Catatan : Khalisuddin
SEBELUM membaca tulisan ini, sebaiknya menyaksikan bagaimana Sikdam Hasim Gayo di Kick Andy : Dahsyatnya Sikdam Hasim Gayo Bungkam Andy di Kick Andy.
Nama Sikdam Hasim Gayo tiba-tiba bikin penasaran masyarakat Gayo baik di tanah tembuni wilayah pengunungan Provinsi Aceh ataupun di perantauan menyusul postingan di media sosial Facebook (FB) Kick Andy Show, Minggu 8 Mei 2016. Seorang rekan di Banda Aceh yang saya kenal sebagai pengopi berat dan penulis hebat, Dhani Marisa mencokeh saya, “Bang Khalis Uddin. Nama pria ini mencuri perhatianku. Apa lintas gayo juga begitu?.
Spontan faham maksud Dhani, tentu saja dia ingin tau banyak tentang siapa Sikdam Hasim yang menyematkan Gayo di ujung namanya. Saya turut penasaran.
Siapa Sikdam mulai saya ketahui melalui grup publik FB Burni Bius, seorang membernya Rindi Danika Sari menulis status tanggal 28 Januari 2016.
“Assalamualaikum, Malam ini di Metro TV jam 9 malam akan tayang film dokumenter berjudul “Bisa Apa? (Dalam Gelap) karya anak Gayo. Tokoh dalam film ini adalah Sikdam Hasim yang lahir di Takengon, dan ide cerita, penulis naskah, dan asisten sutradara adalah saya sendiri yang lahir di Bius. Semoga karya ini bisa menyemangati teman2 lain, generasi muda Gayo, Khususnya dari Burni Bius. Salam,” demikian tulis Rindi di dinding grup tersebut.
Saya coba kirim pesan inbox ke Rindi dan dibalas, dan ternyata Rindi juga anak rantau yang berasal dari dataran tinggi Gayo, persisnya Angkup Silihnara Aceh Tengah. Dia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kami kemudian terlibat percakapan panjang.
Petunjuk siapa Sikdam hingga akhirnya saling sms dan telponan setelah saya mendapat informasi penting dari Ulis Zuska, seorang perantau dari Gayo yang juga sangat penasaran terhadap sosok Sikdam. Aka (kakak-Gayo:red) Ulis rupanya ikut serta saat syuting Kick Andy Show, acara talkshow di MetroTV yang dipandu oleh Andy F. Noya. Ulis yang juga diundang bersama rekan-rekannya dari komunitas komunitas pemerhati sampah dan daur ulang.
Putri penyair Gayo, Safoeddin Kadir ini juga yang mengispirasi redaksi LintasGayo.co mencari jejak aktivis kemanusiaan Diyan Alyan yang akhirnya ditulis Win Wan Nur (Baca : Dian Alyan; Putri Gayo Ibu Anak Yatim di berbagai Penjuru Dunia)

Selaku bagian dari suku bangsa Gayo yang masih hitungan jari punya tokoh berlevel nasional dan internasional tentu Ulis sangat penasaran sejak Andy F Noya memanggil Sikdam Hasim lengkap dengan kata “Gayo” yang tampil sebagai salahsatu tamu di tayangan yang disiarkan Jum’at 13 Mei 2016 pukul 08.00 Wib.
Kick Andy tentu tidak mengundang orang sembarang. Dan sosok Sikdam dari penelusuran serta beberapa informasi yang dia sampaikan memang luar biasa.
Sikdam lahir dan tumbuh dengan penglihatan normal hingga usia 21 tahun. Keindahan masa remajanya terengut tiba-tiba di tahun 2010 akibat kecelakaan mobil yang menyebabkan kedua matanya hanya bisa lihat cahaya.
Lebih dari setahun, Sikdam mengalami depresi berat, bahkan sempat terbetik ingin mengakhiri hidup. Bersyukur masih ada cahaya iman dalam dirinya, terlebih mengingat sosok ibunya yang begitu sabar dan tabah menghadapi cobaan tersebut.
Kesadaran dalam dirinya akhirnya muncul, alumnus SMAN 79 Jakarta dan SMPN 10 Depok, Jawa Barat ini mulai mendapat sinar terang dan bangkit setelah diajak ibunya berkunjung ke panti-panti disabilitas. Banyak orang yang lebih malang dari dirinya.
Inilah titik balik Sikdam untuk bangkit lagi dari keterpurukan psikis yang turut menurunkan berat badannya menjadi 54 kg dari sebelumnya 84 kg, mata bukan segalanya. Sikdam mulai membuka kursus bahasa Inggris khusus anak-anak SD secara gratis di rumahnya di Depok Jawa Barat, di tahun 2012.
Kepercayaan diri mantan mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing American English Institute Bali ini semakin tinggi setelah setahun mengajar setelah mengetahui hasil didikannya dinilai berhasil. Anak-anak yang dia didik berhasil mendapat nilai bahasa Inggris rata-rata 8.
