Oleh Dr. Johansyah, MA*
Curhat atau curahan hati merupakan saat di mana satu orang mencoba untuk menceritakan sesuatu kepada orang-orang yang dianggap dekat, dan biasanya yang diceritakan itu masalah personal. Misal tentang pekerjaan, pasangan, keluarga, dan lain sebagainya. Mungkin orang akan berasumsi bahwa orang yang curhat itu butuh pendapat orang lain guna mencari solusi untuk masalahnya. Tapi ada juga yang curhat bukan untuk mencari solusi. Karena wanita kebanyakan menceritakan masalah itu lebih karena ingin empati dan simpati. Jadi ketika diberikan solusi yang simpel dan to the point, justru merasa tidak didengarkan. Kadang ada juga pria yang seperti itu (https://id.wikipedia.org).
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, curhat seakan menjadi trend dan budaya di media sosial (medsos) seperti twitter, instagram, facebook dan lain-lain. Contoh, beberapa waktu lalu seorang mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal) yang menulis sepucuk surat untuk seorang dosennya terkait dengan tidak diizinkannya mengikuti yudisium. Siapa sangka masalah ini jadi besar, sang dosen melaporkannya ke polisi karena menganggap curhatan sang mahasiswa di medsos mencemarkan nama baiknya.
Makin mudah memang bercurhat di era digital ini. Banyak sekali media dan program pendukung untuk melakukannya. Bahkan aktivitas sebahagian besar manusia saat ini tidak terlepas dari media. Jika diaktifkan facebook, banyak kawan kita yang sedang online. Para kaum tua saja doyan, apalagi yang muda. Statusnya beragam warna; ada yang serius berisi nasehat, ada yang menghina, ada yang humor dan iseng. Status yang lumayan ramai adalah curhatan soal pribadi, padahal itu rahasia, tapi tetap dilempar ke publik.
Lalu haruskan kita menyalahkan teknologi? Tentu tidak. Teknologi adalah produk dari kecerdasan manusia yang pada hakikatnya dibuat untuk membantu dan mempermudah manusia bekerja dalam berbagai bidang. Jadi, harus kembali kepada user (pengguna)-nya, kalau teknologi dimanfaatkan untuk hal positif, ya hasilnya bermanfaat. Sebaliknya, jika dimanfaatkan untuk hal negatif, maka mendatangkan mudharat, seperti curhat tentang masalah pribadi tadi di medsos.
Curhatan di medsos bukanlah sebuah perilaku yang baik menurut etika Islam. apalagi curhatan tersebut berisi tentang perselisihan dengan orang lain, membawa dan menyeret nama orang lain. Seharusnya halayak tidak tau, akhirnya jadi geger. Begitulah, curhatan hanya akan menimbulkan kemudharatan karena membuka aib sendiri maupun orang lain ke publik. Hitung-hitung, lebih banyak mudharat dari pada manfaatnya. Paling yang ada cuma hebohnya.
Islam Melarang?
Memangnya Islam melarang curhat? Siapa bilang, asalkan dilakukan berdasarkan bimbingan alqur’an. Alqur’an sebagai pedoman yang sempurna mengajarkan kepada kita bagaimana sebenarnya etika dan tata cara bercurhat, serta kepada siapa kita sebaiknya bercurhat. Curhat yang paling aman dan dijamin mendatangkan solusi adalah curhat langsung kepada Allah. Dia siap melayani hamba-Nya dalam 24 jam kapan pun kita mau.
Hal ini seperti yang digambarkan dalam sebuah firman-Nya; “Dan Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan do’a orang yang memohon apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)-Ku, dan beriman kepada-Ku agar mereka mendapat petunjuk ” (QS. al-Baqarah: 186).
