Catatan : Feri Yanto*
USAI sudah pelatihan kopi Internasional dengan mahasiswa Taiwan yang dilaksanakan tanggal 4-8 Agustus di Aula SMAN 1 Takengon, hari ini tanggal 9 Agustus 2015 tepatnya hari minggu kami pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon di undang kembali ke salah satu hotel di Takengon dimana tempat mahasiswa Taiwan menginap selama beberapa hari di Takengon, dan kamipun memenuhi undangan tersebut.
Awalnya saya berfikir bahwa mereka akan menggali informasi tentang HMI dan Islam yang pada waktu workshop dimuatkan sebagai salah satu materi dan saya sendiri sebagai pembicara, selain materi inti yaitu tentang kopi dan budaya masyarakat Gayo, serta budaya Taiwan, namun ternyata berbeda dari dugaan saya, malah mahasiswa Taiwan ini menceritakan tentang permasalahan yang sedang mereka hadapi di negaranya, persoalan keresahan generasi muda, persoalan kritis identitas generasi muda Taiwan, sebab itu para pengurus HMI di undang untuk berdiskusi meminta tanggapan dan sharing dengan HMI Cabang Takengon.
Setiba di hotel, kami sudah mendapati mahasiswa dari Taiwan sudah siap dan menunggu kedatangan kami di salah satu ruang makan, pagi ini sekitar pukul 10.00 WIB mereka tidak seperti biasanya lagi selama waktu dalam kegiatan workshop, yang perempuan tidak mengenakan hijab atau jilbab, namun kami juga tidak lagi menegur mereka, karena ini sudah di luar acara, lagian mereka juga bukan muslim begitu dalam fikiran kami.
Diskusipun dimulai, salah satu mahasiswa Taiwan berbicara tentang apa yang akan didiskusikan tentu dalam Bahasa Inggris, karena tidak semua pengurus HMI dapat berbahasa Inggris dan termasuk Bahasa Inggris saya sangat buruk maka perlu di-translate-kan, dan Bu Anggi pun menerjemahkan apa yang disampaikan Mercy Wang. Bu Anggi adalah Manager Therainforest Coffee, dia berdomisili di Medan, dan sebenarnya melalui dialah HMI terhubung dengan mahasiswa dari National Chio-Tung University dan National Ching Hua University di Taiwan.
Mereka menceritakan bahwa Taiwan saat ini mengalami keresahan, persoalannya adalah persoalan sejarah sebagaimana diketahui bahwa sejarah itu adalah sangat penting sebagai identitas suatu bangsa, apabila sejarah itu salah maka salahlah karakter bagsa yang akan di bangun, dan jati diri suatu bangsa akan hilang.
“Sejarah itu selalu berubah, selalu ada perubahan sejarah dalam perjalanan Negara Taiwan, setiap pertukaran pemimpin ada sejarah yang berubah, banyak sejarah yang telah di tiadakan, banyak yang terjadi dihilangkan dan banyak yang sebenarnya sedikit berperan tapi sangat di besar-besarkan,” kata Mercy membuka diskusi.
Mercy melanjutkan, saat ini Mentri Pendidikan Taiwan telah melakukan penyesatan sejarah kepada generasi muda Taiwan, telah terjadi perubahan besar dalam sejarah Taiwan, hingga akhirnya Taiwan bergejolak dalam beberapa waktu kebelakangan ini, bahkan beberapa hari yang lalu saat kami tiba di Takengon semua siswa SMA di Taiwan melakukan long march di depan gedung mentri pendidikan Taiwan dan sekarang gerakan ini didukung oleh masyarakat Taiwan.

Karena Taiwan hampir kehilangan dirinya, sebagian Partai Politik di Taiwan yang sudah mengkampanyekan bahwa Taiwan adalah bagian dari Cina, sementara banyak masyarakat Taiwan yang tidak pernah mengakui kalau Taiwan adalah Cina, Taiwan adalah Taiwan sebuah negara yang berdaulat. “Tentu kami sangat merasa takut apabila Taiwan itu hilang identitasnya sebagai suatu Negara,” kata Mercy dengan cemas, dan mahasiswa Taiwan lainnya juga ikut mencemaskan hal ini.
Lalu mahasiswa Taiwan meminta tanggapan dari pengurus HMI, bagaimana pendapat kalian tentang persoalan yang sedang dihadapi oleh Negara kami? kata Mercy.
Sayapun mencoba ikut berkomentar tentang ini, Bagi saya sejarah adalah milik penguasa, siapa yang berkuasa maka dialah pemilik sejarah, bagi saya sejarah adalah suatu yang subjectif, semua orang akan menceritakan sejarah yang sesuai dengan kepentingannya dan kelompoknya, dan sejarah juga berhubungan kuat dengan politik, sejarah adalah suatu komuditas politik yang paling laku di jual, dalam politik hanya ada siapa dapat apa dan sejarah adalah milik siapa yang mendapatkan kekuasaan, dan itu menurut saya setelah saya membaca buku-buku sejarah yang banyak perbedaan kepentingan di dalamnya meskipun denga tema yang sama.
Maka bila siapapun yang ingin merangkai sejarah, kebenaran maupun kebohongan, ia harus melewati jalur politik, dan kekuasaan harus di rebut dan dipertahankan, dan apabila lepas maka sejarah akan kembali berubah pada siapa yang menguasainya, dan tidak ada suatu perubahan yang dapat ditempuh melalui politik tanpa ideology.
Dan akhirnya professor Chien Thai Chen dari Taiwan menyampaikan pesan kapada kami semua, baik mahasiswa Taiwan maupun kader HMI. yang pertama, bahwa manusia itu mempunyai derajat yang sama, tidak ada pemerintah, tidak ada guru, tidak ada yang lebih tinggi, manusia adalah manusia, guru adalah manusia, pejabat adalah manusia, maka manusia dapat mengtahui kebaikan dengan akalnya, dan tidak ada system pemerintahan yang dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat secara inividu, oleh karena itu hak invidu harus di jaga, karena kebijakan pemerintah hanya berpihak kepada masyarakat adalah 30 % dan selanjutnya adalah untuk mereka dan kelompoknya.
Kedua, Jika kelak kamu menjadi pemimpin jadilah kamu pemimpin yang memperhatikan apa yang sedanga kamu pimpin, harus melihat apa yang dibutuhkan oleh apa yang sedang kamu pimpin, jadilah pemimpin yang selalu memntingkan kepentingan rakyat banyak.
Dan ketiga, Sejarah adalah sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dibukukan, akan tetapi sejarah adalah apa yang dapat kalian berikan dibumi kalian, jadi ukirlah sejarah yang benar, sejarah tanpa kebohongan, jangan mengulangi kedzaliaman yang telah dilakuakn oleh orang-orang sebelumnya.[]
*Mahasiswa Universitas Gajah Putih Takengon, wartawan LintasGayo.co