Oros Kebayakan Langka, Oros Rongka dan Isaq Gantinya

oleh
Hamparan sawah Kebayakan difoto tahun 2010. (LGco_Khalis)

Laporan Kha A Zaghlul (Takengon)

Hamparan sawah Kebayakan difoto tahun 2010. (LGco_Khalis)
Hamparan sawah Kebayakan difoto tahun 2010. (LGco_Khalis)

OROS (beras) Kebayakan tidak asing ditelinga masyarakat Gayo, khususnya kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sesuai namanya, beras ini diproduksi di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah yang wilayahnya berbatas langsung dengan sisi barat danau Lut Tawar.

Dulu, areal persawahannya mengelilingi pemukiman warga beberapa kampung di Kebayakan, menghampar dari Kala Mampak disisi selatan hingga Mendale disisi utara. Kini, seiring dengan pertambahan penduduk, areal persawahan Kebayakan semakin berkurang terlebih dengan dibangunnya tanggul danau Lut Tawar menyusul pembangunan jalan membelah areal-areal persawahan tersebut.

Ila pedagang beras di Takengon
Ila pedagang beras di Takengon

Bangunan-bangunan rumah warga semakin banyak, dulu persawahan seperti menghimpit perumahan warga, namun kini terbalik, justru rumah-rumah warga yang menghimpit areal persawahan. Tak ada bagian pandangan persawahan yang bersih tanpa bangunan.

Beras Kebayakan diminati karena lebih enak ketimbang beras-beras yang diproduksi daerah lain, harganya juga lebih mahal, dijual antara Rp.170 ribu hingga Rp.180 ribu per kalengnya, tergantung ketersediaan barang. Demikian dikatakan Ila satu dan 8 pedagang beras di Pasar Pagi Takengon, Kamis 2 Juli 2015.

Namun menurut Ila yang sudah berdagang beras sejak 8 tahun silam, sebenarnya ada pesaing Oros Kebayakan yang punya nama lain Oros Pulo Aceh, yakni Oros Rongka yang diproduksi di Rongka Kabupaten Bener Meriah. Harganya juga setara. Selain itu, Oros Isaq juga “sekelas lain bangku” dengan kedua oros tersebut. Karena Oros Kebayakan hanya tinggal nama saja, maka Oros Rongka yang paling tinggi permintaan.

Menurut Ila, satu kelas di bawah ketiga beras tersebut ada Rom Putih (beras putih) yang diproduksi dari daerah Kecamatan Pegasing dan Toweren Kecamatan Lut Tawar, dibandrol di pasaran Rp.160 ribu perkalengnya.

Hanya untuk 3 Bulan
Hasil panen sawah dalam wilayah Aceh Tengah hanya untuk 3 bulan saja setelah panen padi. Demikian pemberitaan media online The Globe Journal bulan Oktober 2009 silam. Pernyataan ini diutarakan seorang pengusaha jasa penggilingan padi di Kecamatan Pegasing, Aman Nona.

Kondisi ini disimpulkan Aman Nona berdasarkan permintaan beras dari warga serta frekuensi pekerjaan peralatan penggilingan padi miliknya yang efektif beroperasi menggiling padi petani hanya 3 bulan pertahun.

Berbeda dengan Aman Nona, Drh. Marwan Daud yang saat itu sebagai Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah menyatakan stok beras Kabupaten Aceh Tengah hanya untuk  4-5 bulan. Kebutuhan beras warga Aceh Tengah selama 8 bulan harus di impor dari dari luar daerah.

Kondisi ini tentu mesti menjadi bahan pemikiran para pemangku kepentingan di Aceh Tengah. Mesti dicari solusi mengurangi ketergantungan beras dari daerah lain.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.