Oleh : Rahma Umar

SIAPA yang tidak mengenal ikan endemik penghuni danau Lut Tawar yang satu ini Rasbora Tawarensis atau lebih dikenal dengan nama ikan Depik.
Ikan ini adalah salah satu olahan kuliner khas Gayo lembah Takengon. Belum absah jika ke Takengon tanpa mencoba kuliner dengan bahan utama ikan Depik bahkan biasanya menjadi oleh-oleh khas dari dari Gayo selain kopi Arabika.
Kuliner dengan bahan baku ikan Depik ini dapat di olah dengan banyak cara khas Gayo dan sebagai oleh-oleh biasanya Depik yang sudah dikeringkan.
Salah satu kuliner Depik dikenal dengan Depik Dedah dan jika sudah pernah mencobanya anda takkan lupa betapa sedapnya Depik Dedah ini, masakan Gayo yang warnanya agak pucat.
Bahan dan pengerjaanya tidak rumit, anda cukup menyiapkan Depik sebagai bahan baku utama, cabe merah atau hijau boleh juga di ganti dengan cabe rawit (caplak_Gayo) menurut selera anda. Belah menjadi dua, irisan bawang merah, kunyit yang di iris, perasan air jeruk sayur (asam jantar_Gayo), sedikit empan (andaliman) dan garam secukupnya.
Aduk semua bahan di dalam wajan, dan sebaiknya di belanga tanoh (kuali yang terbuat dari tanah liat), tambahkan sedikit air, lalu masak di atas api yang kecil hingga airnya kering.
Entah mengapa, citarasanya akan lebih enak lagi jika di masak dengan kayu bakar. Kebiasaan orang Gayo saat memasak Depik Dedah ini saat kuahnya telah mendidih akan diambil sedikit dipisahkan dari Depiknya. Nantinya kuah itu akan dipakai saat makan.
Depik Dedah ini bisa bertahan sampai 2-3 hari bahkan biasanya Depik yang masih basah ini di buat Dedah untuk bisa di kirim keluar kota, tapi saat di tempat yang dituju biasanya akan digoreng kembali dan ini tidak akan mengurangi cita rasa Depik Dedahnya bahkan semakin enak dan bisa sebagai pembangkit selera makan.[]