“Gayo Art Summit adalah awal dari kebangkitan mahasiswa Gayo dan Alas di Aceh”

GAYO Art Summit merupakan sebuah tema besar pagelaran seni budaya Gayo dan Alas yang dirancang oleh para Tokoh Masyarakat dan Mahasiswa asal Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues dan Bener Meriah di Kota Banda Aceh. Gayo Art Summit pertama kali dirancang pada awal tahun 2009 silam.
Rencana menggelar Gayo Art Summit bermula ketika salah satu pegiat seni asal Gayo di Jakarta Jauhari Ilyas atau biasa disapa Joe Samalanga hijrah dari Jakarta ke Banda Aceh. Dengan bantuan tokoh masyarakat Gayo lainnya seperti Fauzan Blang, Sayuti, Razali, dan teman-temannya yang lain, Joe mengajak seluruh pengurus Himpunan daerah Gayo dan Alas di Banda Aceh untuk menyusun rencana menggelar kegiatan Seni di Banda Aceh.
Gayo Art Summit sendiri memiliki arti Gayo (suku Gayo), Art (seni), Summit (puncak/puncak pertemuan/pertemuan tertinggi). Jadi Gayo Art Summit adalah “Puncak Pertemuan Seni Gayo”.
Salah satu tujuan dari kegiatan itu adalah mengangkat rasa percaya diri para mahasiswa Gayo dan Alas khususnya di Banda Aceh. Sebab, saat itu berdasarkan pengakuan sejumlah Alumni mahasiswa Gayo di Banda Aceh, jarang sekali kegiatan sosial ataupun seni digelar untuk memperkuat silaturahmi antar mahasiswa Gayo dan Alas. Bahkan, untuk menghimpun mahasiswa itu sendiri cukup sulit.
Dengan musyawarah yang cukup alot, usulan Joe untuk memberi nama kegiatan itu Gayo Art Summit disepakati oleh semua tokoh dan mahasiswa. Dengan bantuan Pemerintah Aceh yang saat itu melalui Muhammad Nazar sebagai Wakil Gubernur, Gayo Art Summit berhasil dilaksanakan pada 5 Juni 2009 di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh.
Yang menjadi ketua pertama kali kala itu adalah Rasyidin, wakil ketua Rajali (Aceh Tengah), Ramdona (Bener Meriah), M. Ali (Gayo Lues), dan Putra (Aceh Tenggara). Sekretaris Umum Idha Gunung, Wakil Sekretaris Nasir (Gayo Lues), Nanda (Bener Meriah), Darmawan Masri (Aceh Tengah), Dede Suheri (Aceh Tenggara), dan Bendahara Eria Hubaya (Koordinator) dan Rahmawati.
Ternyata visi dan misi dari acara itu berhasil, pasca Gayo Art Summit yang pertama digelar, para mahasiswa Gayo dan Alas di Banda Aceh mulai gencar menggelar berbagai acara sosial dan Seni. Sejumlah pagelaran besar seperti Saman Sara Ingi (Semalam Suntuk, Gayo: Red), Didong Sara Ingi, Saman and Jazz Colaboration dan sejumlah acara besar Gayo lainnya cukup membuat simpati masyarakat Aceh.
Namun, sejak tahun 2009 Gayo Art Summit cukup lama hilang. Akhirnya pada pertengahan 2013 para mahasiswa beserta tokoh masyarakat Gayo dan Alas kembali merancang untuk kembali menggelar Gayo Art Summit ke-2. Dengan perjuangan yang cukup panjang, Gayo Art Summit baru bisa dilaksanakan pada awal 2014 atas bantuan dana Pemerintah Aceh yang saat itu disalurkan langsung oleh Muzakir Manaf, Wakil Gubernur Aceh sekarang.
Ternyata kaderisasi dan didikan dari para senior sebelumnya mengalir dengan baik pada mahasiswa Gayo dan Alas sebagai panitia saat itu. Dengan kerjasama yang alot, Gayo Art Summit ke-2 berjalan dengan sukses. Konsep yang diperkuat dari pengalaman sebelumnya membuat acara berlangsung meriah hingga Dinas Pariwisata Aceh mengaku bahwa Gayo Art Summit ke-2 masuk sebagai salah satu pagelaran terbaik Aceh tahun 2013. Bukan hanya itu, Dinas Pariwisata kembali menganggarkan dana untuk menggelar Gayo Art Summit ke-3. Itupun tidak terlepas dari perjuangan salah satu putra terbaik Gayo Lues, Prof. Abu Bakar Karim, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh.

Adhan WR, Ketua Panitia Gayo Art Summit ke-2 kepada LintasGayo.co, Minggu (6/12/2014) siang mengucapkan rasa terimakasihnya kepada seluruh orang tua asal Gayo dan Alas, para senior, serta mahasiswa wilayah Tengah Tenggara Aceh sehingga nama Gayo Art Summit kini kian dikenal dimata masyarakat banyak khususnya Aceh.
Kini Gayo Art Summit ke-3 akan kembali digelar. Tentunya dengan konsep yang berbeda pula. Namun tetap dengan konsumsi tarian tradisonal daerah Gayo dan Alas seperti tari Guel, Bines, Tangis Dilo, Belo Mususun, Saman, Didong, dan sejumlah tari lainnya. Kegiatan itu rencananya akan digelar pada 13 Desember 2014 di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh.
“Pesan saya kepada seluruh panitia, jangan lupakan sejarah Gayo Art Summit ini. Gayo Art Summit adalah semangat saudara-saudara kita Gayo dan Alas. Gayo Art Summit adalah awal dari kebangkitan mahasiswa Gayo dan Alas di Aceh,” tutup Adhan. (Supri Ariu)