Rahmalia Usman*
PERJALANAN saya ke Hongkong bersama enam orang kawan hanya untuk menikmati liburan ke salah satu negara di Asia dengan destinasi wisata dunia terfavorit, termasuk di antara deretan negara di dunia yang cukup terkenal dengan perkembangan ekonominya, terbukti dengan adanya berbagai merk branded dunia, memiliki gedung-gedung pencakar langit, fasilitas transportasi public yang canggih, – mulai dari bus, subway, serta kemajuan dan kemegahan lainnya.
Hongkong dulunya merupakan koloni Inggris, sekarang –Hongkong menjadi Daerah Administrative Khusus, satu negara dengan dua sistem di bawah naungan satu Negara Peoplc’s Republic of China. Negara yang mayoritas penduduk China dengan bahasa resminya Inggris dan bahasa keduanya adalah Bahasa China (dialek Hokkin dan Canton) ini resmi diserahkan pada Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) pada 1 Juli 1997.
Penyerahan kekuasaan Hongkong dari Inggris kembali ke Cina diabadikan dalam bentuk monument berbentuk bunga lotus (Teratai) berwarna emas the Golden Bauhinia Square, untuk menuju ke monument ini kita bisa menempuh jalan darat dengan menggunakan Bus atau menggunakan Ferryboat dari Tsim Sha Tsui (Star Ferry Pier) Terminal Ferry menuju kawasan Wan Chai.
Destinasi wisata selain kawasan Wan Chai, ada The Avenue of stars, Victoria Peak (The Peak) yang merupakan kawasan puncak dari Hongkong, kita bias melihat seluruh kota Hongkong dari The Peak ini. Lady Market, kita bisa membeli pakaian, accessories, souvenir murah di kawasan Mong Kok ini dan masih banyak destinasi wisata lain yang sangat menarik tentunya.
Di Negara yang multikultur dan sangat terbuka ini dengan mudah kita bias berinteraksi dengan sejumlah penduduknya, karena mereka mampu berbahasa Inggris dan Mandarin sekaligus, karena kota cosmopolitan ini juga termasuk salah satu kota yang welcome untuk para pendatang, yang terlihat dari fasilitas public yang nyaman serta keramahan penduduknya.
Negara tersebut didiami oleh berbagai komunitas agama, Agama yang tumbuh dan berkembang di Hongkong antara lain Budha, Tao (Taoism), Kong Hu Cu (Confucianism), Kristen, Islam, Hindu, dan sikh.
Mungkin kita tidak pernah mengira di kota metropolitan ini Islam berkembang pesat. Inilah salah satu bentuk keseimbangan hidup, seiring maju dan berkembangnya kota Hongkong, Islam pun berkembang pesat di sana, saat ini diperkirakan jumlah kaum Muslim di Hongkong mencapai 250.000 jiwa (ddHongkong.org),
Perkembangan Islam di Hongkong juga dipengaruhi oleh kehadiran Tenaga Kerja Wanita (TKW) atau Buruh Migrant Indonesia (BMI). Para pekerja ini sebagian aktif mengikuti kegiatan di masjid, terutama Masjid Kawloon. Setiap hari minggu masjid ini penuh dengan aktifitas umat Islam Indonesia yang datang dari berbagi pelosok Hongkong terutama para Muslimah yang menjadi TKW di sana, dengan tujuan untuk belajar membaca Al-Quran, mendengarkan ceramah, yang terkadang didatangkan khusus dari Indonesia sekaligus menjadi ajang berkumpul dan bersilaturrahmi dengan sesame Indonesia.
Hongkong menentukan kewajiban ada libur sehari dalam seminggu bagi para pekerja, termasuk asisten rumah tangga. Hari libur tersebut dimanfaatkan dengan berbagai aktivitas, mereka mendatangi masjid, Mengikuti pelatihan keterampilan khusus seperti cara pengobatan alternative (bekam), mereka menyebutnya sekolah (diceritakan oleh TKW asal Jawa Tengah). Mereka relatif sangat leluasa, bebas, tanpa perlakuan diskriminatif dan kecurigaan dari siapa pun dalam menjalankan kewajiban agama dibandingkan minoritas Muslim di negara lain.
