Duek Pakat Raya Pemekaran ALABAS, Panggung Abdullah Saleh

oleh

Catatan Win Wan Nur*

ALA-ABASDUEK Pakat Raya Pemekaran ALABAS telah berlangsung pada 7 Februari 2016. Oleh penyelenggara acara ini diharapkan akan menghadirkan ribuan massa dan menjadi ‘show of force’ kepada pemerintah Aceh sekaligus menunjukkan kepada pemerintah Republik Indonesia bahwa aspirasi pemekaran ini memang nyata.

Tidak tanggung-tanggung acara yang diselenggarakan di ibukota Aceh Barat Meulaboh ini sekaligus menghadirkan tokoh-tokoh penting pejuang pemekaran Aceh, mulai dari Armen Deski, Zuriat Suparjo, Rafli Kande, Tjut Agam dan ikon dari perjuangan pemekaran Aceh anggota DPR RI Ir. Tagore Abu Bakar.

Tapi ajaib, yang menjadi bintang di dalam acara itu bukanlah salah satu dari nama-nama tokoh kelas berat di atas melainkan Abdullah Saleh, ya anda tidak salah baca. Ini adalah Abdullah Saleh, politisi PA yang dulu mengatakan “ Tidak bisa bahasa Aceh, bukan orang Aceh”.

Pasca terselenggaranya acara di bumi Teuku Umar ini. Berita dominan dan rata-rata opini yang kita baca di media bukanlah memberitakan tentang sukses tidaknya acara itu, kapan rencananya Aceh akan dimekarkan atau siapa yang akan menjadi gubernur. Yang  menjadi tema sentral justru Abdullah Saleh.

Partai Aceh tempat Abdullah Saleh bergabung bereaksi spontan, blingsatan seperti orang kebakaran jenggot. Langsung memanggil yang bersangkutan dan langsung pula mengapungkan wacana untuk memberhentikan Abdullah Saleh dari anggota DPRA. Sikap yang sangat berbeda layaknya langit dan bumi dibandingkan dengan sikap Partai Aceh yang tenang-tenang saja dan seolah tidak terjadi apa-apa ketika Abdullah Saleh mengatakan “ Tidak bisa bahasa Aceh, bukan orang Aceh”

Ada satu hal yang tidak bisa tidak harus kita simpulkan dari sikap spontan Partai Aceh ini.

Pertama, ketika Abdullah Saleh mengatakan “ Orang yang tidak bisa bahasa Aceh, bukan orang Aceh” itu sudah sesuai dengan pandangan dan kebijakan partai. Sehingga ketika Abdullah Saleh mengatakan itu, maka tindakannya sudah benar. Tidak ada apapun yang dia langgar. Tapi ketika Abdullah Saleh menghadiri acara rencana pemekaran Aceh. Itu sama sekali bertolak belakang dengan garis kebijakan partai Aceh. Artinya, wilayah Tengah, Tenggara, Barat dan Selatan memang masih dibutuhkan oleh Partai Aceh tapi tidak orang-orangnya, kecuali mereka mau meninggalkan identitas kulturalnya dan tunduk mengakui diri sebagai orang Aceh dan mau berbahasa Aceh.

Kemudian, bagi yang mengikuti sepak terjang Abdullah Saleh menjelang Pilgub tahun depan. Akan terbaca jelas bagaimana lihainya Abdullah Saleh bermanuver untuk mewujudkan impiannya untuk mendampingi Muzakkir Manaf  sebagai Cawagub pada Pilgub mendatang. Sampai hari ini, meski sudah banyak calon yang menyatakan maju, faktanya Muzakkir Manaf masih calon terkuat.

Sayangnya meski Abdullah Saleh sudah mencari perhatian habis-habisan, termasuk dengan cara mencekik Sekwan DPRA yang menolak pengibaran bendera Aceh. Perhatian dari partai masih belum juga didapat. Malah ada kesan segala tindak-tanduk Abdullah Saleh tidak dipedulikan.

Kehadirannya di acara Duek Pakat Raya Pemekaran ALABAS, membuat Abdullah Saleh kembali mendapatkan perhatian itu.

Seperti sudah diduga banyak orang. Ketika politisi yang kelihaiannya dalam berpolitik sudah teruji sejak zaman orde baru ini dipanggil oleh Partai untuk menyatakan sikapnya. Abdullah Saleh yang sebelumnya diberitakan oleh http://portalsatu.com/berita/abdullah-saleh-saya-dukung-pemekaran-ala-abas-6258  menyatakan “Sebagai putra daerah saya dukung pemekaran ALA-ABAS,” kata Abdullah Saleh kepada portalsatu.com via seluler, Senin, 8 Februari 2016. Di depan partainya politisi asal Nagan yang mengangkat tangan Tagore di acara Duek Pakat Raya silam dengan santai mengatakan ucapannya dipelintir media.

Abdullah Saleh berhasil menempatkan Partai Aceh dalam dilema. Memecat Abdullah Saleh akan memperuncing konflik sekaligus memberi bahan bakar tambahan bagi gerakan pemekaran. Membiarkan Abdullah Saleh juga makan hati.

Pada akhirnya, mau tidak mau PA harus mengakui sekarang posisi tawar Abdullah Saleh jadi semakin tinggi.

Sementara itu, di pihak pendukung pemekaran Abdullah Saleh pun berhasil membuat namanya harum. Bahkan Kosasih Ali Abubakar, seorang tokoh ALA asal Gayo menyamakan Abdullah Saleh dengan tokoh Khalid Bin Walid, seorang pahlawan besar Islam yang sebelumnya ada di pihak musuh.

Pada akhirnya sulit bagi kita untuk tidak menyimpulkan bahwa yang paling diuntungkan dari acara ‘Duek Pakat Raya  Pemekaran ALABAS’ kemarin adalah Abdullah Saleh.[]

*Pengamat Politik Aceh

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.