Diana Seprika, S.Pd*
Sudahkah kita melakukan sahur hari ini? jika sudah itu pertanda lambaian perpisahan. Bukankah penyesalan jika target Ramadhan kita masih setumpul sediakala. Nyatanya Ramadhan telah pergi meninggalkan kita.
Awalnya bulan Ramadhan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari seluruh umat diseluruh Jagat Raya dan menjalani ibadah didalam bulan suci ramadhan merupakan keberkahan dan nikmat yang tiada tara bagi yang merasakannya, hanya sebentar saja kini Ramadhan telah berlalu dan meninggalkan kita semua.
Bagi umat yang telah berkesempatan merasakan nikmatnya keberkahan iman dengan melakukan seluruh rangkaian ibadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan merupakan umat yang beruntung karena menyadari keistimewaan yang dimiliki bulan Ramadhan. Akan tetapi, bagi umat yang masih lalai betapa merugi. Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana orang beriman mempunyai kesempatan begitu luas untuk berdo’a kepada Allah Swt.
Ramadhan tahun 143 H kali ini jatuh pada 24 Juni 2017. Jika hari ini telah berlalu maka kita akan memasuki awal bulan Syawal. Bagi yang baru saja mendapatkan hidayah akan faedah beribadah pada bulan Ramadhan akan menjadi awal yang baru untuk bisa memperbaiki diri namun menjadi sebuah penyesalan karena tidak sempat bersungguh-sungguh dalam melalui bulan yang penuh berkah, bukan hanya di Gayo, tapi juga seluruh umat Islam di dunia.
Teringat pada Kisah Rasulullah pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriah. Ada yang tak biasa dilakukan Rasulullah. Biasanya malaikat Jibril mendengarkan bacaan Al-Qur’an Rasulullah satu kali, tapi Ramadhan kali itu malaikat Jibril melakukannnya dua kali. Begitupun dengan i’tikaf yang biasanya Rasulullah lakukan pada sepuluh hari terakhir namun berbeda dengan ketika itu rasul melakukan i’tikaf dua puluh hari.
Lambaian perpisahan telah datang, dari Rasul tercinta yang dicintai para sahabat dan umatnya. Sementara ia sendiri juga mencintai umatnya. Tetapi tidak semua orang mengerti dan memahami bahwa itu merupakan Isyarat perpisahan. Bahkan hingga beberapa bulan kemudian, masih saja tanda-tanda itu belum dirasakan kebanyakan sahabat. Meski pada waktu haji wada’ Rasul mengatakan Aku tahu pasti, boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.
Bahkan hingga lima hari sebelum Rasul wafat pada bulan Rabiul awal, saat ia menyampaikan beberapa nasihat panjangnya. Pada nasihatnya Rasul berkata, “Sesungguhya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah Swt, antara diberi kemewahan dunia menurut kehendaknya ataukah apa yang ada disisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya.”
Saat itu Abu bakar menangis sambil berkata, “Demi ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu,”. Para sahabat heran. Orang-orang berkata, “lihatlah orang tua ini,“ “Rasulullah Saw mengabarkan tentang seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia menurut kehendaknya ataukah apa yang ada disisi-Nya, lalu dia berkata, “Demi ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu,”. Akhirnya setelah Abu Bakar menjelaskan bahwa yang dimaksud hamba itu tak lain adalah Rasulullah, barulah para sahabat yang lain menyadari, bahwa detik-detik perpisahan dengan Rasulullah akan tiba. Sesuatu yang nyaris tak pernah mereka bayangkan. Bahwa suatu hari kelak mereka akan berpisah.
Sama halnya dengan kisah Rasulullah Saw di atas yang memberikan isyarat kepada para sahabat bahwa perkataan yang mengatakan boleh jadi tahun ini merupakan pertemuan terakhir bagi Rasulullah. Maka jika dikaitkan dengan berlalunya Ramadhan, setiap hari harusnya menjadi cambukan keras untuk kita umatnya agar senantiasa menjalani hari pada bulan Ramadhan dengan ikhtiar untuk selalu dekat dengan-Nya. Karena bisa jadi Ramadhan selanjutnya nama kita tidak tertulis lagi di shaf mesjid atau menasah yang sering kita kunjungi. Dalam konteks inilah, seharusnya kita meletakkan cinta kita kepada karunia Allah Swt dibagian tertinggi dari seluruh cinta yang ada sekaligus kita bisa benar-benar meletakkan rasa kehilangan kita dengan sebenar-benarnya dengan terus bertawakal kepada Allah, semoga kita masih bisa bertemu dengan Ramadhan tahun berikutnya.
Bagi yang telah menjalani hari dengan melakukan syi’ar keislaman pada bulan Ramadhan sebagai penebal keimanan maka tetaplah seperti itu dan tetaplah berjalan sebagai orang muslim yang sebenarnya, dalam mengarungi samudera keimanan. Sesungguhnya karunia hidup ini punya batas usia. Sebuah batas yang berada dialam gelap, tetapi ia sangat dekat dengan kita, mengintai setiap saat dan pada akhirnya berlalu meninggalkan kelalaian kita yang masih seperti sedia kala.
Semua lambang hidup, yang bergerak atau diam, sesugguhnya selalu melambaikan perpisahan, mengalunkan lagu perpisahan dan berbicara tentang perpisahan. Kini Ramadhan telah berlalu, berharap setelahnya masih terlihat anak kecil yang mau belajar gerakan shalat yang terlihat dari shaf shalat tarawihnya para orangtua di Mesjid. Berharap pemuda Gayo masih bersemangat menjadikan masjid sebagai tempat yang paling sering dikunjungi dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan walauRamadhan telah berlalu. Kini Ramadhan, benar-benar akan pergi, berharaplah dengan harapan terbaik sesuai apa yang telah diusahakan selama Ramadhan. Karena setelah kepergiannya, kita tak tahu lmasih bisa bertemu atau tidak.
Dalam ketidaktahuan, segala kesempatan baru harus kita maknai sebagai kesempatan terakhir. Seperti perkataan Rasulullah, “Shalatlah seperti shalat perpisahan,” yang bermakna shalatlah seakan ini shalat terakhir kita, tidak ada yang tahu apakah masih ada esok hari bagi kita atau tidak. Masih adakah kesempatan kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan selanjutnya atau tidak. Seperti sebuah perjalanan yang panjang, sesungguhnya hidup ini layaknya kereta tua yang tidak tahu kapan berhentinya. Ia terus berjalan, melalui apa saja dihadapannya. Segala yang ada disekitarnya melambaikan perpisahan, tetapi tidak akan ada orang yang mengerti kapan ia akan berakhir.
“Ya Allah berkatilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan” (HR. Ahmad & At-Tabrani). Semoga kita dipertemuakan pada Ramadhan selanjutnya. “Taqabbalallahu minna wa minkum”, (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).Amin ya Robbal alamin.
*Anggota Humas KAMMI Aceh Tengah