‘Muhda Wali’ Seorang Anak Korban Amukan Gajah, Hangat Dipelukan Sang Anan

oleh
Muhda Wali Bersam Sang Anan Kamisah. (LGco)

*Darmawan Masri

Muhda Wali Bersama Sang Anan Kamisah. (LGco)
Muhda Wali Bersama Sang Anan Kamisah. (LGco)

Masih segar diingatan kita, konflik gajah dan manusia yang terjadi awal tahun 2015 ini. Kawanan gajah liar mengamuk di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, tepatnya di Kampung Musara Pakat, Dusun Gedok.

Malam itu, Sabtu 24 Januari 2015, sekira pukul 20.30 waktu setempat, naas bagi keluarga Fadli. Sang istri Husna Dewi (34) tewas dianiaya gajah.

Kejadian bermula, kawanan gajah mendatangi rumah kebun (umah empus : Gayo) milik keluarga Fadli. Disana dia tinggal bersama istrinya Husna dan anak tirinya Muhda Wali yang saat itu masih berumur 4,5 tahun.

Mendengar suara gajah, Fadli bergegas meminta pertolongan warga. Di gubuk tinggal istri dan anaknya. Melihat kawanan gajah mendekati rumah dan mulai merusaknya, Husna menggendong Muhda Wali untuk bergegas lari disertai rasa takut, menghindar dari kawanan abang kul (sebutan gajah di Gayo-red).

Sempat lari menjauh dari gajah, naas menimpa Husna dan anaknya. Diperjalanan mereka kepergok dengan beberapa ekor gajah berukuran besar. Seekor dari mereka (gajah) mengambil Muhda Wali dari pelukan sang ibu. Kejadian pada malam hari itu, merenggut nyawa Husna sedangkan anaknya Muhda Wali selamat.

Saat ini, kejadian itu sudah berlangsung delapan bulan lamanya. LintasGayo.co, Selasa 11 Agustus 2015 mencoba menemui bocah yang pernah diraih belalai gajah yang kemudian ditemukan terluka dibeberapa bagian anggota tubuhnya.

Saat ini, Muhda Wali diasuh oleh sang Anan (Nenek-red), Kamisah di Kampung Nosar, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah. Kejadian malam itu, masih di ingat Muhda Wali.

Kepada sang nenek dia selalu bercerita bahwa gajah yang pernah merangkulnya berukuran besar dan berwarna hitam. Kejadian naas itu tak pernah di pinta, hal itu merupakan takdir yang maha kuasa kepada hambanya.

Kejadian itu pun tak pernah di duga. Kamisah bercerita, bahwa anaknya Husna bersama sang suami biasanya tidak pernah menginap di kebun yang tengah di garapnya.

“Biasanya mereka pulang ke Takengon. Namun, entah kenapa malam itu mereka tidak pulang,” kenang Kamisah.

Pengakuan Kamisah, bahwa anaknya Husna (Ibu dari Muhda Wali) baru sembilan bulan menikah bersama Fadli. Muhda Wali merupakan anak ketiga dari suami pertama Dewi yang meninggal dunia saat Muhda masih berumur satu tahun.

Sebulan paska kejadian naas itu, Kamisah mengaku bahwa Muhda Wali mengalami trauma berat. 

“Sebulan setelah kejadian itu, Muhda sering mengigau saat tidur, sepertinya dia trauma. Saya dan suami (Zulfikar) berinisiatif membawanya ke dokter dan pengobatan tradisional. Setelah beberapa bulan, traumanya mulai hilang, namun kejadian itu tetap dia (Muhda) ingat,” kata Kamisah kepada LintasGayo.co.

Saat ini, Muhda Wali bersama seorang abang dan kakaknya tinggal bersama sang anak dan awan (kakek-red), dengan menumpang di sepetak tanah milik kerabat dekatnya.

Sang kakek, Zulfikar mengatakan bahwa rumah mereka setahun lalu terbakar. Mereka tidak memiliki tanah untuk dibangun sebuah rumah tempat berteduh, dan hanya menumpang ditanah milik kerabat dekatnya.

“Tanah rumah ini bukan milik saya, kami hanya menumpang disini,” kata Zulfikar.

Keluarga Zulfikar, boleh dikatakan hidup dibawah garis kemiskinan. Namun, kasih sayang terhadap Muhda Wali yang pernah dianiaya gajah bersama dua saudaranya tak pernah usang.

Segala curahan hati, sang awan dan anan menjadikan kehangatan bagi Muhda Wali. Kamisah bercerita, saat ini kedekatan Muhda Wali bersama dirinya lebih dari sekedar seorang cucu. Yatim piatu yang disandang Muhda Wali bersama dua saudaranya, tak menyurutkan niat Kamisah dan Zulfikar memberi kasih sayang penuh kepada mereka.

Keceriaan Muhda Wali merupakan hal yang tidak terbeli bagi keduanya. Meski hanya berprofesi sebagai petani dan nelayan di seputaran Danau Lut Tawar dengan penghasilan pas-pas an, kasih sayang kehangatan selalu dilimpahkan kepada Muhda Wali sama seperti anak-anaknya yang lain.

Sang Abang Putus Sekolah.

Sedangkan sang abang Iwan Rezeki, harus mengubur impian untuk terus bersekolah. Tahun ini, dia lulus SMP dan hendak mendaftar ke SMK. Namun, karena kekurangan biaya asa itu harus ditundanya.

Dia pun rela berkerja sebagai buruh tani upahan agar tahun depan bisa kembali bersekolah di jurusan mesin di SMK. Dalam sehari bekerja, Iwan hanya menghasilkan upah sebesar 60 ribu Rupiah.

“Dia (Iwan) minta masuk SMK jurusan mesin, dia beralasan agar punya keahlian setelah itu dan bisa mencari rizki untuk membesarkan adiknya Muhda Wali,” kata sang kakek, Zulfikar.

Dekapan Hangat Sang Anan

Meski harus putus sekolah untuk sementara waktu, Iwan tidak serta merta kecewa. Dia sadar perekonomian awan dan anannya pas-pas an. Iwan bersama saudara perempuannya, saat kejadian naas menimpa sang ibu dan adiknya Muhda Wali tinggal bersama anan dan awannya di Kamoung Nosar.

Yang terpenting bagi ketiga anak Husna ini adalah pelukan hangat sang anan dan awan. Begitu juga dengan Muhda Wali.

Terlihat wajah ceria Muhda Wali yang sempat trauma. Kamisah menjelaskan bahwa, Muhda sering menangis saat melihat hutan ataupun semak belukar. Dia (Muhda) sering melarang untuk mendekati hutan dan semak.

“Kalau sudah diajak ke kebun dia selalu bilang ada gajah disana. Terkadang dia menangis. Saya pun berusaha menenangkan dengan memeluknya, sampai dia tidak lagi mengangis,” kata Kamisah.

Dekapan hangat sang anan menjadi keceriaan tersendiri bagi bocah malang tersebut. Kemanapun sang anan pergi Muhda selalu minta ikut, jika ditinggal dia sering menangis hingga terisak-isak.

Kamisah tak tega melihat cucunya itu tersedu-sedan. Muhda Wali pun tak pernah ditinggal. Kasih sayang anan dan awan menjadi bekal kekuatan hidup Muhda Wali bersama dua saudaranya.

Begitulah potret kehidupan Muhda Wali seorang bocah lucu nan lugu yang menjadi korban amukan gajah delapan bulan lalu di Dusun Gedok, Kampung Musara Pakat, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.