Kemel, Kunci Sukses “Tika” Camat Blangkejeren

oleh
Tika dan adik-adiknya

Oleh : Khalisuddin

Sartika 3Hitungan jari perempuan Gayo yang punya seabrek prestasi, bukan tingkat lokal saja namun juga nasional, sejak mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK), Pesantren, Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) hingga Cumlaude di program Pasca Sarjana Fisipol UGM, Yogyakarta.

Dialah Sartika Mayasari, SSTP.MA,  perempuan kelahiran Blangkejeren, 23 Juli 1985 yang kini sebagai Camat Kota Blangkejeren Gayo Lues yang dipercayakan Bupati Ibnu Hasyim sejak setahun ini.

Karir PNS sang Camat yang punya nama kecil Tika ini terbilang sangat cepat, diawali pada tahun 2007 sebagai staf di Bagian Umum Setdakab Gayo Lues. Pada tahun 2010 mendapat promosi jabatan sebagai Kasubbag Pemerintahan Bagian Tata Pemerintahan.

Dinilai punya prestasi dengan jabatan tersebut, Alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Jawab Barat (2003-2007) ini kemudian dipercayakan menjadi Sekretaris Camat (Sekcam) Blangkejeren di tahun 2013. Hanya setahun, ibu dari Almirah Shakila ini kemudian dilantik menjadi Camat Blangkejeren yang sebagai ibukota kabupaten berjuluk Negeri Seribu Bukit.

Hitungan bulan dengan jabatan Camat, anak sulung dari pasangan H.Awaluddin dan Hj.Umi Selamah ini berhasil menggondol sejumlah prestasi, diantaranya Juara I Gammawar se-Provinsi Aceh (2013), Juara I MTQ se-Kabupaten Gayo Lues (2014), terbaik I stand Pameran PKK se-Gayo Lues, Juara I lomba Masak Tradisional Tingkat Kabupaten Gayo Lues (2014) dan untuk tingkat nasional berhasil sebagai Terbaik 2 dari seluruh peserta Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pejabat Pembuat Akte Notaris (PPAT) yang digelar Kemendagri di Jakarta pada tahun 2013.

Apa yang diraih alumni TK Musara Blangkejeren (1989-1991) dan SDN 1 Blangkejeren (1991-1996) serta peraih Rangking 1 Diklat PIM III Pejabat Struktural Tingkat Kabupaten Gayo Lues oleh BKPP Prov. Aceh ini bukan datang begitu saja, itu semua karena tempaan pendidikan formal yang ditempuhnya baik di tanah kelahiran dan diperantauan yang diawali pada tahun 1997 hingga tahun 2000 di MTsN Ulumul Qur’an Langsa, selanjutnya di Madrasah Aliyah (MA) Ulumul Qur’an Langsa (2000-2003), STPDN Jatinangor Jabar (2003-2007) dan Pasca Sarjana di UGM Yogyakarta (2008-2010).

Tika dan adik-adiknya
Tika dan adik-adiknya

Prestasi-prestasi yang ditoreh cucu tersayang dari Alm. H.M.Thahir aman Saleh yang dikenal sebagai Mukim di Cane Toa Rikit Gaib ini saat menjalani pendidikan di STPDN diantaranya Lulusan Terbaik ke 3 Nasional STPDN (2007) dengan Lencana Sapta Abdi Praja 3, dia juga sebagai lulusan terbaik ke-2 Nasional Bidang Pengasuhan STPDN, (2007) dan meraih lencana Sapta Adhi Mahottama 2. Selanjutnya sebagai lulusan terbaik ke-5 Nasional Bidang Pengajaran, STPDN,(2007) dengan Lencana Sapta Kertiyasa 5.

Sosok perempuan peramah dan rendah hati ini juga tercatat sebagai lulusan Cumlaude di Fisipol UGM, Yogyakarta di tahun 2010, IPK yang dicapainya 3.87. Dia juga sempat menjadi Nominee Citra Kartini Bidang Pemerintahan tingkat Nasional di tahun 2013.

Pengalaman organisasi sangat mendukungan kiprah Sartika Awaluddin. Dia selalu terpilih jadi Ketua Kelas sejak SD hingga MA Ulumul Qur’an Langsa. Ketua OSIS Umum Madrasah Ulumul Qur’an Langsa ini pernah dipercayakan menjadi Walikota Dwarawati di STPDN pada tahun 2006-2007. Dipercayakan menjadi Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Aceh-Yogyakarta (Himpasay) di tahun 2008-2009.

