Catatan Muhammaddinsyah*
RINTIK hujan di pagi itu Rabu 22 Mei 2017 membuka pagi yang dingin di Bener Meriah, dengan berat hati ku langkahkan kaki untuk pergi mencari buku yang akan ku jadikan panduan penelitian tugas akhir kuliah (skripsi). Dengan sepeda motor tua milik Ayah aku menyusuri jalan jalan berlubang yang menghiasi hampir setiap inci jalan di kabupaten ini menuju istana buku di kantor Arsip dan Perpustakaan Bener Meriah.
Pagi itu, pukul 9.00 wib perpustakaan masih terlihat sepi dari pengunjung mungkin masih terlalu pagi pikirku, didalam perpustakaan yang buka dari jam 08.00 wib sampai 16.00 wib ini hanya terlihat aktivitas pegawai yang duduk di depan komputer, layaknya sebuah perpustakaan suasana hening dan damai menemani aku yang berjalan kesana kemari mencari buku yang aku butuhkan.
Ada banyak referensi buku di perpustakaan ini, buku terbitan yang lama bahkan yang paling barupun ada, meski belum terlalu lengkap buku buku di perpustakaan ini sudah mampu mengenyangkan siapa saja yang lapar akan ilmu pengetahuan. Ada banyak pilihan bacaan diantaranya ilmu Kedokteran, Ilmu Politik, pengetahuan agama islam, buku pelajaran, Ekonomi, Akutansi, Sejarah, Filsafat, Bahasa bahkan banyak buku buku Novel dan juga buku bacaan anak anak.
Namun, bukan itu yang menarik perhatianku, hampir dua jam duduk di perpustakaan tersebut tidak ada orang lain yang datang berkunjung, mungkin karena pagi makanya tidak banyak yang berkunjung pikirku. Penasaran terhadap jumlah pengunjung setiap harinya, membawa ku bertanya kepada pegawai perpustakaan tersebut. Dari penuturannya, dapat disimpulkan memang tidak banyak yang mengunjungi istana sumber ilmu ini.
Terhitung dari 23 februari 2017 sampai 22 mei 2017 hanya 48 kali peminjaman buku, setidaknya begitu yang tertulis dibuku catatan peminjam buku perpustakaan ini. Cukup miris melihat kondisi ini, selama 88 hari hanya 48 buku yang terpinjamkan. artinya, dalam sehari hanya 1,83 buku yang dipinjam oleh warga Bener Meriah dari perpustakaan ini, belum lagi dalam catatan tersebut banyak terlihat nama peminjam yang sama. Bukan hanya itu, jumlah pengunjung juga demikian, terhitung 20 Februari sampai 24 Mei 2017 dalam catatan buku tamu di perpustakaan yang dikelola langsung oleh pemerintah Bener Meriah ini, hanya ada 300 kali kunjugan itupun sama halnya dengan peminjaman buku banyak terlihat nama yang sama. Artinya, selama 92 hari persentase kehadiran pengunjung hanya 3 orang perhari.
Dari data ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa minat baca masyarakat Bener Meriah masih sangat minim. Puluhan ribu masyarakat Bener Meriah dari berbagai profesi hanya 3 orang yang mengunjungi perpustakaan tersebut dan hanya satu buku yang dipinjam perharinya.
Entah apa yang menjadi sebab dari kurangnya minat baca ini, apakah karena mudahnya mengakses informasi yang ada di buku melalui internet. Tapi, bukankah kita semua tau bahwa internet bukanlah solusi untuk dijadikan referensi ? Penyebab yang paling mungkin menurut penulis adalah gagalnya pemahaman kita semua masyarakat Bener Meriah tentang pentingnya membaca buku.
Menurut penuturan pegawai yang pagi itu bertugas menjaga perpustakaan Dinas Kearsipan dan perpustakaan Bener Meriah, masih sangat membutuhkan pembenahan disisi fasilitas dan bagunan. Karena, dengan alasan kurang lengkapnya fasilitas, tidak ada Arsip Pemda yang disimpan di Kantor tersebut direncanakan 2018 baru hal tersebut dapat direalisasikan.
Pertanyaanya adalah, Mengapa Minat membaca di Bener Meriah masih sangat minim ? Apakah ini salah pemerintah daerah? Atau salah Dinas Arsip dan Perpustakaan ?
Tentu, Pemerintah daerahpun menolak untuk disalahkan terkait hal ini, karena pada dasarnya membaca adalah kebutuhan pribadi setiap manusia dan manfaat dari membaca pun tentunya bagi pribadi manusia itu sendiri. Menurut penulis ada beberapa hal yang menjadi pokok utama penyebab hal ini, diantaranya, kurangnya pemahaman tentang pentingnya membaca.
Namun seharusnya, ada upaya dari pemerintah daerah meski hanya sebatas anjuran atau yang lebih konkrit adalah menginisiasi gerakan sadar membaca dengan mengharuskan seluruh elemen masyarakat untuk membaca, lebih spesifik misalnya setiap sekolah di Bener Meriah minimal yang berdekatan dengan perpustakaan wilayah diharuskan untuk membuat kegiatan ekstrakurikuker di perpustakaan tersebut. Sehingga, kaula muda khususnya pelajar akan lebih meningkat minat bacanya. Contoh lain, pemerintah harusnya mampu lebih berkerjasama dengan pihak Kampung sehingga perpustakaan kampung bisa terealisasi dengan baik. Memberikan reward (penghargaan) melalui perlombaan bertemakan membaca dan lain lain. Ada banyak hal penulis pikir dapat pemerintah lakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Bener Meriah untuk membaca.
Sangat disayangkan, fasilitas yang sudah disediakan seperti Bahan bacaan, perpustakaan berjalan, dan lain lain idak dimanfaatkan dengan baik. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Arsip dan Perpustakaan Bener Meriah dituntut berkerja lebih keras dalam meningkatkan minat baca masyarakat khususnya pemuda dan pelajar di Bener Meriah.
Penulis percaya dengan meningkatnya minat membaca buku, pemuda khususnya pelajar Bener Meriah akan kaya dengan referensi dan ilmu pengetahuan. Sehingga estafet pembangunan Kabupaten ini akan lebih mampu untuk memajukan Bener Meriah.[]
*Ketua umum HPBM Banda Aceh