
MIS Kala Wih Ilang yang terlatak di sebuah dusun yang terisolir di Kampung Wih Ilang, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah telah berdiri sejak 4 tahun terakhir. Hingga sekarang Madrasah ini masih berstatus swasta dibawah naungan Kementerian Agama.
Berawal dari kerja bakti salah satu organisasi terbesar di Indonesia yang memiliki anggota diseluruh penjuru negeri bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon dan Korp Alumni Mahasiswa Islam (KAHMI) saat memperingati miladnya pada Oktober 2016 lalu, menemukan situasi menyedihkan kondisi pendidikan warga yang didominasi perantau dari Karo, Sumatera Utara di Bumi Gayo tersebut.
Bangunan yang tak layak, kekurangan tenaga pengajar, beralaskan tanah, menjadi perhatian setiap yang hadir ke dusun Kala Wih Ilang. Hingga akhirnya informasi tentang kondisi Madrasah tersebar, kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, mendengar kabar itu.
Ia pun langsung memerintahkan kepada Kasubag Perencanaan untuk melakukan kunjungan ke lokasi. Hingga menerima laporan, memang keadaan Madrasah sangat memprihatinkan. Daud Pakeh yang tengah menghadiri pertemuan dengan Menteri Agama langsung menyampaikannya. Dengan cepat langsung direspon, agar dicarikan solusinya.
Kurang dari 1 tahun, akhirnya MIS Kala Wih Ilang pun dibangun. Sebanyak 1 ruang kelas dibangun akhir 2016 lalu, sedangkan 3 ruangan lainnya dibangun 2017 ini. Daud Pakeh hadir langsung saat meletakkan batu pertama pembangunan RKB MIS Kala Wih Ilang, Rabu 12 April 2017.
Melewati medan yang sulit, lantaran kondisi jalan berlumpur. Bersusah payah, rombongan tiba di lokasi. Ada yang berjalan kaki, ada juga yang menumpang dengan mobil. Menariknya lagi, moment peletakan batu pertama, juga ditandai dengan pengucapan syahadat 11 warga, yang dituntun oleh Ketua MPU Aceh Tengah, Tgk. H. M. Isa Umar, disaksikan oleh ulama lainnya termasuk Kepala Baitul Mal Aceh Tengah, Dr. Tgk. H. Mahmud Ibrahim, MA.

Dengan dibangunnya ruangan belajar bagi siswa MIS Kala Wih Ilang, Kepala Madrasah, Sulastri, SH.I mengaku terharu. Dirinya tak menyangka, bangunan Madrasah yang telah berdiri sejak 4 tahun terakhir ini sudah punya ruang kelas yang layak.
“Alhamdulillah, sebentar lagi anak-anak akan menikmati pembelajaran di ruang kelas yang layak. Sangat terharu, saya tak lagi bisa berkata-kata,” ungkapnya dengan mata berkaca.

Dijelaskan alumnus STAIN Gajah Putih yang juga sebagai pendiri Madrasah Ibtidai’yah Swasta ini, sekarang ada 23 siswa yang belajar di Madrasah tersebut. Kebanyakan dari merupakan Muallaf, meski ada beberapa siswa yang masih non-muslim.
Kebahagiaan Sulastri terpancar atas kerja kerasnya selama ini. Meski bukan, berpendidikan seorang guru, ia dengan ikhlas memberikan ilmunya mengajarkan kepada anak-anak polos disana.
Semoga dengan dibangunnya ruang kelas yang layak dapat meningkatkan taraf pendidikan warga disana. Semua kita sebagai seorang muslim perlu memperhatikan daerah yang dihuni pendatang yang kebanyakan telah memeluk agama Islam ini. Pembinaan aqidah yang lebih baik sangat mereka harapkan. Begitu, juga dengan akses jalan perlu pembenahan.
[Darmawan Masri]