Budaya Kemel, Kunci Sukses Warisan Keluarga
Bagaimanapun hebatnya seorang anak manusia, tentu cikal bakalnya adalah pendidikan di rumah. Bagi kakak dari Fitri Juana, SIP, M.Si (PNS di Pemkot Makassar, alumni IPDN 2009, Irma Novita (Praja IPDN Tingkat.2 dan Rizka Masturah (Siswi kelas 3 SMA Seribu Bukit Gayo Lues) ini orangtuanya adalah malaikat yang diturunkan Allah untuknya. Ayahnya H.Awaluddin, merupakan mantan Kepala Pembantu Cabang Dinas PU ketika Gayo Lues masih bergabung dengan Aceh Tenggara menjadi teladan utama bagi Sartika, sosok yang disiplin,tegas dan berwibawa, mengajarkan tentang bagaimana memiliki prinsip hidup dan integritas untuk menghargai diri dan orang lain.

Tentunya belaian tangan lembut sang ibu, Hj.Umi Selamah mengajarkan Sartika nilai-nilai kasih sayang dan rasa berempati yang luar biasa, citra keperempuanan selalu diajarkan agar tidak salah dalam pergaulan dan menyalahi kodrat sebagai perempuan. “Ibu juga merupakan sosok perempuan karir yang saya teladani,” kata Tika.

Dari kecil dia diajarkan untuk tidak berlebihan dalam hal apapun. Kedua orangtuanya sangat menanamkan nilai budaya Kemel. “Sampai diperantauan budaya Kemel ini saya tanamkan termasuk kepada adik-adik yang lain agar juga ikut berprestasi,” ungkapnya.

Sedangkan nilai-nilai religi, didapat dari sang kakek tercinta H.M.Thahir aman Saleh, “saya cucu yang paling dekat dengan beliau, atas saran belaiu saya harus masuk pesantren agar kedepan kelak menjadi manusia seimbang dunia dan akhirat,” ujar Tika.

Sartika dan pakar bahasa Gayo Rajab Bahry.(LGco. Khalis)
Sartika dan pakar bahasa Gayo Rajab Bahry.(LGco. Khalis)

Pendidikan di Gayo jangan abaikan Local Wisdom
Ternyata istri Hendra Ketaren,SE.M.Si ini juga sangat memperhatikan persoalan pendidikan di Gayo khususnya di Gayo Lues yang dinilainya masih sangat tertinggal dibandingkan dengan daerah lain. Menurutnya, hal ini dimungkinkan karena Sumber Daya Manusia (SDM) para pengajar yang belum sepenuhnya mampu berkompetisi sehingga para pelajar juga tidak memiliki jiwa kompetisi (competition advantages) dengan sekolah lain diluar Gayo.

“Kedepan pendidikan hendaknya harus dilihat dari sudut pandang yang berbeda bagaimana kita harus mampu menciptakan suasana pendidikan yang Learning by Hearts bukan Learning by Hurts.

Artinya, kata Sartika, harus ada ikatan emosional yang mendalam dibangun dalam pendidikan antara murid dan tenaga pengajar, sehingga bagi murid belajar akan muncul dari kesadaran diri bukan pemaksaan diri.

“Sebagai tambahan kurikulum di Gayo hendaknya mengindahkan local wisdom kita sebagai masyarakat Gayo. “Pendidikan harus dengan elegan dikemas dengan budaya endatu, ini tujuan otonomi pendidikan,” ujar Sartika.

Tika saat di STPDN
Tika saat di STPDN

Tips Perempuan Karir
Nah selaku perempuan, dia juga memberi tips untuk para perempuan Gayo yang ingin berkarir: Pertama, setinggi apapun jabatan perempuan, tetap saja perempuan yang memiliki kodrat sebagai istri dan ibu, “kewajiban kodrati tersebut jangan sampai diabaikan,” pesan Tika.

Kedua, diungkapkan jika karir bukanlah tujuan namun itu given (pemberian/amanah-red) jangan terlalu terobsesi untuk mendapatkan jabatan namun harus disyukuri untuk berkarya yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat banyak.

Dan tips terakhir, Sartika berpesan bagi perempuan yang berkarir harus memiliki prinsip kerja. “Kerja ikhlas, kerja cerdas dan kerja tuntas, selamat berkarir!,” demikian Sartika Mayasari, SSTP.MA. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.