Hasil ini membuatnya mulai berpikir untuk bisa mendapatkan uang dengan keahliannya mengajar. Dia mulai mengikuti kegiatan organisasi, salah satunya di Yayasan Wisma Cheshire, Jakarta yang fokus memberdayakan para penyandang disabilitas seperti Sikdam.

Juni 2013, Sikdam dipercayakan sebagai penerjemah sekaligus peserta di acara Young Voices Regional Meeting di Jakarta. Sebuah pertemuan anak-anak muda penyandang disabilitas dari wilayah Asia Selatan dan Asia Pasifik.
Di tahun yang sama, persisnya Oktober 2013, Sikdam diutus oleh pengurus National Coordinator of Young Voices Indonesia mewakili Indonesia dalam kegiatan Global Meeting of Young Voices di Nairobi, Kenya, Afrika dengan peserta para penyandang disabilitas muda dari seluruh dunia
Selain mengajar, Sikdam bersama sejumlah rekannya di tahun 2013 mendirikan komunitas Disabilities Youth Centre yang fokus membela dan memperjuangkan hak-hak para penyandang disabilitas di bidang pendidikan, pekerjaan, akses, kesehatan, dan layanan publik.
Atas jerih payah Sikdam memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas, pada Februari 2014 Sikdam mendapat kehormatan mendapatkan penghargaan International Award for Young People dari Pangeran Philip Duke of Edinburgh, suami Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris. Sikdam adalah orang Indonesia penyandang disabilitas pertama yang mendapatkan penghargaan yang diakui dunia tersebut.
Penghargaan ini juga yang membawa Sikdam tampil berpidato di acara spesial Royal Dinner bersama keluarga kerajaan Inggris yang dihadiri oleh Pangeran Edward dan Putri Sofie, di London, Inggris, November 2015. Keluarga kerajaan ini sempat menitikkan air mendengarkan kisah Sikdam.
Skill mengajar Sikdam semakin diakui, dan pada pertengahan tahun 2014, Sikdam mulai mengajar bahasa Inggris di SMA Adria Pratama Mulya (APM), Tigaraksa, Tangerang.
Dan kini, di bulan Mei 2016, Sikdam Hasim Gayo juga tercatat sebagai nominator dalam ajang penghargaan bergengsi Liputan 6 Awards, ajang penghargaan yang diberikan untuk apresiasi kepada tokoh-tokoh yang berprestasi dan inspiratif di Indonesia. Kurang lebih ada 300 kandidat yang disaring menjadi 20 nominator dan Sikdam adalah satu-satunya nominator yang disabilitas. Keberuntungan Sikdam akan ditentukan akhir Mei ini dan disiarkan langsung di SCTV.
Anak Toke Kopi dan Bako
Benar, Sikdam memang putra Gayo, ayahnya Muhammad Hasim (almarhum) berasal dari Gelelungi Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah dan ibunya Syamsiah dari Daling Kecamatan Bebesen, namun Sikdam dilahirkan di Medan Sumatera Utara, 5 Juli 1989.
Semasa hidupnya ayah Sikdam berprofesi sebagai toke (pedagang pengumpul) kopi dan bako (tembakau), pernah tinggal di Uwer Lah Bener Meriah. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun silam, makamnya di pekuburan umum Uning Kirip Asir-asir Takengon.
Sosok ayah juga menjadi tokoh kunci memotivasi Sikdam. Sang ayahlah yang memaksa Sikdam berpisah dengan orangtuanya di usia yang masih serba ketergantungan dengan orang-orang terdekat.
Ayah Sikdam pernah menyatakan Urang Gayo sulit menjadi sesuatu jika tidak (pernah) keluar dari Gayo. Dunia itu luas dan harus ditaklukkan. Demikian pesan ayah Sikdam yang mulanya menginginkan putranya ini menjadi seorang diplomat yang memungkinkan untuk bisa kemana-mana. Dan Sikdam telah menyambangi beberapa negara dengan cara dan kondisi berbeda, tuna netra.
Gayo Bisa
Sikdam yang dalam setiap kesempatan selalu bilang berasal dari Gayo Kabupaten Aceh Tengah mengutarakan kecintaannya kepada Gayo. Menurut dia, untuk membangun Gayo harus dimulai dari pendidikan yang berkualitas. Generasi Gayo punya IQ tinggi, karenanya harus diberi dijembatani atau difasilitasi agar sukses, disisi lain juga harus diberi reward atas prestasi.
Generasi muda Gayo adalah investasi masa depan, pemerintah di Gayo harus punya rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang demi Gayo dimasa yang akan datang. Jika tidak nasib Gayo menurut Sikdam akan lebih parah dari Betawi saat ini.
Untuk rencana tersebut, Sikdam menyatakan kesiapannya membantu dengan apa yang dia punya. Urang Gayo itu hebat jiwa dan semangatnya. Banyak yang sukses dimana-mana, namun kurang peduli tanah tembuninya.
“Uwetmi rayat Gayo,” seru Sikdam Hasim yang mengaku sangat senang mengetahui siaran di Kick Andy menjadi momentum penting penyambung silaturrahmi dengan keluarga Aceh dan terkhusus kerabat Gayonya.[]
