Phuket dan Potensi Wisata Gayo (Bag IV)

oleh
Lintang memperhatikan pembuatan Kacang Mete
Oleh : Win Wan Nur

Camilan dan oleh-oleh

Lintang memperhatikan pembuatan Kacang Mete

SELESAI dari Patung Budha Besar, oleh Ten, Guide kami, rombongan kami dibawa ke tempat pembuatan camilan kacang mete.  Di tempat ini dijual berbagai olahan kacang mete yang telah menjadi camilan dengan berbagai macam pilihan rasa, mulai dari yang manis, pedas, asin atau yang alami. Sebagai variasi, di tempat ini juga dijual olahan gurita, cumi dan ikan teri produksi Phuket.

Sebenarnya camilan seperti ini sangat umum dan juga sangat mudah ditemukan di Indonesia. Jadi supaya kacang mete di Phuket ini terlihat istimewa dan memiliki nilai tambah sebagai objek pariwisata, di sini yang ditawarkan bukan hanya kacang metenya, tapi juga pengetahuan tentang kacang mete dan proses pengolahannya sampai bisa dinikmati. Untuk alasan ini, di depan toko ini dibuat patung kacang mete dan juga ditanam sebatang pohon jambu mete, yang saat kami datang kebetulan sedang berbuah. Dengan begitu, turis yang berbelanja di tempat ini tahu dari tanaman seperti apa sebenarnya makanan ini dibuat dan seperti apa proses pengolahannya. Di tempat ini pengunjung bisa menyaksikan sendiri bagaimana proses pengolahannya, bagaimana cara mengambil kacang mete dari dalam biji buah jambu monyet. Di sana ada beberapa perempuan yang sedang melakukan proses pengolahan. Bagi anak-anak saya yang selama ini hanya melihat jambu mete di dalam buku atau youtube, menyaksikan sendiri proses pembuatan cemilan ini adalah sebuah pengalaman menarik.

Dari toko jambu mete ini kami dibawa ke toko batu permata, tapi di sini  batu-batu permata (sebagian seperti giok di Gayo) yang dijual di sini harga-harganya jauh di atas kemampuan kami untuk membeli. Beberapa harganya menyentuh angka ratusan juta sampai milyaran. Di tempat ini juga dijual kerajinan berupa dompet, tas dan ikat pinggang yang terbuat dari kulit buaya, yang harganya tak perlu ditanya.

Selesai dari sana kami dibawa ke Mall terbesar di Phuket. Secara umum Mall ini tidak berbeda dengan mall-mall yang ada di Medan atau Jakarta, tapi karena ini adalah Phuket yang merupakan tempat wisata, di Mall ini ada bagian khusus yang menjual cendera mata. Tidak seperti mall-mall di Bali dimana perdagangan cendera mata di Mall dikuasai oleh pebisnis-pebisnis besar. Di sini, para penjual cendera matanya adalah para penduduk setempat. Suasana di sini mirip seperti di pasar Ubud, pasar Kumbasari atau Sukawati. Barang yang akan dibeli bisa ditawar.

Di Mall terbesar di Phuket ini saya melihat beberapa karyawati berjilbab, mereka sama seperti Ten adalah warga Thai yang beragama Islam.

Kami membeli oleh-oleh di tempat ini karena si kembar yang sejak kapan hari sudah pamer ke gurunya akan berlibur ke Thailand sudah berjanji membawa oleh-oleh. Harga oleh-oleh di sini tidak terlalu mahal, rata-rata berharga 100 baht (Rp. 35.000) satu paket.  Si kembar membeli masing-masing satu paket dompet berbentuk gajah, yang masing –masingnya berisi empat dompet.

Kunjungan ke mall ini adalah kunjungan terakhir kami bersama Ten. Selesai berbelanja, kami diantarkan ke pantai. Di sana kami menelusuri jalan-jalan di Phuket yang mirip seperti pantai Kuta, lalu menikmati sunset dengan latar kapal Mariner of The Seas sambil mencicipi buah mangga lokal.

Ketika hari mulai gelap, kami kembali ke kapal.[]

Keterangan Foto : Lintang memperhatikan pembuatan Kacang Mete

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.