
Kutacane-LintasGayo.co : Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura (Distan) Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) menggelar kegiatan penanggulangan hama dan penyakit tanaman di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Darul Hasanah Senin (16/11/2015).
Kepala Distan Agara melalui Sekretarisnya Bustami SP dalam sambutannya pelatihan ini mempunyai 4 faktor yang sangat mendukung dalam meningkatkan hasil dari produksi petani padi maupun jagung yakni iklim, pupuk, benih dan SDM petani.
Salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan SDM petani yang ada di Agara khusunya di kecamatan Darul Hasanah. “Dalam hal penggulangan hama penyakit yang menyerang padi dan jangung kita perlu kerjasama dari semua pihak yakni petani, Babinsa, PPL. Dengan adanya laporan dari pihak terkait kita bisa secepatnya menangulangi penyakit yang menyerang padi dan jagung kita,” ungkap Bustami.
Semntara Kabid Penanganggulangan hama, Junaidi SP ditemui secara terpisah menjelaskan penyakit petani padi dan jagung umumnya penyakit yang sering dijumpai oleh para petani yakni tikus, keong mas, penggerek batang, tungo dan hawar bakteri.
Lebih lanjut Junaidi SP menjelaskan tikus merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.
“Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir,” terang Junaidi. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode berat, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang fase generatif.
Hama ini dapat dikendalikan pada awal musim tanam sebelum memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok massal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System)/Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS (Linear Trap Barier Sistem). Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal.
Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.
Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak untuk dimakan oleh manusia.
Dan hama penggerek batang adalah hama yang ulatnya hidup dalam batang padi. Hama ini berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat; biasanya 1 larva berada dalam 1 anakan. Ngengat aktif di malam hari. Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari masa hidupnya sebagai serangga dewasa. Massa telur penggerek batang kuning berbentuk cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa telur mengandung sekitar 100 telur.
“Lindungi agen pangendalian hayati untuk melindungi musuh alami penggerek batang, jangan gunakan pestisida berspektrum luas, mis. methyl parathion,” pungkas Junaidi.
Pantauan LintasGayo.co di lapangan hadir dalam kegiatan tersebut seluruh Muspika dan petani sebagi peserta pelatihan. (Jubel)