Sisi Lain Dari Manti

oleh
Yusra Habib Abdul Gani*

AKANKAH terjawab secara ilmiah nantinya tentang keabsahan wujudnya hamba Mante yang dinilai misteri di negeri Aceh, di saat atmosfer politik dan kekuasaan sedang bergolak ke arah yang belum menentu dan isu lingkungan (alam sekitar) yang terus terbiar?.

Hal ini tergantung kepada hasrat lembaga penelitian yang akan melakukan research dengan sungguh-sungguh. Apa pun dalihnya, makhluk misteri tersebut secara ‘genetical’ diakui wujud dalam rimba Aceh, namun tidak siapa pun dapat dan berani bersaksi dan memastikan namanya adalah ‘Mante’.

Bermodal teori dari beberapa anthroplog yang kesimpulannya masih simpang siur hingga hari ini, mengajak orang untuk bebas memberi testimoni berdasarkan penglihatan dan pengalaman masing-masing bahwasanya makhluk itu wujud, seperti telah dilaporkan oleh media sosial LintasGAYO dan Serambi Indonesia dalam beberapa hari ke belakangan ini.

Terlepas dari pertimbangan apa pun, sudah tentu ‘Mante genetic’ baru akan memiliki legitimasi secara ilmiah, jika DNA-nya telah ditest melalui laboratorium. Masalahnya, contoh yang dijadikan figur Mante itu sudah ratusan bahkan mungkin ribuan tahun wujud namun belum juga dapat dipastikan.

Muncul kekhawatiran kalau-kalau Mante itu ’sara Ralèk’ (hubungan saudara sedarah keturunan) dengan manusia prasejarah yang ditemukan di Loyang Mendale Takengon Aceh Tengah yang dipercayai sebagai manusia awal yang mendiami bumi (peta wilayah Aceh) sekarang bersatu menyusun kekuatan untuk mengusir pendatang haram dari Tamil, Iran, Turki dan Siam.

Oleh itu, biarlah isu itu tersebar menjadi hiburan rakyat di malam dan siang hari sebagai ganti isu Pilkada yang sudah berakhir, setidak-tidaknya untuk mengalihkan perhatian umat dari isu ‘Mante politic’, yang sesungguhnya lebih menghebohkan.

Lupakan saja ‘Mante genetic’ dari ingatan kita yang ternyata tidak ada apa-apanya berbanding dengan ‘Mante politic’, dimana mereka sedang mempamerkan aksi ‘telanjang bulat’ –tanpa ada perasaan malu- terhadap Allah dan manusia untuk melakukan tindakan tidak terpuji, baik secara peribadi mau pun bergerombolan (partai) merampas kekayaan yang bukan harta miliknya dan bukan pula milik Ayahnya.

Rekaman video yang disiarkan oleh kumpulan trailer, yang menggambarkan makhluk misteri telanjang bulat itu secara psykhis-sosial adalah suatu simbolik bahwa, ‘Mante politic’ berdasi, sebenarnya dikenal pasti sosoknya dan tindakannya dalam bentuk menggelapkan dan menghabiskan ratusan miljard rupiah uang negara secara sitematik dengan tindakan ’telanjang bulat’.

Tragisnya, ‘Mante politic’ tersebut dengan gerak cepat dapat melakukan manuver politik, bersembunyi dan menyelamatkan diri di sebalik semak belukar, yaitu sistem politik yang memberi perlindungan (protection) kepada politisi bajingan ini untuk tidak dapat dikesan, ditangkap, ditahan dan diadili.

Lebih menggelikan, apabila ada pihak yang berpura-pura memburunya dengan menggunakan senjata galah panjang. (Lihat video rekaman yang beredar). Ini tindakan irrational. Artinya, untuk menangkap ’Mante genetic’ dan ‘Mante politic’ dengan terlebih dahulu memberi aba-aba bahwa mereka sedang dikejar.

Semak belukar itu adalah jaringan birokrasi yang memiliki benteng pertahanan tempat politisi bajingan berlindung. Rakyat tidak akan mampu menerobos, apalagi menangkap ‘Mante politic’ yang kurang ajar ini, selagi sistem politik tidak dihancur-leburkan.[]

*Director Institute for ethnics Civilization research, Denmark

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.