

Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Gerpa Kemukiman Serule Kecamatan Bintang Aceh Tengah sejak beberapa bulan ini makin sering disebut-sebut. Sebelumnya, Gerpa hanya dikenal sebagai lokasi pemancingan ikan dan tempat bersejarah karena makam Muyang Gerpa berlokasi. Kini Gerpa terkenal karena menjadi lokasi pencarian giok dan batu mulia lainnya.
Giok Gerpa
Batu mulia giok, mulai mengemuka beberapa bulan silam, di Aceh Tengah mulanya hanya dicari di Ukem Lumut Kecamatan Linge dan Gemboyah Kecamatan Jagong Jeget, fokus pencarian berkembang hingga ke Gerpa Kecamatan Bintang.
Menghangatnya giok Gayo munculnya persis berbarengan dengan dimulainya pengerjaan peningkatan badan jalan Simpang PT.KKA Mendale-Bintang-Serule-Owaq hingga tembus Gayo Lues beberapa bulan silam, Gerpa setiap hari ramai dikunjungi warga, terlebih dengan munculnya aktivitas penggalian pasir oleh warga setempat. Demikian dituturkan kepala kampung Atu Payung Serule, Muhammad Ali, Minggu 14 Desember 2014 lalu.
Yang datang ke Gerpa selain warga Serule sendiri, juga warga Takengon serta Bener Meriah. Umumnya mereka mencari batu mulia dan giok, mencari batu di tepi hingga ke tengah sungai, ada juga yang membelinya dari warga Atu Payung dan Serule. Tak jarang ada juga yang datang dari luar Gayo, Lhokseumawe, Bireuen, Banda Aceh bahkan Medan Sumatera Utara.
“Sebagian mereka mencari batu dengan serius, namun tak sedikit yang datang dengan keluarga, berwisata sambil iseng-iseng berburu batu,” kata Reje Atu Payung yang juga memiliki koleksi batu mulia yang lumayan banyak ini.

Terpisah seorang warga setempat yang ditemui di Gerpa, Alimat mengamini pernyataan Reje Atu Payung. “Iya, saya sering dengar, banyak yang datang kesini mencari batu giok, saya sendiri baru kali ini kesini sejak demam giok terjadi di Gayo,” kata Alimat yang turun ke Gerpa mengantarkan rombongan keluarganya dari Lampahan Bener Meriah.
Sebelum adanya proyek peningkatan jalan ke Serule dan Gerpa, kata Alimat, hanya para pemilik ternak, pehobi memancing dan peziarah ke makam Muyang Gerpa yang datang ke kawasan tersebut. Dan sebelumnya tidak pernah di kenal ada batu berharga di Gerpa.
“Sejak saya ingat tidak ada yang mengenal giok dan batu mulia disini, saya saja baru sekarang tau giok,” ujar Alimat sambil tertawa.

Multi Potensi
Kawasan kemukiman Serule selain Gerpa yang memiliki potensi giok juga menyimpan keindahan panorama alam serta situs sejarah di belantara pinus Merkusii yang pernah diekspoitasi PT. Kertas Kraft Aceh mulai tahun 1986 silam.
Masyarakat kampung “Asal” Serule yang hanya terpaut 47 kilometer dari Kota Takengon berharap perhatian serius Pemerintah terhadap nasib mereka. Pihak terkait sudah saatnya membuka mata terhadap Serule, terlebih dengan akses jalan mulus yang kini sedang dibangun mulai dari Mendale Kebayakan melintasi Serule hingga Owaq kecamatan Linge dan tembus ke Blangkejeren Gayo Lues.

“Kami serba susah disini, hutannya luas, tapi tidak bisa ditebang untuk keperluan ekonomi kami, areal peternakan juga semakin ditutupi rimbunnya hutan pinus, tentu rumput pakan ternak semakin tidak tersedia. Dan ternak yang berkeliaran di Serule ini juga bukan milik kami, namun milik orang-orang-orang kaya dari Takengon dan Bintang,” ujar Alimat.
Sementara menurut Reje Atu Payung Alimat, Detilnya, dijelaskan Reje ini, dengan pemugaran makam-makam Muyang yang ada di kawasan tersebut, Muyang Gerpa, Muyang Kaya, Muyang Sengeda, Muyang Cik Serule dan Muyang Sesuk. Selain itu, juga ada Atu Bekas alias Atu Berukum dengan legenda yang dikaitkan-kaitkan dengan nabi Sulaiman AS.

Peningkatan badan jalan juga penting diprogramkan dari persimpangan PT. KKA ke Atu Payung dan Serule hingga ke Gerpa. Dan untuk memudahkan peziarah ke Makam Muyang Gerpa, perlu dibangun jembatan permanen menggantikan jembatan yang selama ini hanya seutas kawat baja untuk melintasi sungai.
“Peningkatan badan jalan sangat vital, namun pengelolaan situs-situs bersejarah di kawasan Serule juga sudah sangat layak diprogramkan, Gayo Aceh Tengah tidak jauh lagi dimata dunia, termasuk Serule terlebih dengan eksistensi kopi, danau Lut Tawar, giok dan kota Takengon yang sudah mendunia,” demikian kata pengamat wisata dan lingkungan di Gayo, Juarsyah.

Selain potensi-potensi tersebut, potensi kawasan Serule lainnya adalah sebagai lokasi Peruweren (areal penggembalaan ternak). Gecik Atu Payung membenarkan membenarkan potensi ini.
“Sejak dulu disini memang jadi areal peternakan kerbau, namun saat ini ternak-ternak kerbau yang berkeliaran bukan milik warga sini, namun milik warga luar. Kami hanya sebagai buruh pemelihara ternak,” kata Reje Atu Payung, Muhammad Ali.
Gule tampang (gula aren), adalah satu potensi lain kemukiman Serule yang memiliki prospek pasar tersendiri, terlebih dengan berubahnya pola minum kopi yang tidak menggunakan pemanis berupa gula biasa melainkan gule tampang.
“Banyak permintaan, namun produksi kurang, pohonnya perlu ditambah, selain untuk memperbanyak produksi juga mendukung kelestarian lingkungan,” usul Muhammad Ali.
Pembinaan SDM

Seorang pemuda Serule, Islafia yang sebenarnya sangat ingin melanjutkan kuliah setelah lulus dari salahsatu SMA di Takengon menyatakan dirinya sangat ingin memiliki keahlian dalam mengolah batu giok dan batu mulia menjadi produk souvenir. Sayangnya, dia tidak tau mulai dari mana.
“Tak mungkin rasanya untuk meneruskan kuliah, karena biaya tak ada. Bertani juga tak punya lahan. Setelah munculnya giok disini, saya ingin belajar mengolahnya menjadi souvenir, tapi saya tak ahli dan tak punya alat,” ungkap Islafia yang sehari-hari turun ke Gerpa mencari giok ini.
Satu hal penting terkait warisan muyang Datu Urang Gayo di kemukiman Serule adalah masih adanya aktivitas perempuan menganyam anyaman khas Gayo berupa alas (tikar), tape, sentong dan lain-lain dengan bahan kertan, beldem dan cike. Hal ini terlihat saat berkunjung beberapa tahun lalu ke kemukiman tersebut.
Tentu dengan menggalakkan kembali kreatifitas membuat anyaman ini akan memperoleh tujuan ganda, satu sisi sebagi bentuk upaya pelestarian warisan budaya dan di sisi lain sebagai sumber penghasilan dari penjualan hasil kerajinan dalam bentuk souvenir.[]
