Oleh : Seriatun*
Ia adalah anak kedua dari lima bersaudara, sebut saja namanya Nazrah. Ia sosok kakak yang sangat rajin dan tekun membantu pekerjaan rumah, selain itu ia juga sangat pandai dalam segala bidang ilmu. Nazrah mempunyai seorang abang dan empat orang adik, ia tau apa yang harus ia contohkan kepada adik-adiknya. Kebersamaan yang mereka jalini sangatlah bahagia, tidak ada kata bertengkar diantara mereka berenam. Nazrah dan adik-adiknya bersekolah di tempat yang sama ketika mereka masih duduk di jenjang Madrasah Ibtidayyah (MI), akan tetapi setelah satu persatu selesai dari bangku MI, mereka melanjutkan sekolah di tempat yang mereka inginkan. Sedangkan Nazrah sendiri memilih untuk bersekolah di sebuah pesantren modern.
Nazrah tergolong sebagai anak yang sangat aktif dan berprestasi, ia juga sangat pandai bergaul, baik itu dengan kawan sekelasnya, kakak kelas maupun adik kelasnya. Bahkan dengan guru-gurupun ia sangat akrab, sehingga membuat Nazrah sangat betah tinggal di pesantren tersebut. Disetiap seminggu sekali Nazrah dijenguk oleh orang tuanya, rasa senang dan gembirapun terpancar dari wajahnya. Bagamina tidak, jarak tempat ia menuntut ilmu cukup jauh memisahkannya dengan keluarga di kampung. Rasa rindu yang sangat mendalam pasti ia tanamkan untuk kelurganya yang hanya menjenguknya seminggu sekali. Tidak hanya ia yang rindu akan keluarganya, orang tua Nazrah pun sangat merinduinya, rasa kehilangan salah satu anaknya yang sedang menuntut ilmu membuat rumah menjadi sepi, sehingga orangtua Nazrah ingin selalu menjenguknya dipesantren.
Nazrah bersekolah di pesantren selama enam tahun, dan ia lulus dengan predikat istimewa. Itu adalah hal yang membuat ia bahagia, impiannya untuk membahagiakan orang tua serasa tidak sulit karena dari situ ia telah banyak berusaha.
Nazrah lahir pada tanggal 31 Mei 1989, ia hidup disebuah desa yang sangat sederhana, yang mana penduduk di desa itu sangat ramah-ramah dan juga peduli akan sesama, nama desa itu adalah desa Lung Ie. Ia memiliki keluarga yang sangat sederhana, ibu dan ayahnya bekerja sebagai seorang guru di sekolah menengah, dan juga sebagai petani sebagai pekerjaaan sampingannya. Kebutuhan untuk hidup terpenuhi karena adanya kerja keras yang orang tua mereka, akan tetapi anak-anaknya tidak hanya diam saja melihat kerja keras yang dilakukan oleh orang tua, mereka turut membantu orang tua yang sangat mereka sayangi sebagai bakti dan kewajiban.
Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Setelah Nazrah lulus dari sekolahnya, ia ingin melanjutkan kuliah di luar negeri tepatnya di Mesir. Tahap demi tahap telah ia lewati untuk memenuhi syarat keluar negeri, sebelum hasil usahanya diumumkan, orang tuanya menyarankan untuk juga mendaftarkan diri di salah satu Perguruan Tinggi tenama di Aceh.
Ketika pengumuman kelulusan di Mesir, Nazrahpun memiliki kesempatan untuk belajar disana, akan tetapi di Perguruan Tinggi di Aceh ia juga terdaftar menjadi mahasiswa. Bimbang dan resah untuk memilih tempat yang kedua-duanya adalah impiannya sejak lama, kemudian orang tuanya memutuskan supaya ia tidak keluar negeri, akan tetapi melanjutkan kuliahnya di Aceh saja. Mungkin rasa sedih itu ada, karena tidak bisa melanjutkan study di luar negeri.
Seiring waktu Nazrah merasa kewalahan dan terbebani akan jurusan yang ia ambil, sehinnga ia merasa tidak sanggup dan ingin mengakhiri masa belajarnya. Mungkin orang tua Nazrah merasa kecewa akan keputusan yang ia ambil, dan memintanya untuk melanjutkan kuliah di tempat lain. Di luar jam perkuliahan ketika ia masih menjadi mahasiswa, Nazrah banyak mengikut kegiatan-kegiatan. Seperti seuramo teumuleh, kegiatan pramuka dan juga mengikuti pengajian-pengajian.
