Catatan : Darmawan Masri*
Lingkungan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Manusia dengan lingkungan hidupnya baik hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling melengkapi dan saling mempengaruhi dalam upaya menjalankan dan mempertahankan hidupnya.
Namun ditengah melimpahnya SDA yang tersedia di alam, membuat sebagian manusia tanpa terkendali merusak lingkungan. Padahal, ketergantungan manusia terhadap lingkungannya adalah hal yang penting untuk dilestarikan. Di era sekarang ini, terjadi pemanasan global. Lingkungan global dinyatakan telah rusak.
Hanya segelintir orang yang peduli terhadap lingkungan, melestarikannya dengan segala daya dan upaya. Diberbagai Universitas di Indonesia, terbentuk sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang diberi nama Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala).
Begitu juga disalah satu Universitas kebanggaan masyarakat Gayo, Universitas Gajah Putih Takengon. Sejak tahun 1999, sebuah UKM Mapala terbentuk di kampus ini. UKM itu diberi nama, Mahagapa (Mahasiswa Gajah Putih Pecinta Alam). Mahagapa dibentuk, karena keresahan mahasiswa yang cinta dengan alam akan kerusakan dan kelestariannya.
Menurut salah seorang senior Pelopor UKM Mahagapa UGP, M. Ibnu Akbar, Mahagapa berdiri pada tanggal 26 Desember 1999. Ada 5 orang senior Pelopor yang memprakarsai UKM pecinta alam ini.
“Saya sendiri dengan nama rimba Kuyu Bade, Novia Tonika (Mata Kayu), Agus Piandi Sopacua (Ambon), Femi Adrian Tarigan (Fem-Fem) dan Yugo, menjadi Pelopor berdirinya Mahagapa UGP,” kata Mamat begitu M. Ibnu Akbar biasa disapa.
Diawal pendiriannya, UKM Mahagapa UGP merekrut anggota angkatan pertama di awal tahun 2000. Selama konflik Aceh, UKM ini sempat vakum beberapa tahun, dan baru beberapa tahun terakhir pasca konflik Aceh usai, Mahagapa UGP kembali aktif.
Kepada LintasGayo.co, Mamat, beberapa waktu lalu mengatakan, hingga tahun 2016 ini sudah ada puluhan anggota, yang terdiri dari 7 angkatan. Disampaikan juga, bahwa Mapala UGP memiliki misi-misi dalam pelestarian lingkungan.
“Misi yang diemban UKM ini diantaranya isu lingkungan, pelestarian lingkungan, konservasi, kampanye lingkungan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan lingkungan,” terang Mamat.
Dalam hal perekrutan anggota, Mahagapa UGP memiliki standar khusus sesuai dengan Standar Operasional Prosudur (SOP) Mapala se-Indonesia. Setiap anggota muda yang menyatakan ikut bergabung dengan Mahagapa, harus dilakukan seleksi tersebih dahulu.
“Ada materi ruangan sebagai pra-Pendidikan Dasar (Diksar) Mapala, materi meliputi rockclimbing, survival, diving, caping, arung jeram dan navigasi. Setelah lulus materi ruangan, peserta akan mengikuti Diksar selama 4 hari. Yakni bertahan di hutan. Disini peserta harus kompak dan komunikasi harus terjalin, kekompokan menjadi modal utama,” kata Mamat.

Minggu 1 Mei 2016 dini hari lalu, Mahagapa UGP sudah menyelesaikan pelantikan anggota muda Mahagapa UGP Angkatan ke-VII. Pelantikan berlangsung di Lembah Sejuk Bur Rawe, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah. Ada 4 anggota muda yang dinyatakan lulus diksar, 3 diantaranya adalah laki-laki dan 1 perempuan.
Selama UKM Mahagapa berdiri, beberapa kegiatan lingkungan sudah digelar. Mamat merincikan, kegiatan yang sudah yang sudah digelar diantaranya, pembersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan, reboisasi hutan Linge, reboisasi seputaran makam Reje Linge, pembersihan DLT dan reboisasi sumber mata air Danau Lut Tawar (DLT).
Dia berharap, ke depan UKM Mahagapa UGP akan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan di Tanoh Gayo. Menurutnya, dengan menjaga lingkungan, maka kita semua telah menyelamatkan kelangsungan mahluk hidup di muka bumi ini. []