Arkeolog : Manti, Belum Ada Bukti Ilmiah

oleh

Khalisuddin

Ketut Wirandyana. (Foto : LGco_Khalis)
Ketut Wirandyana. (Foto : LGco_Khalis)

TEMUAN sejumlah bukti kehidupan manusia prasejarah termasuk kerangka manusia di Loyang Mendale dan Ujung Karang Kebayakan Aceh Tengah oleh sebagian masyarakat dipercaya sebagai suku Manti. “Kerangka di Loyang Mendale itu pasti Manti,” begitu suara sumbang dari sejumlah warga Takengon.

Pernyataan ini dibantah tegas oleh Arkeolog Ketut Wiradnyana yang melakukan penelitian di Loyang Mendale dan Ujung Karang tersebut. “Belum ada satu bukti ilmiahpun menyebut keberadaan manti di Gayo,” kata Ketut.

Dia menegaskan, profil dan tinggi badan kerangka yang ditemukannya di Loyang tersebut tidak berbeda jauh dengan warga Kebayakan saat ini. Menurut Ketut Wiradnyana, tinggi tubuh mereka sekitar 160 cm. “Mereka itu orang normal, tidak kerdil” tegas Ketut yang dikutip dari tulisan Muhammad Syukri di kompasiana.com.

Menurut id.wikipedia.org, suku Mante yang bagi masyarakat Gayo disebut Manti adalah salah-satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat pernah mendiami Aceh termasuk dataran tinggi Gayo. Dalam legenda Aceh, suku Mante dan suku Batak disebut-sebut sebagai cikal-bakal dari Kawom Lhèë Reutōïh (suku tiga ratus), yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli Aceh.

Saat ini Suku Manti sudah punah, atau lenyap karena sudah bercampur dengan suku bangsa pendatang-pendatang lainnya yang datang kemudian.Pun demikian, sampai saat ini, masih belum terdapat bukti ilmiah yang kuat terhadap keberadaan suku ini. Penulis Belanda Christiaan Snouck Hurgronje dalam buku berjudul Aceh di Mata Kolonialis menyebut defenisi Mante ‘bermuatan’ adu domba, Mante itu orang hutan yang juga sebagai julukan masyarakat dataran rendah kepada penduduk dataran tinggi yang di mata mereka dianggap kurang beradab.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.