Oleh : Fathan Muhammad Taufiq*
Seperti pernah diberitakan sebelumnya, Japan International Corporation Agency (JICA) atau Badan Kerasama Interenasional Jepang, selain komit untuk membantu pengembangan Jeruk Gayo dai Kabupaten Aceh Tengah, juga memiliki komitmen yang sama untuk membatu pengembangan Komoditi Talas Jepang Satoimo di Kabupaten Aceh Besar. Hal tersebut di ungkapkan oleh Kepala Bidang Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pertanian, Ir. Juju Juariah, M Si saat bertemu dengan Ketua Asosiasi Talas Satoimo Aceh, Mukhtar Abes di Banda Aceh, usai mendampingi kunjungan tim JICA di Takengon beberapa hari yang lalu.
Pada bulan April 2016 yang lalu Tim JICA yang diwakili oleh Kazuhisa Matsui, yang juga fasilitator sekaligus konsultan dari Matsui Global bersama Mana Nagao Takasugi, seorang peneliti dan evaluator Departemen Pengembangan Sosial Ekonomi International Development Center of Japan telah mengunjungi Aceh Besar untuk melihat peluang pengembangan talas Jepang Satoimo. Dalam kunjungan tersebut, Kazuhisa menilai bahwa wilayah Aceh Besar memiliki potennsi lahan yang memadai serta kesesuaian agroklimat untuk pengembangan Talas Jepang Satoimo yang kini sangat diminati oleh pangsa pasar Jepang.
Talas Jepang Satoimo, komoditi pangan yang memang awal mulanya berasal dari Negeri Matahari Terbit itu, saat ini sudah menjadi bahan pangan alternatif yang banyak dikonsumsi oleh warga Jepang, karena jenis talas ini memiliki kandungan karbohidrat dan kalori tinggi tapi hanya sedikit mengandung glukosa, sehingga sangat aman dikonsumsi bagi siapa saja, termasuk para penderita diabetes. Itulah sebabnya permintaan pasar Jepang akan produk pangan ini terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Mengingat bahwa lahan pertanian di Jepang sangat terbatas, pangsa pasar Jepang akhirnya membuka peluang impor produk ini dari negra-negara lain seperti China, Vietnam dan Indonesia. Besarnya pangsa pasar ekspor komoditi Talas Jepang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para petani di Aceh Besar untuk mengembangkan komoditi ini.
Menurut Mukhtar, sosok yang paling aktif dalam pengembangan Talas Jepang di Aceh Besar ini, jenis talas ini selain sudah dikembangkan di Aceh Besar, juga cocok dikembangkan di kabupaten lainnya di Aceh. Seperti ujicoba yang dilakukan di lahan milik DayahTinggi Ummu Ayman di Pidie Jaya, hasilnya sangat menggembirakan. Di lahan milik dayah yang dipimpin oleh Tgk Nuruzzahri atau yang lebih dikenal dengan panggilan Waled Nu ini, talas Jepang bisa tumbuh dengan baik dan mampu menghasilkan produksi yang lumayan tinggi. Itulah sebabnya Waled Nu berkeinginan untuk memperluas areal pertanaman talas Jepang ini di kabupaten Pidie Jaya, bukan hanya di lahan milik dayah tapi juga di lahan petani di sekitarnya.
Melihat besarnya potensi pengembangan serta antusias petani untuk mengembangkan komoditi ini, akhirnya Pemerintah Jepang melalui JICA berniat untuk membantu pengembangan talas Jepang ini khusunya di Kabupaten Aceh Besar. Tawaran kerjasama ini tentu saja disambut antusias oleh Mukhtar, karena upaya dia untuk mengembangkan komoditi yang bisa menjadi pendongkrak perekonomian masyarakat iyang dilakukannya selama ini mendapat respon yang cukup baik. Sementara itu Juju Juariah menyatakan akan terus mefasilitasi kerjasama dengan JICA ini karena dia menilai pengembangan komoditi pangan alternatif ini memiliki prospek ekonomi yang sangat baik.
“Saya sudah melihat sendiri areal pertanaman talas Jepang di Aceh Besar, menurut saya komoditi ini layak untuk terus dikembangkan disini” ungkap Juju “Apalagi disini juga sudah ada Asosiasi Talas satoimo Aceh yang siap untuk membantu pemasaran komoditi ini” sambungnya.
Dalam waktu dekat, pihaknya bersama JICA akan kemabli mengunjungi Aceh untuk segera merealisasikan kerja sama pengembangan talas Jepang ini,
“Insya Allah, dalam waktu dekat kerjasama ini akan segera terealisasi, dan para petani disini bisa terbantu untuk meningkatkan perekonomian mereka” pungkasnya sebelum meninggalkan Aceh melalui Bandara ISulatan Iskandar Muda, Sabtu (28/7/2016) yang lalu.