Darmawan Masri*

Salah seorang guru SMPN 2 Takengon, Masran, S.Pd ciptakan sebuah alat penyiram tanaman yang hemat biaya dan energi. Alat tersebut dinamakannya dengan “Sanayo Weh”. Kepada LintasGayo.co, Masran mengaku selama enam bulan dirinya melakukan try and error (percobaan) terhadap sebuah pipa bekas yang kemudian diberi tekanan ari. Setelah ada tekanan Alat Sanayo Weh juga bisa berputar, sehingga memudahkan perlakuan penyiraman tanaman.
Karyanya tersebut sudah diuji coba di SMPN 2 Takengon, tempatnya mengajar. Guru bidang studi IPA konsentrasi keilmuan Fisika ini, mengatakan bahwa penemuannya tersebut tak memerlukan biaya dan energi besar.
“Cukup menggunakan aliran air PDAM atau air yang tertampung di wadah dengan ketinggian. Kenapa diketingian agar tekanan air bisa memacu kerjanya, sehingga air tertekan di hulu pipa yang sudah dibuat sedemikian sehingga saat terjadi tekanan pipa akan berputar dan mengeluarkan air. Prinsip kerjanya sama dengan bolang-baling helikopter, pipa yang kita gunakan pun tak perlu beli, cukup yang bekas saja,” terang Masran.
Penemuan alat sederhana ini, dapat membantu petani dalam melakukan penyiraman terhadap tanaman. Karena, dalam setengah meter pipa ukuran 1/2 inci, tekanan air keluar sejauh delapan meter. Makin, panjang pipa yang dibuat, maka tekanan air keluar akan semakin jauh.
Pengakuan Masran, bahwa dia menggunakan hukum Pascal dalam pembuatan alat tersebut, dimana Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar. Dasar teori itulah, Masran, melakukan suatu percobaan pada pipa bekar yang tertutup kemudian diberi tekanan. Diujung pipa diberi lubang-lubang kecil tempat keluaran air, lubang-lubang kecil itu pun bisa dibuat sedemikian hingga, sehingga air yang keluar akan memiliki pola tertentu sesuai dengan selera.
Teori keseimbangan juga dipakai dalam percobaannya tersebut, dimana keseimbangan berfungsi agar pipa yang diletakkan diujung bisa berputar dari tekanan air, dan memancarkan air ke segala arah dengan sama besar. Tidak ada alat tambahan yang digunakan untuk memutar pipa, namun keseimbangannya harus tepat.
“Alat ini cukup sederhana dan ekonomis, jika tak punya saluran air PDAM, maka kita bisa menampung air dalam sebuah wadah yang diletakkan lebih tinggi. Sehingga muncul tekanan. Semakin kecil pipa yang kita gunakan maka tekanan akan semakin besar,” kata Masran. Penemuannya tersebut, selain sudah diterapkan di SMPN 2 takengon, terlebih dahulu diterapkan dirumah miliknya, di Lentik, Kebayakan, Aceh Tengah.
Masran menambahkan, jika alat ini dikembangkan lagi, selain membantu petani menyiram tanaman, juga dapat digunakan sebagai alat penyemprot pestisida. Selain itu, pengembangan terus-menerus dilakukan, bukan mustahil alat ini bisa digunakan dirumah-rumah warga sebagai alat pemadam api, saat kebakaran terjadi. []