Pengarang “Balada si Roy” ikut pesan buku karangan Matanlo

oleh
Gol A Gong saat membaca puisi Kopi di Dermaga Takengon, 8 Mei 2013 silam. (Kha A Zaghlul)

Buku-Qien“10 Hari Menjelajah Eropa #Travel Diary Ipak Gayo”, buku karangan Ipak Gayo Qien Mattane Lao yang akrab dipanggil Matanlo saat ini baru masuk dalam proses lay out. Tapi antusiasme masyarakat terhadap karya penulis cilik asal Kute Rayang Isak yang beberapa tulisannya pernah dimuat LintasGayo.co ini sudah sedemikian besar.

Berdasarkan informasi dari Mahara Publishing yang akan menerbitkan buku ini. Sampai hari ini sudah ada 115 orang yang memesan buku karya Mattane Lao yang diberi judul  “10 Hari Menjelajah Eropa” yang baru akan terbit awal juni nanti. Dan ini adalah rekor penjualan tercepat yang pernah diraih oleh buku-buku yang pernah diterbitkan oleh penerbit yang beralamat di Jakarta ini.

Rata-rata dari pemesan ini adalah orang-orang yang sudah membaca beberapa cuplikan kisah dalam buku ini di lintasgayo.co dan Kompasiana.com. Sangat mungkin antusiasme ini muncul karena buku ini adalah buku pertama di Indonesia yang menceritakan perjalanan seorang anak ke luar negeri yang istimewanya juga ditulis oleh anak-anak sendiri.

Hebatnya yang memesan buku ini tidak terbatas pada kalangan biasa. Kemarin Rabu 25-Mei 2016, Gola Gong salah seorang penulis besar Indonesia yang namanya luas dikenal sebagai pengarang serial “Balada Si Roy”, pelopor Novel Travelling di Indonesia , salah satu buku terlaris dalam sejarah penerbitan Indonesia yang kisahnya telah menginspirasi remaja-remaja akhir 80-an dan awal 90-an untuk menjelajahi negeri.

Gola Gong yang pernah berkunjung ke Gayo beberapa waktu silam, yang sepulangnya dari Gayo menerbitkan buku “Air Mata Kopi”, melalui komentanya di status Facebook Win Wan Nur yang memasang foto cover buku ini memesan tidak hanya satu buku. Dia memesan dua buku dan meminta dikirimkan kepada istrinya Tias Tatanka.

“Pesen dua ya. Tandatangani. Ke mbak Tias Tatanka ya”, katanya.

Melihat antusiasme pembaca menyambut  buku “10 Hari Menjelajah Eropa #Travel Diary Ipak Gayo” yang didalamnya banyak memuat informasi tentang Gayo ini. Kita bisa berharap buku ini diterima luas di masyarakat dan membuat Gayo semakin dikenal dan kesuksesan penjualan buku ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak Gayo yang lain untuk mulai menulis.

Gol A Gong saat membaca puisi Kopi di Dermaga Takengon, 8 Mei 2013 silam. (Kha A Zaghlul)
Gol A Gong saat membaca puisi Kopi di Dermaga Takengon, 8 Mei 2013 silam. (Kha A Zaghlul)

Catatan Gol A Gong di Gayo
Saya datang ke Takengon pada Selasa 7 Mei 2013. Saya berangkat pukul 05:00 WIB dari Bireuen dengan L300. Tarifnya Rp 30.000. Perjalanan sekitar 5 jam

Pukul 20:00 WIB ditemani LK Ara – penyair senior Aceh, kami ke Wapres cafe. Lokasinya di Jl.Mahkamah, persis di pusat kota, do sebelah masjid Agung dan Simpang Lima kota.

Saya cukup kaget, karena kota Takengon yang dingin, 1200 dpl Dan dikelilingi gunung gugusan bukit barisan serta danau Lut Tawar, menjadi hangat saat memasuki Wapres cafe. Seperti pada umumnya cafe: kursi dan meja serta menu makanan dan minuman, tapi ada yang istimewa, yaitu panggung.

Sebuah kota tanpa geliat kreativitas anak mudanya, maka matilah kota itu. Khalisuddin dari Komunitas Lintas Gayo yang menggagas acara ini. Kami membincangkan pengelolaan komunitas sastra, taman bacaan masyarakat, baca puisi, dan musik. Cukup mengejutkan ketika ada banyak orang Takengon yang pembaca novel serial Balada Si Roy karyaku.

Waktuku di Takengon jadi tidak sia-sia. Kepada teman-temanku sesama penyair, seniman, penulis datanglah ke Takengon. Di sana ada LK Ara, Fikar W Eda, Salman Yoga, Dan anak-anak muda yang ingin maju. Juga Didong- tradisi bernyanyi khas Gayo, kopinya dan alamnya yang indah. (Red)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.