Jangan ke Gayo

oleh

Sutama Nyoman Muhammad*

NyomanMUNGKIN ini merupakan salah satu keprihatinan segenap masyarakat terhadap maraknya promosi wisata Gayo yang berkembang di media sosial akhir-akhir ini. Lewat akun-akun yang mengatasnamakan Gayo, banyak sekali foto-foto ataupun gambar yang di posting untuk memperkenalkan potensi wisata Gayo yang menurut saya layak untuk dijadikan tempat berwisata.

Perkembangan teknologi menjadikan Gayo yang dulunya jarang sekali di ekspos, kini sangat mungkin di ekspos lewat teknologi yang berkembang di jaman sekarang ini, mengekspos Gayo sekarang tidak lagi memerlukan peralatan berat seperti Kamera besar dan segala tetek-bengek nya, cukup dengan membawa Handphone dan segala fiturnya yang canggih, kemudian langsung di unggah ke media sosial hits seperti Instagram, Facebook, dan Path. Namun kebanyakan di unggah lewat media sosial berbasis foto dan video yaitu Instagram.

Dari perkembangan teknologi ini memunculkan sebuah gangguan kepribadian yang disebut Narcisstic Personality Disorder (NPD) yaitu kebutuhan untuk merasa dikagumi serta kurangnya empati yang dimulai pada awal masa dewasa  dan hadir dalam berbagai konteks. Ini yang terjadi saat ini dikalangan remaja Gayo yang aktif di media sosial, mereka pantang melihat tempat-tempat yang baru di jelajahi kemudian tempat tersebut di posting di media sosial melalui akun-akun media sosial yang mengatasnamakan Gayo, akun-akun media sosial ini mengambil foto-foto yang dikira menarik dari akun pribadi orang yang menjelajah Gayo itu, kemudian diposting ulang lewat official akun nya.Ayo-ke-gayo-ok

Saya mengapresiasi tindakan teman-teman admin akun official yang mengatasnamakan Gayo itu, karena lewat akun tersebut dapat mengembangkan potensi wisata daerah. hanya saja tindakan tersebut tidak disertai pendidikan terhadap prilaku para penjelajah alam yang jadi potensi wisata di Gayo. Wisata Alam di Gayo banyak menarik minat “Anak Gaul” yang ingin tampil narsis, ketika kenarsisan tidak dilandasi dengan tanggung jawab, maka alam lah yang jadi korban nya.

Dalam tulisan ini saya tidak menyalahkan teman-teman admin akun promosi wisata Gayo ataupun media sosialnya. Yang saya salahkan disini adalah sikap orang yang menjelajahi itu dengan tidak bertanggung jawab, pergi ketempat wisata-wisata alam baru misalnya air terjun Tansaran Digul, Bur Birah Panyang, Burni Telong dan lain-lain. Jika dengan mengeksplorasi tempat wisata alam di Gayo hanya meninggalkan sampah saja. Bisa jadi Gayo yang potensi wisata alam nya cukup banyak akan menjadi tempat sampah.

Underwater Clean Up di danau Lut Tawar oleh Gayo Diving Club (GDC). (LGco_Munawardi)
Underwater Clean Up di danau Lut Tawar oleh Gayo Diving Club (GDC). (LGco_Munawardi)

Berdasarkan sifatnya sampah dibagi kedalam dua bagian, yaitu sampah organik-dapat diurai (degredable) seperti kulit buah, sisa nasi dan lain-lain. Kemudian, sampah anorganik-tidak dapat terurai (undegredable) seperti botol minuman, wadah bekas makanan, kaleng, kaca, plastik, kayu, bahkan kertas. Umumnya sampah anorganik itu baru akan terurai dalam waktu yang sangat lama hingga ribuan tahun.

Tahukah kalian setiap orang yang berwisata ke tempat-tempat yang baru terjamah berpotensi menyumbangkan 5 Ons sampah baru disetiap kunjungannya. Bayangkan jika seminggu termasuk akhir pekan terdapat 1000 orang yang mengunjungi tempat wisata baru itu. Berapa banyak sampah yang sudah disumbangkan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab itu. Silahkan di hitung sendiri, karena umumnya para “anak gaul” khususnya “anak gaul Gayo” yang mengidap penyimpangan kepribadian sudah pernah belajar Matematika di sekolah, hanya saja mereka tidak pernah belajar ber-etika. Oleh karena itu rasa tanggung jawab mereka sangat minim terhadap lingkungan yang sudah di ekspos serta membuang sampah sembarangan.

Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)

Peran Pemerintah
Indonesia yang notabene nya dianugerahi rejeki yang berlimpah dengan kekayaan wisata alam nya, lewat media sosial, menjadikan trend masa kini dikalangan anak muda. Bukan hanya di Indonesia saja, trend meng ekspos wisata alam juga sedang marak-maraknya terjadi di Gayo khususnya oleh kalangan anak muda Gayo yang haus akan pengakuan dan eksistensi.

Pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah mengatur bagaimana pengelolaan lingkungan hidup sesuai kebutuhan. Di pasal 1 UU No 32 Tahun 2009 menyebutkan “perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum” . dengan adanya peraturan tersebut seharusnya pemerintah daerah memiliki kebijakan yang juga mengatur tata kelola lingkungan agar lingkungan tidak tercemar ataupun rusak akibat ulah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

Pemerintahan di Daerah Gayo khususnya di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues belum memiliki peraturan atau kebijakan mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai fungsinya sehingga peran pemerintah masih sangat minim soal tata kelola lingkungan. Potensi wisata alam yang sedang nge-Trend saat ini memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah atau PAD lewat tata kelola Pariwisata khususnya wisata alam.

Pembersihan sampah di Pante Menye oleh komunitas sepeda Aceh.
Pembersihan sampah di Pante Menye oleh komunitas sepeda Aceh.

Dengan tidak adanya dukungan pemerintah daerah lewat peraturan ataupun kebijakan  sangat sulit untuk mengembangkan potensi wisata alam yang ada di daerah Gayo. Apalagi saat ini sedang digembar-gemborkan Taggar Ayo Ke Gayo di media sosial oleh kalangan muda-mudi Gayo untuk mempromosikan berwisata ke Tanah Gayo. Hal yang ditakutkan dari Taggar ini adalah pemerintah belum siap apabila membludaknya wisatawan yang berkunjung ke Gayo.

Lagipula fasilitas untuk pengelolaan wisata yang ada di Gayo juga masih sangat minim, seperti penginapan ataupun pusat oleh-oleh, sehingga wisatawan tidak dapat sepenuhnya menikmati apa yang ditawarkan Gayo untuk mereka. Dari taggar Ayo Ke Gayo, saya secara pribadi bertanya-tanya, untuk apa ke Gayo? Kenapa harus ke Gayo? Apa yang dibawa dari Gayo? Bila Gayo nya sendiri belum siap menghadapi hal-hal semacam ini.

Lewat promosi seperti itu seharusnya pemerintah telah siap menghadapi para turis-turis lokal maupun asing yang berkunjung ke Gayo nantinya. Dengan membuat aturan ataupun menyediakan fasilitas pendukung, untuk mendukung tata kelola wisata Gayo.

Peran Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam pengelolaan wisata alam di Gayo. Lewat peraturan yang dibuat oleh kampung-kampung dimana tempat wisata itu berada. Selain itu masyarakat juga harus memiliki kesadaran terhadap lingkungan. Masyarakat disini harus mengajak segenap turis untuk tetap menjaga lingkungan di lokasi wisata itu sendiri dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan apabila di tempat wisata itu tidak tersedia tempat sampah yang memadai, masyarakat boleh mengajak para wisatawan untuk membawa kembali pulang sampah yang dibawanya.

Pungut-Sampah-Mhs-UGPPara admin-admin akun media sosial yang mempromosikan wisata Gayo juga seharusnya memiliki tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan nya. Misalnya dengan mendidik para calon wisatawan untuk tetap menjaga lingkungan. Lewat postingan yang mengajak untuk tetap ber-Etika dengan menjaga lingkungan agar tidak tercemar, menjaga sikap dan menjaga ucap,  apabila telah mengunjungi suatu tempat. Jangan hanya sekedar mencari keuntungan pribadi lewat Paid Promote karena telah memiliki ribuan Follower di media sosial. Mungkin alangkah baiknya selain taggar Ayo Ke Gayo juga disertakan dengan taggar Ayo Kita Jaga Gayo.

Sayang sekali apabila sudah mempromosikan tetapi tidak memiliki rasa tanggung jawab, karena rasa tanggung jawab itu dimulai dari diri sendiri. Tetapi rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan menyadarkan orang yang belum sadar akan arti pentingnya menjaga lingkungan.

So, Inti dari tulisan ini adalah mengajak segenap anak muda bahkan anak gaul untuk tetap memiliki tanggung jawab moral untuk tetap menjaga lingkungannya yang sudah di datangi dan dijelajahi, tanggung jawab itu cukup mudah dilakukan hanya dengan tidak membuang sampah sembarangan ataupun membawa kembali sampah yang sudah dibawa.

Jangan ke Gayo! Kalau hanya membuat Gayo kotor! Salam Lestari!.[]

*Mahasiswa Unsyiah, pengamat wisata dan lingkungan

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.