Pada waktu itu Aceh sedang dihebohkan dengan berita adanya ajaran sesat, ini membuat orang di daerah berhati-hati dalam beraktifitas di luar rumah. Ajaran yang terheboh pada waktu itu adalah Millata Abraham. Ajaran ini masuk ke Aceh pada akhir tahun 2011. Ada beberapa tempat pengajian yang dibuat oleh ajaran tersebut, termasuk tempat pengajian yang diikuti oleh Nazrah. Penyebar ajaran sesat ini adalah sekelompok anak muda yang berpendidikan, mereka memang mengincar kalangan terdidik seperti kalangan terpelajar dan juga mahasiswa. Beberapa diantaranya adalah murid sekolah unggulan di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Ajaran Millata Abraham dalam ajarannya meragukan kitab suci umat sebagai pedoman hidup, mereka tidak mempercayai Rasul terakhir dan juga mengharuskan pengikutnya untuk shalat satu kali sehari, yakni tengah malam dengan diterangi lilin. Cara mereka menjelaskan aliran ini menafsirkan Al-Quran menurut keinginan mereka, dan tidak menggunakan kaedah-kaedah ilmu tafsir, akan tetapi mereka menafsirkannya dengan memakai paham ideologi.
Nazrah masuk dalam anggota yang dicuci otak, keluarganya belum tahu akan kejadian ini, meraka tahu ketika seluruh masyarakat yang tergolong dalam ajaran sesat ini disyahadatkan kembali di Mesji Raya Baiturrahman. Nazrah termasuk orang yang sedang disyahadatkan itu. Sungguh ini adalah berita yang sangat mengejutkan bagi keluarga Nazrah. Kini Nazrah menjadi anak yang serba salah dimata semua orang, ia menjadi terpojokkan karena ajaran itu, padahal ia sudah disyahadatkan, akan tetapi nasi sudah menjadi bubur, kini ia lebih sering sendiri.
Pada suatu pagi Nazrah pamit kepada orang tuanya untuk menginap di tempat kawannya karena ada acara, orang tua Nazrah pun mengizinkan ia pergi, sudah dua hari Nazrah menginap di tempat kawannya, akan tetapi ia tidak juga pulang ke rumah, setelah tiga hari ia baru mengabarkan keluarganya lewat sms. Isi smsnya ia mengatakan bahwa sekarang ia berada di daerah Solo, Nazrah meminta maaf kepada orang tuanya karena ia pergi begitu saja. Hati orang tua Nazrah begitu sedih mendengar hal tersebut, orang tuanya tidak menyangka Nazrah senekat itu pergi dari rumah.
Sudah dua bulan Nazrah pergi dan ia jarang sekali berkomunikasi dengan keluarganya. Entah kenapa, mungkin itu juga pengaruh dari ajaran sesat yang telah menyesatkan dirinya dan juga pengaruh lingkungan serta kelompok ajaran tersebut. Orang tua Nazrah sangat khawatir dengannya, berbagai cara sudah dicoba oleh orang tua Nazrah supaya mendapatkan alamat dimana Nazrah tinggal. Sampai suatu hari orang tua Nazrah menghubungi saudaranya di Bekasi untuk membantu mencarikan alamat dimana Nazrah berada.
Setelah seminggu menunggu kabar akhirnya kabar dimana Nazrah tinggalpun ditemukan, dan tidak lama setelah itu ayah Nazrah menjemputnya bersama dengan saudaranya di Bekasi. Nazrah dibawa pulang kerumahnya dan ia diobati dengan cara diru’yah, akan tetapi Nazrah tidak seperti biasanya lagi, ia lebih banyak diam dan murung. Ia juga jarang bergaul dengan orang-orang di luar rumah, karena ia merasa orang-orang disekitar juga tidak mau bergaul dengannya. Sehingga orang tua Nazrah mecari pekerjaan untuknya supaya ia juga tidak murung dan hanya di rumah saja.
Sudah sekitar enam bulan Nazrah berada di lingkungan keluarganya, akan tetapi rasa bahagia belum muncul dari wajahnya, ia masih saja seperti biasa dengan kemurungnnya, orang tua Nazrah selalu berusaha untuk membuatnya bahagia kembali. Tidak ada kata menyerah dalam diri orang tua Nazrah untuk membuat anak mereka kembali seperti dulu, sepertinya sangat sulit sekali membuat Nazrah kembali seperti dulu.
Tidak lama kebersamaan Nazrah dengan keluarganya itu berlangsung, entah apa yang dipikirkan Nazrah, sehingga ia masih bertekad untuk meninggalkan keluarganya lagi, masih belum lama ia bersama keluarganya, Nazrah sudah pergi lagi tanpa memberi tahu keluarganya. Ia pergi begitu saja, orang tua Nazrah sangat merasa sedih sekali akan kelakuan Nazrah yang sangat nekad itu. Nazrah pergi dengan tujuan yang sama, ia kembali dengan kelompok lamanya. Nazrah pergi dari rumah juga ditemani oleh kawan-kawannya dari Aceh, mereka pergi bersama ketempat yang jauh dari keluarga mereka.
