Mengenal “Yulius Sofacua” dari Pasukan Aman Dimot

oleh
Yulius Sopacua alias Ring Waring
Yulius Sopacua alias Ring Waring
Yulius Sopacua alias Ring Waring

ADA peristiwa menarik ketika Gubernur Aceh menggelar temu ramah dengan keluarga veteran, pejuang dan perintis daerah Aceh. Disitu, Aceh Tengah mengirimkan pejuang non Gayo yang notabene berperang bersama pejuang Gayo di Medan Area, Yulias Sopacua, eks Tentara het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), yakni tentara yang melayani pemerintah Hindia-Belanda dari Ambon.

Yulias Sopacua yang berdarah Ambon itu bergabung ke pasukan Aman Dimot setelah lari dari pasukan “KNIL”, dan tidak mudah, meninggalkan KNIL juga membuat Yulias menjadi buronan, namun sebagai orang Indonesia, memilih membela Indonesia lebih penting, dan akhirnya singah dipasukan Aman Dimot untuk turut berperang bersama di Medan Area.

Kedekatannya dengan Aman Dimot berikut pasukannya, bukan diwaktu singkat, Yulius Sopacua rupanya sudah menyatu dengan masyarakat Gayo sebelum bergabung bersama pasukan aman Dimot, dan sakin dekatnya Yulius lantas diberi nama “Ring Waring”, nama khusus untuk Yulius.

Kedekatannya dengan masyarakat Gayo memang cukup fenomenal. Ke Takengon Ring Waring sekaligus membawa istri bernama Mahdalena, perempuanĀ  berdarah Jawa-Bali. Hasil perkawinan mereka membuahkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Otto Sopacua.

Yulius Sopacua (tanda panah) bersama Aman Dimot (tanda x)
Yulius Sopacua (tanda panah) bersama Aman Dimot (tanda x)

Otto Sopakua adalah seorang seniman musik yang ikut berkonstribusi besar dalam mengembangkan seni musik keroncong di dataran tinggi Gayo. Namanya identik dengan nama-nama seniman besar lainnya di Gayo seperti AR Moese dan Syech Kilang, namun Otto pria yang komit dijalur musik.

Cucu Alamrhum Ring Waring, Darwin Sofacua yang datang mengantarkan ibunda Rosda, Istri Almarhum Otto Sopacua untuk memenuhi undangan Gubernur Aceh mewakili Ring Waring mengatakan, Apabila Ring Waring tewas bersama Aman Dimot setelah sempat ditawan hingga akirnya dieksekusi Belanda di Sumatera Utara.

Aman Dimot, pejuang Gayo yang juga ditawan tewas dieksekusi Belanda menggunakan peluru “granat”.

Mayat mereka semua kemudian dimakamkan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Hingga dimasa orde baru makam-makam non sumatera dibawa ke pulau jawa, dan masa itu sempat menimbulkan protes dari sanak keluarga, namun pemerintah tetap membawanya, sehingga makam mereka pun tidak diketahui lagi.

Untuk itu, Darwin dan keluarga sangat berharap kepada pemerintah Aceh untuk melacak kembali makam-makam pejuang tersebut, karena perjuangan mereka di Medan Area adalah sejarah besar orang Gayo dalam mempertahankan republik Indonesia.

Peninggalan Ring Waring yang paling banyak adalah foto-foto ketika beliau berada di Takengon, termasuk ketika bergabung bersama pasukan Aman Dimot di Aceh Tengah. (Tarina)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.