Rajab Bahry; Gayo tidak mengenal arah mata angin

oleh

Catatan Win Wan Nur

Rajab Bahry (kiri)
Rajab Bahry (kiri) saat menyampaikan makahalh Seminar Asal Usul/Budaya Gayo dengan moderator Sartika Mayasari Awaluddin. (LGco_Khalis)

SATU hal menarik tentang budaya Gayo terungkap ketika pakar bahasa asal Gayo Lues, Rajab Bahry. Menjadi pembicara dalam seminar Asal Usul/Budaya Gayo di Blangkejeren tanggal 25-26 November 2014.

Ini terkait dengan cara orang Gayo menunjukkan keberadaannya dalam konteks geografi.  Sebagai contoh, Jawa mengenal konsep mata angin. Kalau kita menanyakan letak suatu tempat kepada masyarakat Jawa. Mereka akan menyebutkan, ngalor, ngidul, ngetan atau yang bermakna Utara, Selatan, Barat dan Timur.

Dibandingkan Jawa, Bali memiliki mengenal konsep arah yang lebih sederhana. Mereka mengacu pada fenomena alam yaitu:  arah terbit matahari, gunung dan laut. Kangin, Kauh, Kaja dan Kelod yang bermakna arah terbit matahari, arah tenggelam matahari, gunung dan pantai. Banyak salah paham dan kelucuan yang terjadi pada orang Bali, terkait konsep arah yang mereka anut ini. Orang Bali yang berasal dari utara, sering tersesat di Selatan. Begitu juga sebaliknya, sebab bagi orang Bali Utara Kaja (gunung) berarti Selatan. Sebaliknya bagi orang Bali Selatan, Kaja (gunung) berarti Utara.

Gayo lebih menarik lagi. Berdasar penjelasan Rajab Bahry, Gayo malah sama sekali tidak mengenal konsep arah mata angin. Untuk mengindikasikan arah, kita orang Gayo menggunakan konsep Uken (hulu), Toa (hilir), Bur (atas) dan Paluh (bawah).[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.