Kini mereka membangun kelompok sendiri, mereka memberi nama kelompok mereka dengan nama Gafatar, nama itu mereka bentuk kembali dan mereka kembangkan keseluruh penjuru dengan tujuan mengajak banyak orang untuk bergabung dengan mereka, sungguh ini adalah hal yang membuat keluarga Nazrah sedih karena anaknya juga salah satu anggota dari gerakan Fajar Nusantara itu. Sejak orang tua Nazrah tau akan gerakan itu, orang tua Nazrah terus berusaha mencari informasi-informasi melewati media tentang Gafatar itu, supaya mereka tau bagaimana keadaan dan kehidupan anaknya walaupun Nazrah sama sekali tidak memberikan informasi atau kabar tentang dirinya, terutama kepada orang tuanya sendiri.
Sudah hampir setahun setelah kali kedua Nazrah meninggalkan keluarganya di Aceh, orang tuanyapun tidak tau harus berbuat apa dan juga tidak tau harus bagaimana lagi karena Nazrah sudah tidak memberi kabar akan keberadaannya, sepertinya ia sudah betul-betul menghapus komunikasinya dengan keluarga. Banyak sekali cara yang sudah dicoba oleh orang tua Nazrah, mulai dari meminta bantu kepada teman-teman terdekatnya sampai memasang berita di koran. Sungguh ini adalah perjuangan yang sangat besar, akan tetapi Nazrah pasti tidak menyadarinya.
Setelah lebih dari setahun orang tua Nazrah mencari kabar tentang dirinya, tiba-tiba disuatu hari Nazrah memberi kabar kepada adik putranya yang bernama Ahlan, Nazrah memberi kabar kepada Ahlan terlebih dahulu karena ia belum berani berbicara langsung dengan orang tuanya. Kemudian pada malam harinya, ayah Nazrah menerima panggilan masuk dari handphoennya, ketika ayahnya mengangkat telefon itu, rupanya yang menelefon adalah anaknya yang bernama Nazrah, rasa terkejut dan terharu nampak terpancar dari wajah orang tua Nazrah, mengapa tidak!, sudah hampir dua tahun orang tuanyah berusaha mencari kabar tentangnya dan tiba-tiba ia sendiri yang menghubungi.
Siapa tidak sedih ketika seorang ayah mendengar anak perempuannya sudah menikah tanpa sepengetahuannya, ketika Nazrah menelfon orang tuanya, banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari keluarganya, mulai dari kabarnya, sudah menikahkah, sudah punya anakkah dan lain sebagainya. Semua pertanyaan itu dijawab oleh Nazrah sendiri. Ia menjawab bahwa kabarnya baik-baikj saja, kemudian ia juga mengatakan bahwa dirinya sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Arjuna. Masya Allah, betapa sedih hati orang tuanya, sampai-sampai ayah Nazrah bertanya tentang siapakah wali di pernikahannya itu, Nazrahpun mengatakan bahwa sanya wali dari pernikahannya itu ialah seorang hakim disana.
Mulai sejak itu komunikasi Nazrah dengan keluarganya masih baik-baik saja, akan tetapi masih berat hati Nazrah menjawab ketika orang tuanya bertanya kapankah ia akan kembali lagi ke Aceh, itu adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang tua Nazrah kepadanya. Akan tetapi ia selalu menjawab ketika ada waktu yang tepat ia pasti akan kembali. Orang tua Nazrah berharap supaya ia bisa kembali dengan cepat, dan bisa berkumpul kembali dengan keluarganya di Aceh.
Setelah kurang lebih satu bulan lancarnya komunikasi antara Nazrah dan keluarganya, tiba-tiba komunikasi antara mereka terhambat lagi, keluarga Nazrah sudah mulai sulit untuk menghubunginya, nomor telefon yang biasanya aktif sekarang tidak aktif lagi. Ada satu sosial media yang bisa memberikan keluarganya kabar, yaitu melalui facebook, dari situ adik-adik Nazrah bisa menanyakan kabarnya dan memberi tahu kepada orang tua mereka bahwa komunikasi mereka masih lancar, walaupun terkadang mereka harus menunggu lama balasannya, setidaknya ada kabar dan silaturrahmi antara mereka tidak terputus, dan kini kabar Nazrah baik-baik saja. Sekarng ia sedang mengandung anak kedua, akan tetapi ia memberi tahukan kepada salah seorang adik perempuannya yang bernama Seriatun untuk merahasiakan kepada orang tuanya bahwasa kandungannya sudah memasuki tujuh bulan.[]
SEKIAN
Seriatun, lahir di Aceh Besar, 09 Februari 1995. Tinggal di Sibreh Kampung Lung Ie , Kec. Sukamakmur, anak ke 5 dari 6 bersaudara.
Tulisan di atas adalah serangkaian tugas mata kuliah “Penulisan Features” Jurusan Komunikasi Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang diasuh oleh Salman Yoga S.