Takengon-LintasGayo.co : Pada penobatan Win Ipak Takengon yang berlangsung di Gedung Olah Seni, Sabtu 13 Juni 2015 malam, saat dewan juri tengah berembuk memberikan penilaian kepada peserta audisi, arkeolog situs manusia prasejarah Gayo, Ketut Wiradnyana dimintai membacakan puisi.
Lelaki asal Jembrana, Bali, ini mengaku kaget saat dimintai membaca puisi dihadapan ratusan pengunjung yang memadati GOS Takengon. Bli Ketut mengaku, tidak ada persiapan, dan dikerjain oleh Asisten Bidang Administrasi Pembangunan, Muhammad Syukri, yang hadir mewakili Bupati Aceh Tengah.
“Saya dikerjai pak Syukri, tidak ada persiapan apa-apa. Lagian saya sudah 30 tahun lebih tidak berpuisi. Malam ini sedikit grogi membacakannya,” aku Ketut saat dimintai tanggapannya usai pembacaan puisinya berjudul Bisikan Batu.
Dilanjutkan, dua hari sebelum diundang ke acara pemilihan Duta Wisata Kabupaten Aceh Tengah itu, Ketut menuliskan puisi di akun jejaring sosial miliknya. Dan dia pun mengaku tak hafal.
“Sempat bingung, saya tak hafal puisi yang saya tuliskan di laman facebook. Akhirnya pak Syukri sendiri yang menuliskan puisi tersebut untuk saya bacakan,” katanya sambil tertawa.
Berikut petikan puisi yang dibacakan ketua tim peneliti dari Balai Arkeologi Medan ini :
‘BISIKAN BATU’
bisik berbisik, bisik berbisik, bisikan bisikan bisikan batu
sudah kamu bisikan berulang kali
selalu tak banyak kupahami
bisikan itu…..
Hai…..yang diatas bukit, di kaki bukit, disela-sela karang dan diujung gemercik air….
lihatlah karang yang perkasa ini
disinilah aku mulai menyebar benih ini
benih bagi kita agar mngerti esok hari
lihatlah bentangan air
dsitulah aku mengais hidup
agar kamu paham dalamnya hidup
untuk mengerti esok hari
kuberi kamu isyarat
agar selalu terjaga dalam kehidupan
kuberi kamu isyarat
agar selalu ingat hal ikwal
kuberi kamu isyarat
agar kamu mengerti kebesaran diri
itu kiranya sudah cukup
cukup untuk kamu menebar benih barumu
benih yang kamu petik dari batu
(Darmawan Masri)