on Allah, fokus pada Allah saja. Kalau dipuji dan dihargai manusia, itu bonus. Kalau dimasukkan kedalam hati, serius, pahala bisa hangus.

Kedua, berbuat baik untuk memuliakan diri sendiri. Ibarat bertani, menanam, merawat tanaman untuk kita panen sendiri. Jika ada yang dimakan hama ulat, ya semprot pestisida, tak perlu memusnahkan tanaman seluruhnya. Atau berhenti saja bercocok tanam hanya karena tak seorangpun memuji memuja melimpah ruahnya hasil tanaman kita. Batasi pandangan sampai pagar kebun saja. Amal baikku, ya kembali juga pada diriku. Perbuatan baikmu, ya kemuliaanmu.

Last but not least. Periksa hati sucikan jiwa. Adakah melibatkan Allah didalamnya?. Jika tidak, BERHENTI BERBUAT BAIK SEKARANG JUGA!.

*Ibu Rumah Tangga Tinggal di Takengon, Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.