Maraknya pengajian dan organisasi Islam bahkan menjadikan sebagian perantau lebih Islami ketimbang di Tanah Air. Mereka yang sebelumnya tidak bisa mengaji, kini bisa membaca Qur`an dengan lancar. Mereka yang sebelumnya setengah-setengah menjalankan perintah Allah, kini makin rajin beribadah.
Berdasarkan cerita salah satu TKW, setiap ada kunjungan artis, pemuka agama, dan tokoh politik yang ingin mengadakan kegiatan di Hongkong, kerapkali TKW lah yang mengorganisir event tersebut, sebagian besar mereka mampu berbahasa Inggris dengan lancar dan sedikit berbahasa Mandarin.
Selama beberapa hari di Hongkong, kami hanya sempat mengunjungi tiga (3) masjid, salah satunya di Nathan Road (Tsim Sa Sui) kawasan paling sibuk di Hongkong, yaitu Masjid Kowloon dan Islamic Center, di masjid ini terdapat Madrasah tempat anak-anak mengaji yang berada di lantai dua berdampingan dengan ruang shalat jama’ah perempuan, di Masjid ini juga sering berkumpul para Jama’ah dari berbagai Negara, termasuk Indonesia. Sebagian dari mereka merupakan komunitas Cina, sisanya terbagi atas Muslim Asia Tenggara, Timur Tengah, Pakistan, India, dan Afrika. Ketika kunjungan kami ke Hongkong ini, salah satu teman asal Afrika mengucapkan Dua Kalimah Syahadat di masjid Kowloon ini.
Masjid Jamiah yang terletak di Shelley Street, perjalanan ke Masjid ini sangat menarik, sebab untuk menuju masjid tertua di Hongkong tersebut, kami melewati tangga dan eskalator (tangga jalan) terpanjang di Hongkong —menurut beberapa sumber— diapit gedung dan bangunan di sepanjang jalan.
Masjid Ammar & Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Oi Kwan Road – Wan Chai, masjid ini memiliki keunikan tersendiri, masjid ini berbentuk apartemen yang memiliki delapan tingkat. Masjid ini juga dikatakan eksklusif karena pengisinya kebanyakan hanya orang-orang Muslim China yang datang dari Daratan, para jama’ah dan Imam semuanya orang-orang Cina. Di lantai atas masjid ini terdapat pustaka, tempat pengajian dan restoran Muslim China. Kebetulan kami di jamu makan malam di restoran yang letaknya seatap dengan masjid Ammar ini oleh salah seorang ibu asal Bandung yang menikah dengan orang Hongkong dan sekarang menetap di Hongkong.
Di Hongkong kita juga akan mendapati rumah makan halal yang mayoritas pemiliknya adalah orang-orang Pakistan, Bangladesh. Begitu pula penginapan, sebagian besar hostel di kawasan Kowloon (Tsim Sha Shui) merupakan milik orang Pakistan dan Bangladesh.
Ketika memilih makan di rumah makan orang-orang Asia Selatan, maka perlu melihat ijin dari Islamic Center (Hongkong Islamic Youth Association) atau label halal yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang di Hongkong ini, karena tidak semua rumah makan orang berkulit sawo matang ini halal, sebagian mereka ada yang beragama Sikh (memakai topi khas agama Sikh) yang konon katanya juga mengkonsumsi babi.
Dengan keleluasaan Muslim beraktifitas dan berdirinya masjid-masjid di Hongkong yang mendapat jaminan dari pemerintahnya, ini menjadi bukti bahwa Islam dapat dilaksanakan dengan aman tanpa mendapat halangan dan tekanan dari Nonmuslim.
*Penyiar Radio Al Falah 93,8 FM Sigli melaporkan dari Hongkong.