“Jejak Hitam Mengalir Ditengah Gelombang Teriakan Syariat Islam”
Laporan : Zulfan
Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah satu daerah yang tunduk kepada Pemerintahan Aceh dimana Syariat Islam harus ditegakkan bahkan Polisi Wilayatul Hisbah (WH) juga diangkat sebagai Perangkat Pelaksana penertiban terhadap pelanggaran atas Qanun itu sendiri disamping Dinas Syariat Islam sebagai pelaksana dalam mensyiarkan Qanun tersebut
Salah satu Qanun yang termasuk menjadi prioritas adalah Khalwat (zina) disamping khamar dan Maisir,bahkan disejumlah daerah di dalam Provinsi Aceh kerap muncul dimedia massa pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat terhadap Qanun Khalwat yang semakin marak dan berkembang bagaikan virus yang seakan tidak terlihat dengan kasat mata.
Yang paling menyedihkan dan menjadi momok yang sangat menakutkan,seakan menggauli wanita yang masih punya suami bukan lagi menjadi barang haram,bila wanita bersuami mulai doyan menambah suami lagi sehingga rela diselingkuhi oleh lelaki yang juga beristri, apakah ini tanda-tanda dunia semakin tua dan menjelang uzur menunggu runtuh..?
Terlepas dari semua itu, kita kembali kepada pembahasan hasil penelusuran jejak-jejak hitam prostitusi terselubung yang terus mengalir ditengah gelombang teriakan penegakan Syariat Islam.
Benarkah semua daerah di Aceh sudah menjalankan Syariat Islam secara kaffah, benarkah tidak ada prostitusi alias seks komersial di daerah-daerah hanya dengan melihat tidak adanya ijin yang dikeluarkan untuk mendirikan rumah bordil alias lokalisasi bagi wanita penjaja seks.
Penyakit masyarakat (Pekat) menjadi salah satu sebutan yang sengaja diindah-indahkan terdengar ditelinga, ketiadaan rumah bordil atau dengan nama kerennya lokalisasi yang sudah mendapat nama dan modus baru dengan membuka salon kecantikan yang ujung-ujung menyimpan wanita nakal.
Untuk masalah prostitusi atau perzinahan ini, Kabupaten Aceh Tenggara malah memiliki modus yang lebih terbaru dan bisa dikatakan tergolong unik dan cukup rapi meskipun dalam kata rapi yang disebutkan sudah menjadi rahasia umum.
Benarkah ada geliat seks di Kutacane,benarkah desahan nafas berburu dengan nafsu dibalik teriakan penegakan Syariat Islam, deru nafas itu tidak terdengar bahkan nyaris tidak terlihat karena sebuah kepura-puraan yang sangat menjemukan.
Yang jelas, tidak ada jaminan yang mampu mengatakan bahwa Aceh Tenggara bersih dari yang namanya geliat seks haram, penelusuran penulis sudah amat sangat dapat dipastikan bahwa ada geliat seks terselubung di Agara.
Untuk lebih mengetahui keberadaan para pekerja seks tersebut, berapa tarif yang mereka pasang, bagaimana cara menemukan mereka, bagaimana system pemesanan, kemana pesanan diantar,apa motif mereka hingga menjadi pekerja seks komersial serta siapa yang menjadi perantara, apa pengaruhnya terhadap lingkungan dan berasal dari kalangan mana saja mereka, berapa nomor seluler yang bisa dihubungi untuk mendapatkan kemolekan tubuh mereka, mari kita telusuri jejak hitam diatas bebatuan tajam tersebut.
Siang itu udara terasa sangat panas, padahal cahaya matahari tidak terlihat terik, sosok lelaki dengan tas kecil tergantung dipinggangnya masih juga nampak duduk dengan santai disebuah warung kopi dimana para wartawan daerah kerap mangkal setelah letih mencari kata demi kata untuk sebuah berita yang akan disuguhkan kemeja redaksi masing-masing.
Namun lelaki yang memakai kemeja dengan celana jeans cukup rapi ditambah dengan sepatu hitam mengkilap hingga penampilannya terlihat seperti seorang wiraswasta yang cukup profesional masih tetap dengan santainya seraya menyeruput kopi yang ada didepannya dan tidak lupa menghisap sebatang rokok yang terselip dijarinya.
Dering seluler yang terletak didepannya spontan diangkat dan berbicara dengan si penelepon, namun apa yang dibicarakan tidak jelas diketahui selain suara lelaki itu yang hanya mengatakan, ”Ok bro, mantap bro, sekarang saya bergerak bro,” katanya selanjutnya kopi yang tadi berada didepannya kembali diseruput lalu memasukan bungkusan rokok kedalam saku kemejanya kemudian berdiri dan pergi dengan mobil yang diparkirkan tidak jauh dari warung kopi tersebut.
Mobil itu berhenti setelah berjalan sekitar satu kilometer,dua orang wanita yang cantik dan seksi dengan pakaian yang serasi menambah mata lelaki tak malas berpaling ketempat lain tanpa ragu membuka pintu mobil setelah klakson dibunyikan dan masuk kedalam mobil.
Tanpa diperintah serta tidak menunggu diusir, lelaki tersebut kembali memacu mobilnya dengan suara music yang perlahan plus air conditioner (AC) menambah suasana di dalam mobil semakin terasa nyaman meskipun buliran keringat saat duduk di warung kopi sebelumnya masih terlihat tersisa di leher lelaki itu.
Dalam waktu yang tidak sampai 15 menit, mobil yang membawa dua tubuh bahenol dan seorang lelaki tersebut masuk ke halaman sebuah penginapan yang masih berada di kawasan kota Kutacane.
Dengan langkah tergesa-gesa, dua wanita yang turun dari mobil masuk kedalam penginapan, disusul oleh lelaki yang berjalan dengan santai seakan tak peduli dengan situasi sekelilingnya.
Lelaki tersebut langsung menuju meja resepsionis penginapan, setelah berbicara sejenak kemudian saku pun dirogoh, empat lembar uang seratus ribuan berpindah ketangan resepsionis penginapan tanpa terlihat mencatat di buku daftar tamu yang menginap.
Dua kamar yang bersebelahan dibuka, dua wanita berparas cantik dengan tubuh padat berisi masuk kedalam kamar yang bersebelahan tersebut, sementara lelaki yang tadi membayar sewa kamar menyusul masuk ke salah satu kamar itu.
Siapa yang akan menemani wanita yang saat itu masih sendirian di dalam kamar sedangkan pada kamar satunya sudah ada sepasang manusia yang mulai bercanda dengan sedikit tawa kecil yang terdengar samar.
Dering HP lelaki yang tadi membawa dua wanita itu kembali terdengar, dari pembicaraan dengan si penelepon diketahui jika wanita yang tadi sendirian di dalam kamar sudah ditemani oleh seorang lelaki yang juga teman lelaki yang membawa dua wanita tersebut.(Bersambung)