Didisen, Perangkap Ikan Depik Tinggal Sejarah

oleh
Didisen. (LGco_Munawardi)

Catatan: Muhammad Syukri

Didisen. (LGco_Muna)
Didisen. (LGco_Munawardi)

AWAL bulan lalu, saya mendapat kunjungan mantan tetangga sebelah rumah di Asir-asir Bawah. Pada tahun 1970-an, mereka menetap di Takengon, dipinggir Sungai Pesangan. Awal tahun 1980-an, mereka pindah ke Jakarta. Kedatangannya ke Takengon khusus untuk mencari ikan depik –rasbora tawarensis, karena sangat terkesan dengan rasa ikan depik didisen.

Dia mengungkapkan, pada tahun 1970-an, keluarganya sering membeli ikan depik didisen dari nelayan. Mereka memarkir perahu di pasar ikan, isinya penuh dengan ikan depik ber-pire. Terkenang masa-masa itu, dia mengunjungi pasar ikan, ingin melihat penjual ikan depik didisen. Dia kaget, ternyata tidak ada lagi perahu penjaja ikan depik, disana sudah berganti menjadi pasar ayam potong.

Saya katakan, ikan depik didisen sudah jarang ditemukan. Pencari ikan depik sekarang sudah pintar-pintar. Mereka memasang jaring membujur dari timur ke barat, sehingga ikan depik terjebak jaring sebelum mencapai tempat memijah. Lokasi memijah ikan depik adalah mata air yang banyak terdapat di sisi utara Danau Laut Laut Tawar.

Depik di Dedesen (Muna | LintasGayo.co)
Depik di Dedesen (Muna | LintasGayo.co)

Berbeda dengan dahulu, mereka lebih arif dalam memanfaatkan dan memanen sumber daya ikan. Salah satu kearifan lokal untuk menangkap ikan depik, adalah dengan perangkap  didisen, bukan memotong jalur migrasinya. Positifnya, ikan endemik Danau Laut Tawar itu masih bisa bereproduksi, sehingga populasinya tetap terjaga. Supaya lebih lengkap, saya menjelaskan cara kerja didisen, mantan tetangga tersebut terkagum-kagum atas kearifan lokal nelayan tempo doeloe.

Sumber mata air itu, oleh nelayan dibuat didisen – perangkap ikan depik dari susunan batu. Mereka terlebih dahulu membuat batur, tanggul batu sejajar memunggungi mata air. Depannya, mengarah ke danau, dibagian belakang tanggul dibuat pintu masuk yang dipasangi segapa.

Segapa, perangkap ikan depik, dibuat dari rautan bambu seukuran lidi. Penampangnya berbentuk ring dengan diameter 30 cm, dilengkung dengan sebilah rotan besar bernama deku. Sedangkan dibagian tengah makin mengerucut, dibentuk dengan rotan kecil, dinamakan ongko. Diujungnya ada cemucut, pertemuan sejumlah rautan bambu, sehingga ikan depik yang sudah masuk, tidak bisa keluar.

Didisen. (LGco_Munawardi)
Didisen. (LGco_Munawardi)

Ikan depik yang sudah melewati segapa, akan terjebak dalam tung, kotak kayu yang lantainya diserak batu dan kerikil. Ikan-ikan yang masuk dalam tung tergolong kualitas nomor satu, kaya pire, dan berharga mahal. Dari dalam tung itu, nelayan memanen ikan depik didisen menggunakan sawok, hasilnya mencapai puluhan kilogram.

Karakter ikan depik menyukai tempat teduh dan bersih. Supaya ikan endemik Danau Laut Tawar ini mau masuk dalam jebakan didisen, diantara tanggul batu dibuat naungan dengan daun serule. Sebelum tiba musim depik, nelayan harus membersihkan bebatuan didasar air pada bagian depan tanggul, maupun dalam tung. Alat pembersihnya menggunakan dayung, caranya seperti mendayung perahu, sehingga sedimen dibebatuan terangkat dan hanyut terbawa arus air.[]

*Pemerhati sosial, budaya dan lingkungan, tinggal di Takengon

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.