Giok Gayo ‘Nefrite’ masih 1 ditemukan

oleh
Ali Yasa
Ali Yasa

Takengon-LintasGayo.co : Giok Nefrite yang beredar di dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah menurut salah seorang pencari giok, Ali Yasa berasal dari satu batu saja.

“setau saya, giok nefrite yang beredar selama ini berasal dari satu batu seberat 12 ton yang berada di Wih Ukem Lumut Kecamatan Linge, belum ada ditemukan yang lain,” kata Ali Yasa yang ditemui di lokasi pengambilan batu di Wih Keruh Kecamatan Linge, kamis 19 Februari 2015.

Dan nefrite tersebut, lanjutnya mulai diambil oleh warga dimulai sejak bulan Ramadhan atau Juni tahun 2014 lalu dan baru habis bulan Januari 2015 lalu.

“Saya beberapa kali kesana menempuh perjalanan 2 hari 2 malam, dan hingga sekarang nefrite lain belum ditemukan,” ujar Ali Yasa.

Hanya di Gayo dan Nagan
Giok Nefrite Jade hanya ada di Gayo dan Nagan Raya, demikian ditegaskan Ketua Pusat Promosi Batu Mulia Indonesia yang juga seorang  geologist dan gemmologist, Ir H Sujatmiko, Dipl Eng mengutip pemberitaan Serambi beberapa waktu lalu.

“Awalnya kami menduga bahwa giok jenis Nefrite Jade ada di Jawa. Tapi setelah diteliti lebih jauh ternyata tidak ada di Jawa, melainkan adanya di Aceh,” kata Sujatmiko yang berkantor di Jalan Padjadjaran Bandung.

Dua daerah di Aceh yang menyimpan batu mulia ini adalah Nagan Raya dan Sungai Lumut, Aceh Tengah dan Gayo Lues. “Giok Nagan berwarna hijau terang dan giok Sungai Lumut hijau tua,” terang Sujatmiko.

Ia mengetahui potensi giok Aceh sejak 20 tahun lalu dan pertama kali berkenalan dengan giok dari Sungai Lumut. “Ketika itu ada seseorang yang membawa contoh batu Sungai Lumut, dan saya kaget ternyata sangat  luar biasa,” katanya. Belakangan ia mengetahui ada giok dari Nagan dengan warna hijau yang lebih terang.

Selain giok jenis Nefrit Jade, Aceh juga memiliki batu mulia lainnya yang disebut Fluorite, Rose Quartz, Serventen, Batu Kristal, Marmar Hitam, dan Idocrase. Beberapa jens giok Aceh saat ini memiliki harga tinggi di pasar perbatuan nasional, seperti Nefrite Jade dan Idocrase atau Lumut Aceh.

Ali Yasa dan kawan-kawan di Wih Keruh Linge. (LGco_Khalis)
Ali Yasa dan kawan-kawan di Wih Keruh Linge. (LGco_Khalis)

Terobosan baru
Sujatmiko juga terkejut saat mengetahui kalau berton-ton batu giok dari Nagan dibawa ke luar dari Aceh dalam bentuk bongkahan. Ia meminta Pemerintah agar melarang tindakan tersebut karena tidak membawa keuntungan apa-apa bagi Aceh.

“Sebaliknya batu-batu tersebut harus diolah di Aceh dan menumbuh-kembangkan pengrajin-pengrajin batu. Itu tugas pemerintah memfasilitasinya,” tukas Sujatmiko.

Ia juga mempersilakan Pemerintah Aceh atau Pemerintah Nagan Raya mengundang peminat batu mulia dari luar negeri dan melelangnya. “Bisa dilelang dengan melibatkan pihak asing, asalkan syaratnya harus diolah di daerah, bukan bongkahannya di bawa ke luar Aceh,” kata Sujatmiko.

Sujatmiko mengatakan Aceh harus bisa menjadi pelopor membuat aturan mengenai pemanfaatan batu mulia sehingga bisa menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya. “Selama ini Pemerintah Indonesia tidak punya perhatian soal itu. Aceh bisa membuat terobosan,” katanya.(Kh, Serambi)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.