Urang Gayo itu Pecinta Seni, Suka Bersahabat, Cerdas dan Kreatif

oleh

Catatan Fathan Muhammad Taufiq dari Batu, Jawa Timur

Fathan 2Awalnya saya merasa sungkan dan segan harus duduk semeja dengan seorang pejabat yang belum saya kenal, tapi melihat sikapnya yang sangat ramah, bersahabat dan bersahaja, perlahan rasa segan itu sirna. Saya “terpaksa” harus duduk bersama Dr. drh. Rudy Rawendra, M App Sc, Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, seorang pejabat eselon 2 di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, karena sebagai pendamping peserta pelatihan dari Tanoh Gayo, saya harus sedikit menyampaikan sepatah dua kata sebagai pengantar.

Ada yang berbeda dari penampilan lulusan S3 dari Illionis University itu, gayanya sangatlah bersahaja, ramah, murah senyum dan tidak membatasi diri dalam bergaul. Meski memiliki posisi kunci di lingkungan Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, Pak Rudy, panggilan akrabnya bisa akrab dengan siapa saja termasuk dengan para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai kalangan dan berbagai daerah, termasuk dengan para petani dan penyuluh dari Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang Aceh Tengah.

Kesan kebersahajaan dan kebersahabatan itu begitu lekat, Pak Rudy menyapa kami tidak dengan pangggilan “bapak/ibu” tapi menyapa kami dengan panggilan “teman-teman”, dia juga tidak segan-segan memberikan nomor handphone dan alamat email kepada kami seraya berharap komunikasi antara peserta pelatihan dengan pihak Balai tetap berjalan meskipun nantinya para peserta sudah kembali ke daerah asal.

Ada suatu hal yang tidak dapat saya lupakan dari sosok yang satu ini, selain kecerdasan intelektual dan profesionalisme yang dia tunjukkan, ternyata dia juga bisa “membaca” watak dan karakter seseorang, kelompok atau komunitas  dengan sangat tepat hanya melalui pengamat sekilas. Itu sudah saya lihat sendiri ketika saya mewakili rombongan peserta dari Aceh Tengah menyerahkan cindera mata berupa baju dan peci bermotif kerawang Gayo dan juga beberapa bungkus specialty arabica gayo coffee, tanpa sungkan dia langsung membuka hadiah dari kami tersebut, mengamatinya sebentar lalu segera mengenakan atribut khas urang Gayo tersebut.

“Terima kasih teman-teman atas hadiah ini, ini salah satu hadiah yang paling berkesan buat saya, selama ini saya hanya dapat melihat baju dan kopiah dari Gayo seperti ini di media, saya juga sudah lama kepingin punya baju seperti ini, dan Alhamdulillah hari ini teman-teman memberikan kepada saya, gratis lagi” begitu kurang lebih sambutnya seraya sedikit bercanda usai menerima oleh-oleh dari kami.

Pak Rudy, kemudian mulai “membaca” hadiah dari kami tersebut “Kalo saya amati dari baju dan kopiah ini, saya bisa memastikan teman-teman dan semua saudara-saudara saya di Aceh Tengah memiliki sifat pecinta seni, suka bersahabat, cerdas dan kreatif”, sebuah analisa yang menurut saya tepat sekali menggambarkan karakter urang Gayo, meski pak Rudy belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Tanoh Gayo.

Saya sedikit penasaran dengan analisa sang pejabat, “Maaf pak, mohon penjelasan dari analisa bapak tadi, teman-teman juga kepingin tau maksud pernyataan bapak tadi”.

Pak Rudy nampak tersenyum “Teman-teman, mungkin analisa saya ini salah, tapi dari pengamatan sekilas pada baju yang saya kenakan ini saya dapat menyimpulkan demikian, pertama ukiran benang warna warni di baju dan kopiah ini mengandung nilai seni yang tinggi, ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar pengrajin pakaian ini memiliki kecintaan terhadap seni, kedua rangkain ukiran yang bersambung tidak terputus ini menunjukkan bahwa teman-teman dan orang Aceh Tengah pada umumnya itu senang bersahabat dan bersaudara dengan siapapun, ketiga proses pembuatan pakaian ini cukup rumit dan butuh ketelitian, ini menunjukkan bahwa pengrajinnya pasti orang cerdas, dan terakhir ukiran dalam pakaian ini sangat detil dan butuh kesabaran dalam proses pembuatannya, ini menunjukkan bahwa teman-teman berasal dari komunitas orang-orang yang kreatif”, kami semua tersenyum mendengar penjelasan panjang lebar dari pak Rudy, saya semakin kagum melihat kecerdasan emosional pak Rudy yang berbanding lurus dengan kecerdasan intelektualnya.

Kemudian tangannya meraih sebungkus kopi Gayo oleh-oleh dari kami, mencium bungkusnya lalu memberikan komentar “Saya sudah beberapa kali menikmati kopi Gayo di Jakarta, nikmat sekali, apalagi kalo disajikan tanpa gula, hanya dengan potongan kecil gula aren”, lagi-lagi komentarnya juga saya nilai tepat sekali, karena budaya ngopi di Gayo yang lagi ngetrend ya memang seperti itu, dia melanjutkan komentarnya “Saya juga pernah mencoba kopi dari berbagai daerah, tapi menurut saya hanya ada dua yang memiliki rasa dan aroma khas yaitu kopi Toraja dan kopi Gayo, sekali lagi terima kasih teman-teman, sampaikan salam saya kepada teman-teman semua yang ada di Gayo”, para peserta dan staf balai yang hadir bertepuk tangan memberikan applaus kepada sang Kepala Balai.

Itulah catatan kecil dari perjalanan saya ke Batu, bertemu dengan orang pintar yang sederhana, yang tidak saja professional dalam bidangnya tapi juga memiliki kecerdasan emosional yang luar biasa, Bayangkan saja, hanya dengan melihat detil ukiran di baju dan peci kerawang Gayo, dia langsung bisa menyimpulkan kalo urang Gayo itu “ pecinta seni, senang bersahabat, cerdas dan kreatif”, sebuah analisa yang mungkin semua orang akan membenarkannya.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.