Menikmati Makanan Indonesia di New York City

oleh

Oleh: Sisilia Adysti* 

 

afs-yesSUDAH hampir sebulan saya menginjak kan kaki di negari Paman Sam, Amerika Serikat. Say seorang pelajar dari Kabupaten Bener Meriah yang mengikuti program pertukaran pelajar Youth Exchange Student (YES) dan Bina Antarbudaya mewakili Indonesia dan provinsi Aceh khususnya.

Mencoba banyak hal baru, rutinitas baru, tinggal bersama keluarga angkat yang keduanya adalah professor juga pebisnis, beradaptasi dan merasakan bagaimana menjadi pelajar di Amerika, mencari teman dan bergabung di organisasi. Selama sebulan disini rasanya sudah banyak pengalaman dan pelajaran baru yang saya dapatkan.

Sudah banyak juga pelajaran hidup yang saya terima selama sebulan ini, saya belajar menjadi lebih disiplin, mandiri, dan mengatur waktu dengan baik karena keluarga angkat saya sangat disipiln waktu. Mereka juga selalu memberi masukan dan motivasi setiap harinya yang membuat saya menjadi lebih baik. Selain dapat memperbaiki bahasa Inggris, saya juga mendapatkan kesempatan khusus untuk mempelajari bahasa isyarat Amerika (American Sign Language).

Ibu angkat saya adalah seorang tunarungu dan saya juga tidak mau selalu bergantung kepada Bapak angkat untuk menjadi penerjemah. Belajar ASL sangat menyenangkan, bukan hanya gerakan tangan tetapi juga dapat melihat ekspresi wajah saat berkomunikasi.

Saya mendapat penempatan di Webster, New York. Minggu pertama saya berada disini, orangtua angkat saya mengajak saya ke New York City. Sebelum pergi kesana mereka menunjukan sebuah peta kota New York dan menunjukkan tempat apa saja yang akan kami kunjungi. New York City adalah kota terpadat di Amerika Serikat, juga merupakan pusat berbagai bidang seperti hiburan, media, teknologi, pendidikan, dan fashion. Saya sangat senang dan antusias ketika orangtua angkat saya mengajak saya ke patung Liberty, salah satu lambang Amerika Serikat yang paling terkenal.

Akhirnya impian saya menjadi kenyataan yang sebelumnya saya hanya bisa melihatnya dari televise, kini saya dapat melihat langsung dengan jarak dekat dan berfoto di patung Liberty. Mereka juga mengajak saya ke Top of the Rock, sebuah gedung tinggi dimana saya bisa melihat seluruh pemandangan New York City dari ketinggian. Di malam hari Saya juga mengunjungi Times Square yang sangat ramai dan seluruh gedung memancarkan cahaya, orang tua angkat saya bilang bahwa ketika malam tahun baru tiba tepatnya tanggal 31 Desember semua orang berkumpul di sekitar Times Square untuk melihat sebuah bola raksasa yang bercahaya dan dikenal dengan “New Year’s Eve Ball” ditarik ke ketinggian 23,5 meter untuk selanjutnya diturunkan tepat 60 detik sebelum pergantian tahun.

Di sekitaran Times Square juga saya banyak menjumpai makanan halal dijual, bahkan saya menemukan makanan Indonesia. Menikmati makanan Indonesia di negeri orang rasanya sedikit berbeda, makanan yang biasanya sering saya beli di kaki lima dengan harga murah, disini dijual dengan harga yang lumayan mahal. Untuk menikmati udara sore hari, saya juga mengunjungi Central Park, taman kota yang terletak di Manhattan, New York City. Melihat jembatan Brooklyn dan makan malam di restaurant Indonesia yang ada di New York City.

Keesokan harinya saya diajak menonton penampilan dari Blue Man Group dimana tiga orang laki-laki yang memakai kostum hitam dan mengecat diri mereka menjadi biru. Penampilannya sangat menarik sehingga membuat semua penonton tak bisa berhenti tertawa. Mereka tidak mengeluarkan suara sedikit pun tetapi melakukan gerakan-gerakan dan aksi lucu. Namun di tengah tengah penampilannya mereka juga memberikan edukasi kepada penonton dengan manayangkan sebuah video bagaimana syaraf manusia sebenarnya bekerja namun tetap dengan lawakan.

Hati saya terenyuh ketika mengunjungi Memorial Museum atau Gedung World Trade Center yang hancur rata pada 11 September 2001. Banyak orang mengunjungi tempat itu untuk mengenang sanak saudara meraka yang menjadi korban runtuhnya gedung WTC. Disini saya melihat, walau kita berbeda negara, berbeda agama, kulit kita berbeda warna, bahasa kita berbeda, bahkan cara kita berbicara berbeda, tapi kita semua mempunyai warna darah merah yang sama, kita semua ingin melihat dunia yang damai dan penuh kebaikan.

Saya percaya, dunia tidak memerlukan kita bertengkar, tapi dunia memerlukan kita bersatu menciptakan dunia yang jauh lebih baik dari sekarang.[]

 

* Siswi SMA Negeri 1 Bandar Bener Meriah sedang mengikuti Pertukaran Pelajar Bina Antarbudaya/ Kennedy-Lugar Youth Exchange Study melapor dari New York, Amerika Serikat.

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.