Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Tanggal 12 Rabiul awal adalah hari kelahiran tokoh nomor satu yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa, seorang yang berhati bersih, suci dan penuh daya juang membela agama Allah. Penuh perhatian dan cinta kepada umatnya, Kekasih Allah, Nabi akhirul zaman, putra dari Aminah dan Abdullah. Peringata kelahiran Nabi penulis jadikan momentum untuk mengurai perjuangan beliau memerangi kekufuran kaum musyrik.
Pada zaman Jahiliyah manusia menyembah berhala dan merupakan dan hidup tidak bermoral sehingga masa ini sianggap dengan masa kegelapan dalam sejarah kehidupan manusia. Berhala yang mereka sembah diantaranya adalah Manah, Lat, Ozza dan Hubal. Mereka yakin bahwa berhala ini dapat memberi kehidupan pada mereka. Bangsa Arab pada dasarnya merasa sangat bangga menjadi keturunan Nabi Ibahim as yang menganut tauhid atau menyembah Allah swt dan menolak perbuatan syirk.
Penyembahan terhadap berhala untuk pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Arab, terutama yang berada disekitar Mekkah oleh seorang tokoh Bani Khoza’ah ( yakni satu suku Arab dari Azd yang pindah ke utara setelah tanggul Ma’reb jebol) yang menguasai ka’bah di Mekkah hingga direbut oleh Qushay). Perilau syirk itilah yang diperangi oleh Nabi Muhammad saw dan mereka diajak untuk kembali ke jalan yang benar, jalan sebagai mana ditunjuki Nabi Ibrahim yakni jalan “Tauhid”, tantangan dan perlawanan yang di lakukan oleh orang-orang kafir terhadap misi Rasulh menjadi renungan bagi kita sebagai umat betapa gigihnya beliau dalam menegakkan kalimat tauhid dipermukaan bumi ini.
Dengan memberantas segala macam bentuk kesyirikan sehingga mengajak umat manusia untuk beribadah dan menyembah kepada Allah swt. Sebagaimana Firman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُوْلًا أَنِ اعْبُدُوْا اللهَ وَاجْتَنِبُوْا الطَّغُوْتَ
“Dan sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan sembahlah Allah saja dan jauhilah taghut itu”. (Q.S an-Nahl: 36)
Rasulullah berdakwah di Mekkah, menanamkan nilai-nilai keimanan. Membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan selama tiga belas tahun lamanya. Setelah tiga belas tahun Rasul di Mekkah, Nabi pun hijrah ke Madinah guna mencari lahan yang subur bagi misi yang diembannya. sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hakim dari sahabat Ubay bin Ka’ab bahwasannya orang-orang musyrik bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Muhammad sifatkan kepada kami Tuhanmu yang engkau sembah itu!” lalu turunlah surah al-Ikhlas sebagai jawaban atas pertanyaan mereka dan kemudian Rasul bersabda: “Inilah sifat-sifat Tuhanku.” Surah ini secara keseluruhan menjelaskan tentang sifat-sifat Tuhan, bahwa Ia Esa dalam pengertian tidak ada sekutu, serupa dan tandingan dalam ketuhanan, peciptaan dan pengaturan alam jagad raya ini.
Perjuangan Rasulullah adalah membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan dan mengajak kepada jalan yang benar, menyembah Allah yang Esa sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dalam surah al-Ikhlas serta kita sebagai umat beliau agar terus mempertahankan aqidah yang benar sehingga tidak menyeleweng kepada jalan yang sesat. Oleh karena itu yang perlu kita pahami agar tidak jatuh kejalan yang sesat ialah: (a) Mempelajari Ilmu tauhid dan mengajarkannya karena mempelajari Ilmu tauhid hukumnya adalah wajib bagi umat Islam. (b) Tidak berlebihan dalam mencintai para wali dan orang-orang shaleh. (c) Mengisi nilai-nilai agama dalam rumah tangga sehingga melahirkan generasi-generasi yang cinta Islam dan lain-lain yang tidak bertentangan terhadap ajaran tauhid.
*Penulis: Alumni Pondok Pesantren Terpadu Nurul Islam Blang Rakal Bener Meriah.