Gubernur, Operasional Penanggulangan Bencana Penting Menjadi Perhatian

oleh
Kepala Basarnas Pusat, Marsekal Madya TNI. Fhb. Soelistyo, S.Sos bersama Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah dan Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar meninjau Kapal KN. SAR KRESNA 232 usai peresmian di Pelabuhan Ulee Lheu
Kepala Basarnas Pusat,  Marsekal Madya TNI. Fhb. Soelistyo, S.Sos bersama Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah dan Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar meninjau Kapal KN. SAR KRESNA 232 usai peresmian di Pelabuhan Ulee Lheu
Kepala Basarnas Pusat, Marsekal Madya TNI. Fhb. Soelistyo, S.Sos bersama Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah dan Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar meninjau Kapal KN. SAR KRESNA 232 usai peresmian di Pelabuhan Ulee Lheu

Banda Aceh, Lintasgayo.co : Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah menyebutkan sarana operasional untuk penanggulangan kondisi darurat penting menjadi perhatian semua pihak, sebab kondisi topografi Aceh yang sangat beragam. Untuk mendukung langkah tersebut, penguatan terhadap lembaga penanggulangan bencana dan kondisi darurat, seperti Badan SAR mutlak harus terus dilakukan.

“Penguatan itu tidak hanya sebatas peningkatan kapasitas dan keterampilan personilnya, tapi juga  dalam hal koordinasi, kerjasama dan tentu saja harus pula melengkapi sarana dan prasarana operasional,” kata dr Zaini sambutannya saat meresmikan pengoperasian Kapal Negara (KN) SAR Krisna 232, di pelabuhan Ulhee Lheu, Jum’at, (12/2/16).

Karena itu, dr. Zaini sangat mengapresiasi kehadiran Krisna 232 yang akan membantu operasional Badan SAR Banda Aceh. Penambahan armada ini diharapkan akan menambah daya dan kinerja pelayanan SAR Banda Aceh.

Dalam kesempatan tersebut, gubernur menjelaskan tentang pentingnya optimalisasi kinerja penanggulangan bencana di Aceh, mengingat wilyah Aceh tergolong dalam kawasan yang rawan bencana.

“Selain di darat, bencana di laut juga harus kita antisipasi mengingat ada ribuan masyarakat Aceh yang tinggal di pinggir pantai dan sehari-hari menjalankan aktivitas di laut,” kata Doto Zaini.

Ia menjelaskan, berdasarkan data Kantor SAR Banda Aceh, untuk tahun 2015 saja setidaknya ada 124 peristiwa musibah yang terjadi di Aceh, diantaranya nelayan hilang, banjir bandang, pohon tumbang, mobil jatuh ke jurang, angin ribut, korban tenggelam, dan lain sebagainya.

“Untuk korban tenggelam berjumlah 41 kasus, nelayan hilang sebanyak 7 kasus, boat mati mesin 8 kasus, dan boat terbalik 2 kasus. Dengan kondisi ini bisa dipahami kalau laut menjadi area yang relatif banyak terjadi kasus darurat. Tidak jarang tim SAR Aceh harus beroperasi di laut dalam menangani masalah-masalah darurat,” kata Gubernur.

“Kita berharap kehadiran kapal ini mendorong Badan SAR Aceh semakin meningkatkan kinerjanya sehingga tugas menangani kondisi darurat di wilayah laut Aceh dapat dilakukan dengan cepat.”(SP|KM)

 

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.