Soal Giok jangan seperti Kopi, Gayo Kecolongan

oleh

Laporan Khalisuddin

Anda Syuhada (kanan) bersama kolektor Giok Gayo. (LGco_Khalis)
Anda Syuhada (kanan) bersama kolektor Giok Gayo. (LGco_Khalis)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, Anda Syuhada mengaku senang sekaligus khawatir dengan booming Giok Gayo akhir-akhir ini. “Harta Qarun kekayaan Gayo muncul lagi di Aceh Tengah setelah kopi dan keindahan panorama alam,” kata Anda Syuhada beberapa waktu lalu di Takengon.

Dikatakan, hanya dua yang bisa diandalkan dari Aceh Tengah, kopi dan giok. ”Keinginan kami pusat kerajinan giok segera direalisasikan agar tidak berdampak kepada kehidupan sosial masyarakat Aceh Tengah akibat suara bising dan debu. Tahap awal beberapa bulan ini tempat digratiskan lebih dahulu, baru kemudian dikenakan biaya kepada pengrajin,” ujar Anda Syuhada yang juga mendukung gagasan pembangunan monumen Giok Gayo dengan materi seberat 3 ton giok.

Dengan dibangunnya pusat kerajinan dan promosi, kata dia, bagi yang mencari cinderamata giok jadi mudah karena sudah terpusat. “Perencanaan penanganan giok Gayo mesti siap betul-betul siap, karena investor juga akan hadir di Aceh Tengah. Perkembangan giok ini sangat cepat, jangan sampai kita kehilangan uapnya,” saran Anda Syuhada.

Bangunan monumen Giok berbahan Nefrite Jade harus betul-betul mengangkat nama Gayo, jangan asal jadi. “Jika mungkin akan menandingi tugu Monas yang di dukung dengan pusat promosi seperti di Rawa Bening Jakarta,” tukas Anda.

Menurutnya, momentum booming giok juga jadi kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk memberdayakan masyarakat termasuk penyandang cacat. “Jika ada pelatihan dan pemberian bantuan peralatan maka utamakan para penyandang cacat terlebih dahulu,”saran Anda.

Selain itu, warga kampung penghasil giok mesti diberi pelatihan, mulai dari cara memotong yang benar, hingga menjadi produk kerajinan.

“Bongkahan sekecil apapun diluar sana tidak terbuang begitu saja, namun dijadikan produk kerajinan yang bisa jadi cinderamata,” banding Anda. “Kalau perlu datangkan tenaga pelatih bagi warga pengrajin giok,” gagasnya.

Dia mengapresiasi terbitnya Peraturan Bupati tentang giok. “Tinggal bagaimana aktualisasinya, barang bongkahan juga tidak bisa lagi sembarang keluar dari Aceh Tengah,” katanya.

Dia mengingatkan agar Gayo jangan kalah terus, mesti belajar dengan kecolongan kopi. “Kita mesti tancapkan pondasi giok itu ada di Aceh dan pusatnya di Gayo,” pungkas Anda Syuhada, putra mantan Bupati Aceh Tengah, Mustafa M. Tamy ini.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.