Jadi, tidak perlu merasa enggan bercerita tentang persoalan yang kita hadapi kepada Allah. Toh, kalaupun kita merahasiakannya, Dia tetap tau, karena Dia Maha Mengetahui yang tersurat maupun yang tersirat. Untuk itu, ketika dilanda persoalan, baik persoalan rumah tangga, persoalan kerja, persoalan keluarga, persoalan dengan tetangga, dan persoalan apa saja, sebaiknya kita curhat langsung pada Allah, karena Dialah sumber solusi.
Caranya bagaimana? tentu berbeda dengan curhat kepada manusia. Curhat kepada Allah tidak dapat kita lakukan kecuali melalui shalat dan do’a. Shalat dijadikan media oleh Allah sebagai alat komunikasi dengannya (lihat QS. Thaha: 14). Jadi siapa yang mau curhat kepada Allah berarti syaratnya dia harus shalat, baik shalat wajib lima kali sehari semalam, atau lewat shalat-shalat sunat sesuai kadar kemampuan kita melakukannya.
Lebih spesifik, Allah sebenarnya menyediakan waktu istimewa bagi seorang hamba yang ingin curhat kepada-Nya. Di mana waktu tersebut sangat efektif dan nyaman jika dipergunakan untuk berkomunikasi dan menyampaikan isi hati kepada Allah. Waktu tersebut adalah di tengah malam, ketika sebagian besar umat manusia tertidur pulas, lalu dalam kondisi kantuk kita bangun, berwudhu’, dan mendirikan shalat tahajjud.
Dalam sebuah titah-Nya dinyatakan; “Hendaknya kamu gunakan sebagian waktu malam itu untuk shalat Sunat tahajud, sebagai shalat sunah untuk dirimu, mudah-mudahan Allah (Tuhan) akan membangkitkan engkau dengan kedudukan yang lebih baik’ (QS. Al-Isra’: 79). Bahwa bertahajjud adalah bermunajat kepada Allah untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, lebih dari apa yang kita harapkan.
Curhat kepada Sang Maha Mendengar melalui shalat malam, akan menghadirkan kedamaian dalam ruang batin yang sebelumnya sesak dan gelisah. Allah sendiri yang mengungkapkan bahwa bukankah dengan mengingat Allah maka jiwa kita akan menjadi tenang? (QS. Ar-Ra’du: 28). Artinya ketika dililit masalah atau dalam kondisi normal, kita tetap ingat Allah, Insya Allah jiwa kita akan tenteram.
Curhat kepada Allah dengan shalat berarti orang itu percaya hanya Allahlah yang mampu menghadirkan solusi (tentu lewat usaha juga). Semakin sering mengungkapkan isi hati kepada Allah, itu tandanya kita semakin dekat dengan-Nya. Pasti, ketika semakin dekat, maka hidup kita semakin nyaman, tidak ada rasa gelisah, susah, maupun takut.
Yakinlah bahwa ketika kita melibatkan Allah dalam semua masalah hidup yang menimpa, pasti ada kemudahan dan solusi (lihat QS. Al-Insyirah: 5-8; QS. Ath-Thalaq: 3). Sebaliknya ketika mengabaikan Allah dalam kesulitan yang kita hadapi, maka semakin rumitlah permasalahan tersebut dan tidak ada solusi terbaik. Ketahulah bahwa orang yang lupa akan Allah adalah orang fasik. Allah membuat mereka melupakan dirinya sendiri, hidupnya berantakan, tanpa arah dan tujuan yang pasti (lihat QS. Al-Hasyar: 19).
Allah adalah Maha segala-galanya, selalu membuka ruang komunikasi dengan hamba-Nya yang mau berkunjung dan menghadap-Nya, kapan dan di manapun. Allah maha mendengar keluhan setiap hamba dengan berbagai persoalan hidup yang membelitnya. Serahkan diri sepenuhnya kepada-Nya, curahkanlah semua persoalan hidup dan mintalah solusi yang terbaik dari Dia sebagai Zat Pemberi solusi. Wallahu A’lam Bishawab.
*Johansyah adalah Pegiat Studi Islam dan Pendidikan Islam. email: johan.arka@yahoo.co.id.





